Cerita Iie : Ramadan, Melahirkan dan Kuliah Gratis di Swedia

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Menjadi istri dan ibu adalah jihadnya wanita, amanah utama kita

-Iie

Belajar bisa dari mana pun dan dari siapa pun, termasuk dari Ibu muda yang satu ini. Seperti yang sudah saya ceritakan pada tulisan saya sebelumnya, sharing antar sesama ibu muda akan membantu kita untuk tahu bahwa bukan hanya kita loh newbe in motherhood community yang sama-sama berjuang menjalankan peran kita sebagai Ibu.

Sedikit tentang beliau, saya mengenal Iie saat kami masih beraktivitas di Sekolah Bermain Balon Hijau, what a cute name right? SBBH adalah kelompok bermain non-formal yang diselenggarakan di Masjid Istiqomah Bandung dan diprakarsai oleh 3 orang mahasiswi ITB, lebih lanjut tentang SBBH kita bahas di lain kesempatan ya.

Iie adalah satu dari sekian banyak fasilitator di SBBH, one thing about her, she seem very mature though her age is younger than me. Terlihat dari sikapnya yang lembut, antusias dan sabar, Iie adalah sosok wanita yang menyayangi anak.

She also married in a young age! pemilik nama lengkap Dery Hefimaputri ini menikah saat ia masih menjadi mahasiswi Engineering Management di ITB. Kini Iie menetap di Swedia bersama putrinya, Asiyah dan suaminya yang juga berkuliah dan bekerja disana. Alhamdulillah Iie bersedia untuk saya interview dan berbagi mengenai banyak hal. Yuk simak obrolan kami.

Assalamu’alaykum Iie, apa kabar?

Wa’alaykumsalam Wr Wb, Alhamdulillah baik dan sehat.

Setelah cukup lama LDR dengan suami, sekarang Iie sudah tinggal dengan Asiyah dan suami di Swedia ya. Bagaimana rasanya berkumpul bersama dan membangun keluarga di Swedia?

Iya, setelah LDR Gothenburg- Bandung selama kurang lebih dua tahun, akhirnya mulai Juli 2014 alhamdulillah bisa ikut menemani suami merantau. Rasanya dream comes true, salah satu keinginan terbesar saya adalah bisa membangun keluarga di satu atap, jadi istri seutuhnya, Alhamdulillah Allah kabulkan. Sebenarnya dimana pun bagi saya ga masalah selama bersama suami dan anak, kebetulan Allah pilihkan Gothenburg-Swedia saat ini. Tiap tempat ada positif negatifnya, tergantung kita mau lebih menekankan yang mana. Wah kalo ditulis detil bisa panjang sekali, hehe.

Asiyah juga lahir di Swedia ya? Bagaimana pelayanan kesehatan disana?

Iya, Asiyah lahir Oktober 2014 di Gothenburg. Pelayanan kesehatan disini pada dasarnya gratis selama kita punya nomor sosial disebut juga personnummer, personnummer ini diberikan untuk penduduk Swedia maupun pendatang yang akan tinggal selama minimal setahun.

Kebetulan personnummer saya baru jadi saat dua minggu menjelang lahiran, agak deg-degan juga tuh karena tanpa personnummer saya harus bayar biaya melahirkan yang sama sekali ga murah (sekitar Rp 45juta- tak hingga, bergantung kerumitan persalinan). Kabarnya bisa sih minta keringanan, tapi kami kurang tahu infonya tentang ini, dan tentu berharapnya gratis aja. Alhamdulillah ternyata personnummer bisa keluar sebelum due date, jadilah persalinan saya gratis, begitupun biaya control setelahnya.

Biaya control kehamilan sebelum personnummer ada itu mencapai 540 SEK (Rp 870.000). Padahal control kehamilan disini benar-benar sederhana, hanya cek darah, tensi, ukur lingkar perut, dan cek detak jantung (USG hanya dilakukan sekali di usia kehamilan lima bulan, selama kondisi hamil normal/ ibu <35 tahun, dsb).

Pelayanan kesehatan disini sangat memanusiakan manusia, proses kelahiran didorong sealami mungkin, penuh aura positif, mandiri, dan setiap orang (baik pendatang atau bukan) diperlakukan dengan sangat baik. Beberapa kali saya dengar cerita kelahiran di Indonesia dimana tenaga kesehatan (khususnya perawat atau bidan) yang mudah melontarkan kata-kata yang kurang mengenakan, atau menurunkan semangat ibu melahirkan. Disini hal seperti itu, sejauh pengalaman saya dan orang-orang sekitar, tidak ditemui. Disini bila kehamilan sehat, tidak ada masalah, maka seluruh proses dari pemeriksaan kehamilan sampai melahirkan akan ditangani oleh bidan. Hanya satu bidan yang menunggui sampai bukaan hampir lengkap, dan paling ada tambahan 2-3 bidan di proses mengejan, benar-benar menjaga privacy, tenang, dan efisien.

Bidannya pun benar-benar memandang proses kehamilan dan kelahiran adalah hal yang alami, bukan penyakit yang harus penuh kekhawatiran. Bidan berhasil menanamkan sugesti-sugesti positif kepada saya, dan membantu saya memandang proses kelahiran dengan yang seharusnya.

Saya ingat salah satu wejangan beliau sebelum saya melahirkan, “Menjelang melahirkan nanti, kontraksi memang akan terasa sakit, saya ga akan menjanjikan bilang bahwa itu ga sakit. Tapi, yakinlah, itu adalah sakit yang baik, sakit yang positif, sakit yang menandakan bahwa sebentar lagi anakmu akan hadir dipelukanmu.”

Kata-kata itu benar-benar indah dan membuat saya semangat menyambut gelombang cinta kontraksi, pengalaman melahirkan jadi momen indah yang menyenangkan, Alhamdulillah ga ada trauma dan sejenisnya.

Kalau Swedia sendiri, Negara yang seperti apa di mata Iie? is it a family-friendly country?

Ya, Swedia adalah Negara sosialis, yang tentunya menjunjung tinggi kesamaan dan kesetaraan. Karena semangat kesetaraan itulah, dimana mereka menganggap peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga harus sama, maka dibuat aneka kebijakan yang mendukung. Contohnya adanya cuti berbayar bagi orang tua (paid parental leave) selama 480 hari yang dapat diambil oleh kedua orang tua, preschool dengan kurikulum yang jelas (biasanya anak-anak diatas usia setahun mulai masuk preschool karena orang tuanya mulai bekerja lagi setelah parental leave usai), kultur yang menomorsatukan urusan keluarga (kalau sewaktu-waktu cuti karena anak sakit, ga ada yang berani protes, family is number one priority).

Setelah kurang lebih dua tahun disini, saya mau mencoba melihat segala sesuatunya dengan proporsional, ga terlalu silau dengan segala perbedaannya dengan negeri sendiri. Tentu banyak yang bisa dipelajari, tapi ga menutup kemungkinan juga dibeberapa aspek Indonesia masih juara di hati. Misalnya semangat gotong royong, disini apa-apa cenderung mandiri, dan sebagainya.

Ini Ramadan kedua Iie bersama Asiyah dan suami di Swedia, boleh diceritakan tentang suasana Ramadan disana? Apakah kalian suka ikut iftor jamaai yang diadakan di Masjid-masjid di Swedia atau mengadakan open house di rumah Iie?

Disini puasa sekitar 19 jam, jadi kalo buka puasa bersama selesainya bisa sangat larut, maghrib saja hampir jam setengah 11 malam. Biasanya tiap tahun kami juga adakan satu atau dua kali saja buka puasa bersama di rumah bersama teman-teman mahasiswa. Keseringan ga bagus juga karena bikin begadang ^^ Salah satu hal yang saya syukuri dari puasa disini adalah jadi bisa lebih focus ibadah, ga banyak terdistrak buka puasa bersama yang kerap kali malah melalaikan.

Biasanya suami aja yang ke masjid sedangkan saya dan Asiyah di rumah. Alhamdulillah kami tinggal di daerah pendatang muslim, jadi ada mushola di dekat apartemen kami, hanya berjarak lima menit jalan kaki. Kalau ke masjid kota sekitar 30-40 menit naik tram.

Kalau lebaran biasanya ada warga (WNI yang menikah dengan penduduk setempat atau sudah tinggal menetap di Swedia) yang membuat open house jadi kami silaturahmi kesana.

Nama lengkap Asiyah adalah…

Asiyah Rania Sveanisa Adefys

Artinya…

Asiyah dari nama Asiyah Binti Muzahim, salah satu dari empat perempuan terbaik sepanjang masa yang telah dijanijkan surga (bersama Khadijah, Maryam, dan Fathimah). Ia adalah ratu mesir di zaman  Nabi Musa AS, yang juga adalah ibu asuh Nabi Musa AS. Ia adalah ratu yang lembut hatinya, cerdas, dan kokoh tauhidnya. Kami memang bertekad ingin memberikan nama anak-anak kelak dengan nama-nama tokoh muslim/ah, agar mereka dapat meneladani segala kebaikan dalam diri tokoh tersebut.

Rania berarti ratu, selaras dengan kata Asiyah yang juga adalah ratu mesir di zaman Musa.

Sveanisa; Svea artinya swedia, nisa artinya perempuan dalam bahasa arab. Kurang lebih perempuan muslimah yang lahir dan tumbuh di Swedia. Biar ada kenang-kenganan dari tempat kelahirannya.

Adefys; singkatan nama saya dan suami.

Kalau nggak salah, Asiyah sudah ikut pre-school ya? Udah belajar apa aja nih Asiyah?

Sekarang Asiyah belum masuk preschool, baru rutin ke öppna förskolan (open preschool) saja. Bedanya apa? Kalo preschool, sebagaimana daycare, anak ditinggal bersama gurunya. Sedangkan öppna förskolan, ibu atau ayah masih menemani mereka bermain, istilahnya seperti playdate yang difasilitasi aja. Di öppna förskolan juga ada kegiatan-kegiatan bersama, setiap rabu outing keluar, setiap kamis sarapan bersama, sering juga ada kunjungan penyuluhan mulai dari dokter gigi, psikolog, fisiologis petugas perpustakaan, dsb. Biasanya kita ke öppna förskolan tiga kali seminggu selama tiga jam.

Sebagai orang yang pernah mengajar di Kelompok Bermain, bagaimana pandangan Iie terhadap pendidikan usia dini di Swedia?

Karena Asiyah belum masuk preschool jadi saya belum bisa komentar banyak tentang pendidikan usia dini di Swedia. Hanya sajauh yang saya tahu, preschool disini menerima anak sejak mereka berusia diatas setahun dan sudah bisa jalan. Disini tidak ada daycare untuk anak dibawah usia setahun, karena diharapkan anak dibawah setahun diasuh oleh orang tua secara langsung dan penuh, Negara pun sudah memfasilitasi cuti berbayar selama 480 hari untuk menunjang hal ini.

Preschool ini berbeda dengan daycare walaupun prinsipnya sih serupa ya, anak dititipkan disekolah, bedanya mereka punya kurikulum dengan standar dan control yang sangat jelas dan ketat. Secara berkala tiap preschool akan dicek, dan kualitas tiap preschool sama, jadi ga ada sekolah unggulan dan sejenisnya. Preschool sendiri ada yang milik pemerintah dan swasta (biasanya yang international), keduanya tetap harus mengacu pada kurikulum Negara dan diperiksa secara berkala.Peraturannya pun sangat ketat, misal bila anak demam kapan boleh masuk sekolah lagi, kalau anak muntah kapan baru boleh masuk sekolah lagi, dan sebagainya.

Prinsipnya sekolah wajib di Swedia gratis, sekolah wajib sendiri dimulai dari SD tingkat nol (usia lima tahun), jadi preschool tetap bayar dengan batas maksimal 3% gaji orang tua dengan batas 1100SEK (sekitar RP 1,7juta).

Agustus ini Iie juga akan lanjut S2, apa yang memotivasi Iie untuk kembali bersekolah? Serta Universitas dan jurusan apa yang Iie pilih?

Saat ini saya sudah diterima di jurusan Management and Economics of Innovation, Chalmers Institute of Technology, Gothenburg.

Ada beberapa faktor yang mendorong saya untuk sekolah lagi.

Pertama, memanfaatkan kesempatan untuk pengembangan diri. Saya merasa ini kesempatan besar bagi saya untuk mengasah mulai dari kemampuan bahasa, softskill, maupun ilmu yang semoga bisa diterapkan dikemudian hari. Kebetulan kuliah disini gratis karena saya telah memiliki izin tinggal dependent suami.

Kedua, saya menganggap kuliah lagi ini sebagai ‘hiu kecil’ yang akan memaksa saya bergerak dan berpikir secara lebih efisien dan efektif.

Pernah dengar cerita tentang adanya hiu di baskom ikan kapal nelayan? Mereka meletakan hiu dalam baskom ikan agar ikan-ikan itu terus bergerak dan akhirnya sedikit yang mati setelah sampai daratan.

Ketiga, saya berharap ilmu yang didapat diperkuliahan dapat saya terapkan untuk maslahat yang lebih luas, baik itu menjadi pendidik maupun membuka lapangan pekerjaan. Sebenarnya saya pun masih terus meminta petunjuk Allah, terus berdoa sampai detik terakhir untuk ditunjukan jalan yang terbaik. Mohon doanya ya.

Bisa diceritakan lebih detail mengenai mekanisme pendaftaran kuliah disana? Dengan Iie yang saat ini berdomisili di Swedia, apakah surat rekomendasi Dosen, sertifikat IELTS, dan LoA  masih dibutuhkan?

Segala syarat, jurusan, dan hal-hal terkait kuliah di Swedia bisa dilihat di web universityadmission.se, Swedia memang memiliki portal satu pintu untuk pendaftaran universitas disini. Tiap jurusan boleh jadi mensyaratkan hal yang berbeda. Saya sendiri butuh ijasah (asli dan terjemahan), transkrip (asli dan terjemahan), CV, IELTS, dan beberapa dokumen optional (motivational letter dan surat rekomendasi). Semua dokumen cukup di scan, kalau diterima nanti aslinya ditunjukan saat hari yang ditentukan menjelang masuk nanti. Perlu digarisbawahi bahwa ini adalah jalur tanpa beasiswa, kalau untuk beasiswa sendiri kebanyakan dari LPDP atau Swedish Institute yang perlu syarat tersendiri ke institusi terkait.

Untuk mendukung Iie melanjutkan studi, suami Iie akan mengambil Parental Leaving, could u explain what is that?

Parental leave adalah cuti berbayar (kurang lebih 80% dari salary) untuk kedua orang tua selama 480 hari per anak yang dapat diambil sampai anak berusia 8 tahun. Ada ketentuan tersendiri misal tiap orang tua wajib mengambil masing-masing minimal dua bulan, setelahnya bebas dihabiskan oleh siapa jatah cuti tersebut. Bagi orang tua yang tidak bekerja, juga bisa mengajukan parental leave, dengan dianggap standar gaji terendah.

Karena disini menjunjung tinggi kesetaraan, maka mereka beranggapan wanita memiliki hak (atau kewajiban?) untuk bekerja. Tapi sebagaimana negara maju, upah tenaga kerja disini tinggi sekali, maka pembantu ataupun babysitter adalah hal langka (saya bahkan ga pernah temukan). Maka untuk menyiasatinya, dibuatlah sistem yang mendukung, salah satunya adanya parental leave ini. Jadi ibu dan ayah bisa tetap bekerja tanpa menelantarkan anaknya yang masih kecil. Setelah cukup umur, anak bisa masuk preschool dan orang tua tetap bekerja dengan mengendepankan work-life balance.

What have u learn by being a wife and a mother? 

Menjadi istri dan ibu adalah jihadnya wanita, amanah utama kita. Menjadi istri saya belajar bagaimana menundukan ego, menundukan diri dihadapan imam saya, belajar patuh, belajar melayani, yang tentunya berat sekali apalagi di akhir zaman yang serba terbolak-balik ini.

Menjadi ibu saya belajar bagaimana menjadi teladan, belajar menguatkan kesabaran, belajar senantiasa melantunkan doa sepanjang waktu, belajar membaca perasaan anak, belajar mengenali potensi dan kekurangannya, belajar berkomunikasi, dan masih banyak yang lainnya.

Saya menyadari bahwa kalaupun akan beraktivitas diluar rumah, harus dipastikan yang utama tidak terbengkalai dan tertunaikan hak-haknya. Kondisi inilah yang membuat saya tidak berani koar-koar akan kuliah lagi karena bagi saya, kuliah itu nomor dua di waktu ini, bisa sewaktu-waktu disudahi kalau menzalimi hak klien utama saya. Dan sejatinya sekolah lagi adalah untuk membentuk diri saya yang lebih baik, maka harus ada standar tertentu apa yang ga boleh dilanggar, apa-apa yang harus tetap dikerjakan oleh saya, dan sebagainya. Lagi-lagi, mohon doanya ya.

Iie memanfaatkan waktu Me-Time dengan…

Membaca dan menulis. Saya selalu punya notes kecil tempat saya menumpahkan pikiran atau ide. Selain itu, lihat-lihat resep masakan.

Untuk me-recharge semangat dalam mengurus keluarga, Iie sering mendengarkan kajian Budi Ashari di youtube, yang fokus pada bahasan keluarga dan dikaitkan dengan Sirah Rasul (Parenting Nabawiyah). Boleh di-share-kan penekanan beliau mengenai peran Ibu dalam Islam?

Ibu adalah madrasah utama, ibu adalah pondasi umat ini. Setelah mendengar kajian beliau saya jadi memiliki paradigma baru tentang profesi sebagai ibu, khususnya ibu rumah tangga. Saya merasa dikuatkan, bahwa ibu rumah tangga bukanlah profesi yang ‘hanya’. Ia adalah titel berharga yang sudah seharusnya kita banggakan. Bila berpikir ‘hanya’ maka hasilnya pun akan sekedarnya. Tapi saat kita menyadari bahwa kita sedang membentuk generasi, bercita-cita besar akan kebermanfaatan anak kita, menjadikan anak sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka semangat yang tumbuh pun lebih besar.

Ibu adalah profesi paling mulia, yang kadar penghargaannya tidak dapat ditandingi lelaki manapun. Tidak menutup mata, bahwa ada ranah yang para wanita memang dibutuhkan untuk terjun kesana yakni ranah kesehatan dan pendidikan. Maka lingkungan sekitar harus menyokong mereka, membantu terdidiknya anak mereka.

It’s a wrap! Terimakasih Iie sudah meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya. Semoga obrolan kita ini bisa memberi manfaat dan informasi berharga untuk teman-teman kita, khususnya para Ibu muda. May Allah giving you many good things and grant your wishes in this Ramadan. Please convey my greeting to Asiyah :*

Happy fasting dan selamat bersekolah lagi Iie!

* * *

Yuk baca Cerita Ibu Muda lainnya :

1. Cita dan Cinta Audia Kursun (Indonesia – Turki)

Dea Audia & Mustafa Kursun adalah pasangan Indonesia-Turki. Apa aja sih tantangan yang dihadapi kalau nikah campur & syarat nikah sama WNA? Tempat-tempat mana aja di Turki yang berkesan buat Dea? Gimana prosesi pernikahan di Turki? Yuk merapat karena Dea berbagi cerita cita dan cinta-nya disini.

2. Meet Nunu – A Nuclear Physics Enthusiast, A Mother & Wife

Nunu, ilmuan Fisika Nuklir yang sedang menempuh program postdoctoral di Jepang, seorang Ibu juga istri. Simak bagaimana Nunu me-manage waktu untuk keluarga dan studi disini,

3. Uma Hani – Istri Dokter Yang Membangun Interdependency Dengan Aba Fatiha

Uma Hani, istri Dokter yang membangun interdependency dengan suami. Apa itu interdependencyFind out here.

4. Kamu Lulusan ITB? Ko Jadi Ibu Rumah Tangga?

5. “I Love Abu Dhabi” – Cerita Nana Jadi Mama Auran Plus Resep Easy Baking

I Love Abu Dhabi“, Cerita Nana, jadi Mama-nya Auran plus resep easy baking.Nana adalah lulusan S2 ITB yang selama kuliah master pernah mengikuti programstudent exchange di Samyoung University Korea, kini Nana tinggal di Abu Dhabi dan memilih untuk mengurus anaknya sendiri. 

6. Cici, Itikaf Sama Duo Bocil Butuh ‘Strong Why’

Cici Butuh ‘Strong Why‘, saat mengajak 2 balitanya Itikaf di bulan Ramadhan. Simak tips-nya disini,

 

21 thoughts on “Cerita Iie : Ramadan, Melahirkan dan Kuliah Gratis di Swedia

  1. Lisna says:

    Bikin mupeng ya mbak, kapan lagi bisa cuti panjang gitu, dibayar pula. Hehehe. Salah satu impianku mba, ingin tinggal merantau di luar negeri bersama anak dan suami, hehehe.

  2. muti mimut says:

    Menarik pengalaman dan ilmu parentingnya, Swedia memang salah satu negara yang konon penduduknya paling bahagia di dunia ya mba 🙂 semoga bisa terus berbagi nilai-nilai positif, sukses buat studi & keluarganya

  3. lendyagasshi says:

    Kalau melihat kebaikan di beberapa negara maju, suka kerasa “Pinginnyaa….berada di negara yang non muslim tapi menerapkan ajaran-ajaran musli.”.

    Semoga suatu saat Indonesia bisa menjadi negara yang memuliakan Ibu.

  4. Helena says:

    Aaaah suka banget dengan proses melahirkan di sana. Kata-kata bu bidannya itu lho

    “Menjelang melahirkan nanti, kontraksi memang akan terasa sakit, saya ga akan menjanjikan bilang bahwa itu ga sakit. Tapi, yakinlah, itu adalah sakit yang baik, sakit yang positif, sakit yang menandakan bahwa sebentar lagi anakmu akan hadir dipelukanmu.”

    jadi ingin melahirkan di Sweden

  5. Astin Astanti says:

    Ramadan 19 jam dan maghrib jam 11 malam, itu luar biasa. Apa kabar di Indonesia yang sedang panas gini sudah mulai banyak yang bertanya, panas banget nich,,,hehehe. Salam kenal Mbak

  6. Anita Makarame says:

    Alhamdulilah, dapat pencerahan lagi tentang parenting. Insya Allah Agustus ini melahirkan anak pertama. Mohon doanya mak semoga lancar & bisa menjadi madrasah yang terbaik buat anak. Aamiin

  7. sandraartsense says:

    Wah seru ya lahiran di luar negeri dengan segala fasilitasnya, kalo disini masih belum seperti itu. Syukurlah kemarin saya lahiran ditemani Bidan pro gentle birth jadi tenanh dan sabar, lahiranpun lancar jaya dan cepat heheu tfs Maks

Leave a reply to Lisna Cancel reply