Home Treatment Untuk Bayi Dengan Berat Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.

Semalam tiba-tiba foto saat Aisya aqiqahan muncul di news feed. Rasanya takjub melihat anak saya yang saat lahir begitu mungil, sekarang sudah berusia 3 tahun, anak ini sedari pukul 7 pagi hingga 9 malam masih enerjik. 
Adik saya sempat bertanya, “Mba, Aisya makannya apa? Kok baterai-nya nggak abis-abis?”.

Alkaline kali yaa baterai yang tahan lama mah..

DEFINISI BBLR MENURUT WHO

Pernah mendengar istilah BBLR? 🙂 

Ya, BBLR stands for Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. 

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Menurut WHO (2003), BBLR dibagi menjadi tiga grup, yaitu prematuritas, intra uterine growth restriction (IUGR) dan keduanya. Pada beberapa kelahiran, bayi BBLR belum tentu prematur, begitu pun sebaliknya, namun ada kondisi bayi prematur yang juga BBLR.

Sourcehttp://www.indonesian-publichealth.com/epidemiologi-bblr/ 

* * *

Apakah ibu-ibu disini ada yang bayi-nya masuk kategori BBLR? Don’t hesitate to share ya, I’ll go first..

Jasmine Aisya Ramdani lahir saat usia kandungan saya 38 week. Berdasarkan hasil usg, bayi Jasmine beratnya 2,9 kg namun saat lahir ternyata kurang. Alhamdulillah kurangnya hanya 0,2 gr dari standar bayi lahir dengan berat normal. Oleh karena itu, Aisya dinyatakan BBLR dan tidak prematur.

Dengan BB 2,3 kg, Aisya meluncur dengan lancar dari rahim saya. Saya dipersilakan mengejan setelah 5 setengah jam menahan diri dari kontraksi yang makin aduhai. Bahagia banget ketika bidan memperbolehkan saya mengejan – yang artinya sudah pembukaan 10, kepala bayi sudah siap keluar dan kontraksinya sudah di 5 menit sekali. 

Saat terakhir kontrol ke dr. Elise Johana Knoch SpOG di Borromues, dokternya mengatakan, “Bayi-nya sudah siap lahir kapan saja ya Bu. Klinik K3 buka 24 jam, kalau kontraksinya sudah mulai rutin langsung datang saja ke K3, tidak perlu ke saya dulu”. Dokter yang keibuan ini sangat pro-ibu hamil 🙂

Mengikuti anjuran beliau, saat saya merasakan kontraksi yang berangsur-angsur intens dari mulai 2 jam sekali, 1 jam sekali, 1/2 jam sekali.. saya langsung meminta Bapak dan suami mengantar ke K3. Sehari sebelumnya saya sudah menyiapkan perlengkapan berupa 4 potong baju bayi, baju ganti saya, pembalut khusus nifas, dan popok di dalam satu ransel (Ibu hamil siaga).

Kami sampai di klinik K3 pukul 4 sore dan saya diminta menginap, setelah dicek ternyata sudah bukaan 4! 

“Nanti malam juga akan lahir bayi-nya, Bu”, bidannya meyakinkan suami saya yang kaget karena bayi-nya akan lahir 2 minggu lebih cepat dari HPL. Beliau segera men-cancel penerbangan ke Pontianak dan mendelegasikan tugas pada rekannya.

Agar memiliki banyak tenaga saat mengejan, bidan menyiapkan air teh manis hangat untuk saya minum. 

Latihan mengejan selama senam hamil (hanya untuk usia kandungan di atas 38 minggu) ternyata banyak membantu dalam proses ini. Tahap pertama dari mengejan adalah mengeluarkan kepala bayi, di fase ini pengaturan pernafasan adalah kunci-nya. Alhamdulillah kepala Aisya berhasil keluar pasca ketuban dipecahkan oleh bidan.

Lalu saya ingat step kedua, yaitu tahap mengeluarkan bahu bayi yang notabene lebih besar dari ukuran kepala bayi. Saya mengambil ancang-ancang pernafasan yang berbeda sesuai yang diajarkan instruktur di senam hamil. Ambil nafas lalu keluarkan patah-patah sambil mengeluarkan suara “Hah hah hah” (ibu-ibu ikut senam hamil yaa supaya tahu bagaimana step by step pernafasannya).

Baru juga sekali jalan, tiba-tiba bidan-nya meminta saya berhenti, “Bu, udah keluar bayi-nya”.

Subhanallah, Allohu Akbar, Maha Suci Allah yang memudahkan persalinan putri pertama saya. Bayi Jasmine diangkat dan diletakkan di dada saya untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Cute little girl found her mimiii :’)

Setelah itu, Aisya dibawa bidan, ditemani ayahnya. Ditimbang, dicek segala macem, di-jadi-kan cap juga kakinya. Saya diminta istirahat. 2 jam kemudian saya reunited dengan bayi saya.

BAYI BBLR MERESPON LEBIH LAMBAT

Apa hal pertama yang saya lakukan saat memeluk Jasmine? 🙂

Sama seperti ibu-ibu muda lainnya, ingin segera memberi-nya kolostrum. Berbekal informasi bahwa lambung bayi baru lahir masih sebesar kelereng dan bahwa ia masih menyimpan cadangan makanan yang didapat dari plasenta, saya cukup tenang.

Paniknya ketika Aisya nampak pulas tidur meski saya sudah melakukan pelekatan.

Beruntungnya, bidan dan suster di Borromeus care banget dan mau mengedukasi saya yang newbee di dunia per-ibu-an ini.

Beberapa kalimat yang saya ingat adalah,

“Saat bayi lahir ke dunia, Ibu dan bayi-nya sama-sama belajar”.

“Bayi belajar beradaptasi dengan lingkungan baru. Biasanya ia nyaman di dalam perut ibu, makanannya langsung di dapat dari plasenta. Sekarang bayi sudah lahir ke dunia. Ia mulai belajar mencari makan dengan doing more effort, yaitu menyusu pada ibunya”.

“Bagi bayi, menyusu merupakan olahraga mulut yang cukup melelahkan. Jadi jangan heran kalau nafas bayi kadang terdengar ngos-ngos-an saat menyusu. Ia masih belajar”.

“Salah besar kalau menganggap bayi yang baru lahir tidak mau menyusu pada ibunya, -lalu ibunya insiatif memberikan sufor-, bagaimana pun ASI lebih disukai bayi, karena ASI memiliki rasa manis yang unik”.

“Bayi dengan berat lahir rendah cenderung memiliki respon yang lebih lambat dari bayi-bayi lain dengan berat lahir 2,5 kg lebih, tapi jangan khawatir, Ibu bisa melatihnya”.

Lalu suster-suster disana mengajari saya memijat tulang pipi bayi dengan halus, itu adalah salah satu cara mengajari bayi kita cara menyusu (menggerakan rahang). 

Menyetuh telapak kaki bayi dengan jari telunjuk (bukan mengekelitiki ya – mirip tapi tujuannya agar bayi tergerak untuk membuka mulutnya).

Sampai membuka seluruh baju bayi agar ia merasa kedinginan lalu lapar dan ingin menyusu. Setelah bayi mulai menyusu, pakaiannya kita kenakan lagi.

“Posisi Ibu harus nyaman. Jika Ibu-nya nyaman, anak-nya juga akan merasa nyaman”.

Pelekatannya juga harus benar agar memudahkan bayi menyusu. Kalaupun dengan usaha yang kita lakukan, bayi kita masih asyik-bobo-gemes, kata bu bidan, that‘s ok. Yang penting nempel dan latihan pelekatan dulu. Stimulus yang kita beri akan membuat dia ‘sadar’ untuk menyusu.

Suster juga berpesan, sampai hari ketiga bayi akan terlihat tenang, lebih suka tidur, nah setelah hari ke-3 bayi akan mulai mencari-cari ibu-nya karena cadangan makanannya sudah habis. Lapaaar mam!

Benar saja, itu terjadi pada Aisya 🙂

Put your worry aside, Mom, menginjak usia 4 bulan, berat bayi BBLR akan menyusul bayi dengan berat lahir 2,5 kg lebih atau setidaknya sama. Maha besar Allah, di usia 4 bulan berat Aisya mencapai 8 kg.

APA SAJA TREATMENT YANG BISA KITA LAKUKAN DI RUMAH UNTUK BAYI BBLR?

Saya menggunakan dua metode, yang pertama adalah Kangaroo Mother Care (KMC) dan yang kedua adalah disinar.

Kita bahas yang pertama dulu yaa..

1. Kangaroo Mother Care (KMC) 

Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skintoskin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. 

Sumber : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-meningkatkan-pemberian-asi

Bayi BBLR harus senantiasa merasa hangat agar tubuhnya cepat membesar. 

Di rumah, dengan hanaroo baby wrap maupun tanpa gendongan sering saya dekap Aisya dengan metode KMC ini, – skin to skin touch everyday.

Mentransfer suhu tubuh saya padanya. Mendengarkan detak jantungnya, membuat ia hangat dan merasakan tubuhnya makin berisi. 

Treatment kedua adalah disinar. 

2. Disinar

Kalau disinar di Borromeus, sudah pernah 2 hari. Nah untuk di rumah, kami memakai lampu belajar. 

Sebenarnya treatment ini kami lakukan atas advice kaka ipar yang anaknya lahir prematur (1,9 kg), beliau memasang banyak lampu di rumahnya agar bayi-nya selalu merasa hangat dan cepat besar, sekarang keponakan saya ini Alhamdulillah sehat, kuat dan bangor – kalau kata orang Sunda mah, usianya 5 tahun, sudah mau sekolah tahun ini.

Lampu yang kami gunakan berwarna kuning, mengeluarkan kehangatan dan cahaya-nya tidak menyilaukan. Kami hanya memasang lampu ini malam hari. Saat Aisya tidur setelah puas menyusu. Toh malam hari pun Aisya sering bangun untuk menyusu. Jadi seringnya ia tidur dalam dekapan saya.

Dengan kuasa Allah dan melalui dua home treatment ini, Alhamdulillah di usia 4 bulan berat badan Aisya mencapai 8 kg. Hampir sama dengan rata-rata BB bayi se-usia Aisya. Aisya anak ASI, mimi-nya banyak sekali. Sampai sekarang Aisya masih suka minum susu, tapi ultra mimi 🙂

KESUKSESAN LAKTASI PENUNJANG BAYI SEHAT

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusu mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (Ambarwati, 2010).

Frekuensi menyusu pada bayi, kualitas dan ketersediaan ASI – laktasi yang sukses juga menjadi faktor penunjang tumbuh kembang bayi. Ada bayi yang menyusu 15 menit saja langsung banyak. Ada yang 2 jam.

Yang paling baik untuk bayi baru lahir adalah menyusu kiri-kanan bergantian. Misal 15 menit kiri lalu ganti ke kanan. Atau 1 jam kanan lalu ganti ke kiri. Emang kuat menyusui 2 jam? Insya Allah kuat Mam 🙂 Ive been there.

Disarankan juga untuk menyusui bayi tiap 1 atau 2 jam sekali, kondisi tiap bayi berbeda, untuk lebih jelasnya konsultasikan ke Dokter Anak ya, kalau saya dulu ke klinik K3 Borromeus (sekarang bertempat di Gedung Elisabeth) dan dilihat tumbuh kembangnya secara berkala. Biasanya sambil diimunisasi Aisya ditimbang dan diukur dari kesesuaian tinggi dengan berat badan di tabel tumbuh kembang anak. 

PIKIRAN IBU POSITIF – ASI LANCAR

Agar ASI lancar, ada beberapa usaha yang bisa kita lakukan. 

1. Asupan Makanan Bergizi 

Sebagai Ibu kita harus mengkonsumi makanan bergizi dan beragam seperti daging, ikan, sayuran, buah dan susu. Sayuran yang sering saya konsumsi adalah daun singkong. Sayuran lain yang dipercaya melancarkan produksi ASI adalah daun katuk.

2. Pumping & Breast Care

Setiap selesai sesi senam hamil, bidan dari klinik K3 Borromeus akan memberikan kami (peserta senam) pengarahan. Salah satunya adalah tentang breast care dan pumping

Saat menyusui, payudara ibu berperan sebagai pabrik ASI yang semakin dikosongkan, demand akan semakin tinggi dan memicu produksi ASI yang lebih banyak. Itulah mengapa para Ibu dianjurkan rutin menyusukan ASI melalui payudara kiri dan kanan secara bergantian sampai habis.

Jika masih tersisa, kita bisa melakukan pumping. ASI diperah dan disimpan sebagai ASIP. Pumping sejak awal juga akan sangat membantu bagi Ibu bekerja, bila persediaan ASIP berlebih, kita bisa menyalurkannya dengan menjadi donor ASI bagi para bayi yang membutuhkan.

Breast Care adalah perawatan yang kita lakukan pada payudara. Salah satu cara menstimulus pabrik ASI agar produksinya lancar sebelum menyusukannya pada bayi adalah dengan melakukan breast care. Secara garis besar kita melakukan pijatan lembut di area payudara, mengusap dan menekan lembut sel-sel yang ada dalam payudara. Kadang ada daerah yang bergerenjul di area payudara, nah dengan meluruskan kembali jaringannya perjalanan ASI akan makin lancar.

Setelah itu, kita dapat memencet bagian areola agar mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskannya di nipple, tindakan ini berfungsi mencegah terjadinya lecet saat rongga mulut bayi bergesekan dengan nipple.

Rampung menyusui, bilas payudara menggunakan kapas yang sudah dicelupkan ke air, agar menyapu sisa-sisa ASI yang menempel di sekitaran areola dan PD Ibu bersih kembali.

3. Pikiran dan Lingkungan Positif

Penting sekali bagi Ibu baru untuk memilih dan bergaul dengan orang-orang yang aura-nya positif. ASI diproduksi oleh hormon prolaktin dan langsung terkoneksi dengan otak. Pikiran positif memberikan pengaruh yang signifikan pada produksi ASI.

Ibu harus percaya diri bahwa Allah SWT telah memberi ASI yang melimpah pada kita untuk menyempurkan penyusuan hingga 2 tahun.

* * *

OK moms, sekian dulu sharingnya dari saya. Ibu-ibu yang lain bagaimana? Apa saja home treatment yang dilakukan di rumah untuk bayi BBLR? Share yaa 🙂