25 Mins Spaghetti Lasagna

IMG_20171124_122230

Minggu lalu saya membuat spaghetti lasagna. Dua bahan utamanya sudah leftover gitu di kulkas, jadi sekalian saya habiskan saja.

Kenapa di bake padahal dimasak biasa saja sudah cukup? its because saya tergoda untuk mencicipi melted cheese on top. Kebetulan, suami membawa keju slice dari New Zealand yang mudah meleleh bak mozzarella dengan rasa yang lebih enak!

Baca juga : Homemade Almond Crispy Cheese

Sebelum mulai memanggang, saya sudah membayangkan nih, pasti rasanya bakal mirip sama lasagna (versi simpelnya).

Resep lasagna yang mewah akan berisi campuran daging giling, wortel, bawang putih, bawang bombay, bawang daun, potongan tomat, saus tomat, dan kaldu daging sapi/ayam. Bisa juga ditambahkan terung yang diiris tipis – penambahan ini dilakukan oleh Tiffany dalam Dinner With Tiffany yang saya tonton pada salah satu Food Channel, lebih healthy kata beliau 🙂

Bagi teman-teman yang suka mantengin Buzz Feed Tasty pasti tau dong, kalau akun instagram tersebut juga suka bagi-bagi resep modifikasi yang cepat dan anti-mainstream. 

Saya pernah lihat resep Penne Lasagna (kalau tidak salah), dimana pasta lasagna-nya diganti dengan penne. Nah, dari sinilah saya mendapatkan ide untuk membuat yang serupa tapi tak sama, which is Baked Spaghetti Bolognese saja.

As other Mami Jasmine Simple Recipe, Baked Spaghetti Bolognese / Spaghetti Lasagna ini cara bikinya mudah dan cepat. Saya memanfaatkan La Fonte Pasta Sauce Bolognese dan spaghetti dari merk yang sama. Saya tidak menambahkan potongan dan sayuran, hanya margarin, bawang putih dan bawang bombay saja sebagai pelengkap.

Lagi pengen yang simpel saja, karena sudah starving 🙂

Silakan disimak step by step-nya ya Moms..

Simple Spaghetti Lasagna by Mami Jasmine

Alat – bahan :

  1. Saus Bolognese La Fonte 
  2. Pasta Spaghetti La Fonte
  3. Bawang putih
  4. Bawang bombay
  5. Keju slice merk Chesdale
  6. Margarin merk For Vita
  7. Panci berisi air
  8. Garam
  9. Teflon
  10. Loyang bulat
  11. Baking paper
  12. Oven tangkring

Cara Memasak :

  1. Panaskan air di dalam panci hingga mendidih
  2. Setelah mendidih, taburi garam secukupnya kemudian masukkan spaghetti-nya
  3. Sambil menunggu spaghetti melunak, kupaslah bawang putih dan bawang bombay
  4. Selanjutnya geprek bawang putih menggunakan pisau berukuran sedang dan iris tipis
  5. Untuk bawang bombay cukup dibagi dua dan iris panjang-panjang
  6. Panaskan margarin pada telfon, lalu tumis bawang putih dan bawang bombay hingga harum
  7. Jika sudah harum, tambahkan saus tomat, aduk rata
  8. Ketika spaghetti-nya sudah al dente, saring airnya lalu campurkan ke dalam saus tomat
  9. Beri potongan keju slice (saya potong kasar saja), aduk hingga semua bahan tercampur rata
  10. Angkat spaghetti bolognese dan mulailah memanaskan oven tangkring dengan api sedang
  11. Tata baking paper di atas loyang memanggang
  12. Tuang spaghetti bolognese ke dalam loyang, ratakan dan tata keju slice lagi di atasnya
  13. Panggang selama 25 menit hingga semua bahan stick together dan kejunya meleleh.
  14. Angkat dan sajikan

Saya hanya membuat satu loyang saja, porsinya bisa untuk 4 orang. Kalau ingin porsi yang jumbo, bisa diatur-atur saja yaa sausnya.

Saus tomatnya bisa dibikin sendiri dengan memblender tomat, sayangnya saya kurang suka dengan rasa asli pure tomat dan menggunakan saus yang sudah jadi lebih menghemat waktu. Untuk spaghetti-nya juga bisa menggunakan merk lain ya. Serta keju Chesdale-nya bisa di-subtitute dengan keju kraft quick melt.

Baca juga : Tiramisu Birthday Cheesecake

Dimakan hangat-hangat atau disimpan di kulkas setelah dingin dan dipanaskan saat mau makan juga bisa. Like what I did, menyajikannya sebagai sarapan bersama french fries dan omellete esok paginya.

Pernah membuat hidangkan yang sama atau bereksperimen dengan pasta lainnya? Silakan share di kolom komen yaa Moms.

Oia, spaghetti & fetuccini La Fonte lagi diskon 15% lho di Toserba Yogya Bandung. Saya sudah kadung membeli penne karena ingin bereksperimen dengan pasta jenis ini. So, buat penggemar pasta, buruan cus ke Griya yaa, ini infonya Promo Toserba Yogya

 

 

 

 

THE TRIUNE BRAIN & SIDIK JARI AISYA

IMG_20171113_085941

Blogging is not for earning, its about helping others with the knowledge that you have” – Syed Faizan Ali.

Quote ini terpampang jelas di thread grup Facebook ODOPfor99days Senin pagi. Kalimat yang dikeluarkan oleh blogger asal Pakistan ini membantu saya meluruskan kembali niat menulis.

The main goal is not to gain some money, or make it as a competition. But to share what we have, what we know, the experience that we’ve been through to help others understand, giving them insight and all good purpose.

Dengan semangat berbagi, Selasa ini saya ingin sharing tentang hasil analisis fingerprint Aisya.

Sudah pada tahu kan tentang Fingerprint Analysis? ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui bakat bawaan lahir seseorang melalui scanning sidik jari. Katanya, kapan pun kita mengikuti tes-nya, hasilnya tidak akan berubah.

Sebelum memutuskan buat mendaftar, saya berasumsi bahwa para Ibu pasti sudah bisa melihat apa bakat dan potensi anaknya tanpa harus mengikuti fingerprint analysis. Saya pikir, belum perlu lah memindai sidik jari Aisya, paling nanti saja pas mau kuliah supaya tahu ia bagusnya masuk jurusan apa.

But then, karena Ibu-ibu lain pada mendaftar, saya jadi ikutan deh.

Salah satu pertimbangannya adalah, lagi ada diskon. Tahun lalu biayanya Rp. 300.000,-/anak, nah kemarin itu hanya Rp. 175.000,-/anak. Lumayan yaa potongannya, trus saya malah pengen dianalisis juga bakatnya. Tapi malu inget usia, jadi urung deh 😊

Hasilnya gimana? Turn out, it’s really eye opening lho.

Ga cuma bikin saya mengetahui apa bakat bawaan lahir Aisya tapi juga lebih memahami isi kepala Aisya DAN uniknya, diri saya sendiri!

Nah, di postingan kali ini, saya akan tulis garis besar hasil pemeriksaan psikobiometrik-nya berupa karakter belajar, gaya belajar dan bakat (MI) secara umum (tidak khusus potensi genetik Aisya saja) agar Ibu-ibu bisa relate.

Akan saya ceritakan juga hal-hal menarik dari laporan dan diskusi dengan konsultan psikobiometriknya.

Saya akan mulai dari memahami karakter belajar anak berdasarkan hasil analisa potensi genetik dengan metode psikobiometrik.

KARAKTER BELAJAR ANAK

Karakter belajar anak terbagi menjadi 3, yaitu :

  1. Pembelajar Kognitif, cirinya :
  • Lebih suka belajar mandiri
  • Menyukai suasana kompetitif
  • Berorientasi pada tujuan/goals
  • Cenderung mengandalkan nalar
  • Cenderung bersikap konsisten & ambisius
  • Cenderung proaktif

 

  1. Pembelajar Afektif, cirinya :
  • Lebih menyukai belajar Bersama
  • Menyukai suasana fun & friendly
  • Berorientasi pada proses
  • Cenderung mengandalkan perasaan
  • Cenderung bersikap persisten & moody
  • Cenderung reaktif

 

  1. Pembelajar Reflektif, cirinya :
  • Bisa belajar sendiri atau Bersama
  • Menyukai suasana formal/teratur
  • Berorientasi pada tugas
  • Cenderung mengandalkan aturan
  • Cenderung bersikap flat dan kaku sesuai aturan
  • Apa adanya

Inilah 3 ciri umum yang saya dapatkan. Pada laporannya disertakan juga kelemahan masing-masing karakteristik belajar plus saran penanganannya. But I won’t share it here supaya Ibu-ibu tertarik ikutan fingerprint tes ya 😊

Aisya tipe yang mana nih?

Presentase Aisya paling tinggi jatuh pada karakteristik yang pertama yaitu, pembelajar kognitif. Aisya memang lebih fokus saat belajar sendiri. Progressnya lebih cepat . Ia juga bisa belajar bersama, seperti di kelas, namun akan menyesuaikan dengan ritme teman-temannya.

Betul bahwa Aisya tidak takut berkompetisi. Ia sangat menikmati perlombaan, mampu mengikutinya dengan baik seperti saat mengikuti lomba dalam rangka peringatan 17-an. Dengan percaya diri, Aisya fokus memindahkan bendera dari satu botol ke botol lainnya. Ia berlari dengan cepat dan memenangkan perlombaan. Meanwhile, anak-anak yang lain ada yang berlari dengan santai dan mudah ter-distract dengan kondisi sekitar.

I think it’s one good point. Alhamdulillah.

Pun, ketika mengikuti perlombaan dan tidak menang, Aisya tetap stick to the rules dan setelah selesai berlomba ia bilang, “Mami, this is fun. Aku mau ikut lomba lagi nanti”.

She was so happy and sportive.

Aisya cenderung bersikap proaktif terhadap suatu situasi, termasuk saat berada dalam situasi yang tidak enak.

Saya sempat menanyakan hal ini kepada konsultan psikobiometriknya, “Kenapa ya Pak, anak saya itu kalau ada temannya yang memukul/menendang, Aisya tidak membalas, ia tetap diam dan tegar menghadapi temannya. In the end, Aisya akan segera memaafkan dan kalau saya larang main lagi dengan teman tersebut, ia akan bilang ‘Gapapa Mami, dia sudah baik sekarang’?”.

“Itulah anak yang kognitif, Bu. Dia merekam apa yang terjadi, kemudian bagian otak paling atas yaitu Neocortex-nya memilah mana hal yang harus disimpan (dibutuhkan) dan mana yang tidak. Jika kira-kira memori buruk itu dirasa kurang bermanfaat, otaknya akan segera melupakan sehingga anak dengan tipe belajar kognitif mudah memaafkan”, jawab beliau.

“Berbeda dengan anak yang tipe belajarnya afektif, mereka baperan. Hal-hal yang terjadi dalam hidup mereka cenderung masuk ke sistem limbik”, lanjutnya.

“Kalau anak refletif, kena-nya ke reptilian brain. Apa-apa masuk ke alam bawah sadar. Coba deh Ibu baca-baca mengenai Teori Triune Brain dari Paul Mc. Klain”, saran beliau.

Lalu saya google dan baca-baca tentang teori Triune Brain, ilustrasinya bisa dilihat disini ya Moms (pic source from here and here)

 

 

THIS IS A WAW FOR ME.

Saya bersyukur Aisya adalah anak dengan tipe belajar kognitif, yang ketika dihubungkan dengan Triune Brain, Neocortex-nya lebih dominan untuk mencerna berbagai hal. Ini membuat Aisya jadi anak yang ceria dan positf. Wah, saya harus belajar dari Aisya nih untuk mudah melupakan dan memaafkan.

Saya senang Aisya a step ahead better than me yang afektif, baperan dan moody hehe.

Modal awal yang bagus nih, Nak. Alhamdulillah.

Anak dengan tipe belajar kognitif juga memiliki kemampuan analitik logikal yang kuat, suka bertanya, motoriknya kuat (aktif) dan paling suka belajar melalui praktek (not only reading a theory).

Oleh karena itu, sebagai seorang Ibu, saya disarankan untuk terus memotivasi Aisya dengan cara :

  • Memberikannya tanggung jawab (Aisya suka memanggil teman-temannya di sekolah untuk berkumpul, berbaris dan merapikan barisan bisa dibilang punya bibit memimpin)
  • Melatihnya untuk lebih mandiri (sekarang Aisya sudah bisa makan, gosok gigi, mandi sendiri)
  • Menciptakan suasana belajar yang penuh tantangan (dan Aisya sukaaa tantangan, anaknya gigih banget untuk menggapai keinginannya)
  • Memberi pujian/penghargaan ketika mencapai target (saya perhatikan Aisya lebih semangat saat mendapatkan apresiasi)
  • Mengajaknya berpikir kritis (tidak buru-buru memberi solusi/menjawab pertanyaan/giving the easy way and let her think/ask)
  • Menetapkan target
  • Memberi kesempatan kepadanya untuk mengemukakan ide dan solusi (pantesss anaknya solutif abiiisss dan ga kehabisan akal)

Sekarang kita lanjut ke hasil yang kedua yaitu gaya belajar anak.

GAYA BELAJAR ANAK (LEARNING STYLE)

Untuk gaya belajar anak, ada 3 kategori juga.

  1. Visual, cirinya :
  • Senang melihat dan mengamati sesuatu
  • Ketika berkomunikasi cenderung melakukan kontak mata
  • Sangat tertarik dengan warna-warni bentuk/gambar
  • Suka jalan-jalan
  • Mudah menghafal jalan/tempat dari bangunan-bangunan yang dilaluinya

 

  1. Auditory, cirinya :
  • Senang mendengar, suka dengan cerita dan musik
  • Peka pendengarannya
  • Sangat tertarik dengan nada, intonasi suara, dan peka dengan suara keras
  • Biasanya ketika berbicara, suaranya lembut dan penuh tekanan suara
  • Mudah bosan jika diam tanpa mengeluarkan suara
  • Mudah menghafal kalimat, cerita dan ayat-ayat suci

 

  1. Kinestetik, cirinya :
  • Senang bergerak, suka menyetuh sesuatu
  • Ketika berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa tubuh
  • Sangat tertarik dengan olahraga maupun praktek
  • Biasanya berbicara keras, datar dan cepat
  • Mudah bosan dan pegal jika terus diam tanpa menggerakan tubuhnya
  • Terampil dan cekatan jika dilatih dan melakukan sesuatu
  • Suka dengan aktifitas yang sibuk

Aisya yang mana?

Presentase paling tinggi mengacu pada gaya belajar Kinestetik dan Auditory. Ada yang beririsan juga bersebrangan ya. Ini bakal nyambung sama bakat (MI). Salah satu multiple intelligence Aisya yang menonjol adalah musikal.

Anak dengan bakat musikal dikatakan dapat mengontrol intonasinya, sehingga sehari-hari ia akan berbicara dengan sangat lembut tapi pada waktu yang dibutuhkan akan mengeluarkan suara keras – but not too loud.

Saya juga menanyakan hal ini, “Pak, saya dan suami saya suaranya segini, tidak terlalu lembut juga keras. Tapi anak saya kok bisa lembut banget ya suaranya?”

Dan ternyata its because she has the musical potential in her blood 😊

Alhamdulillah. Again.

Aisya suka bercerita, re-tell stories dan memperagakan apa yang ia ceritakan. Bakat-bakat teatrikal ini kayaknya turun dari emaknya deh. Peace Ayaaah.

BAKAT / MULTIPLE INTELLIGENCE

Pada hasil ketiga ini, potensi yang kami (saya dan konsultannya) bahas adalah bakat / kecerdasan majemuk. Secara garis besar ada 8 area potensi kecerdasan di MI, antara lain : Intrapersonal, Interpersonal, Logika Matematika, Visual Spasial, Body Kinestetik, Linguistik, Musikal dan Naturalis.

Kira-kira Aisya yang mana nih?

Sudah ketebak kali ya dari hasil-hasil sebelumnya.

Yap! Bakat Aisya yang menduduki posisi ter-tinggi berdasarkan analisa fingerprint adalah Body Kinestetik, Verbal Linguistik, dan Musikal.

Padahal sepengamatan saya, Aisya itu Interpesonalnya sangat baik.

Ia suka menyapa, berkenalan, membangun pertemanan, mudah mengingat nama teman-temannya bahkan yang hanya bertemu sekali, dan menceritakan tentang teman-temannya ini. Suka berbagi makanan, menggandeng tangan teman, menenangkan temannya yang menangis atau ketakutan. Melindungi temannya, memberitahu mereka sesuatu yang buruk dan baik. Mau mengalah, perhatian. Sering nyampeur teman dan mengajaknya main ke rumah Aisya.

Sudah bisa menunjukkan empati di usianya yang masih kecil. Dan lain-lain.

Baca juga : 6 Things I Adore From Aisya

But okey, konsultannya bilang bisa jadi presentasenya dekat-dekat.

Kembali ke 3 bakat Aisya yang paling menonjol, saya mau mengulas sedikit ya. Anak dengan bakat ini cenderung :

  • Kuat dalam hal operasional
  • Terampil dengan hal mekanikal, teknik dan seni gerakan
  • Kuat dalam hal komunikasi tata bahasa
  • Memiliki potensi dalam penyampaian informasi secara efektif kepada pihak terkait
  • Kuat dalam hal komunikasi tata publikasi
  • Memiliki potensi dalam penyampaian komunikasi massal secara efektif kepada pihak terkait

Kata “Komunikasi Efektif” terulang dua kali ya, yang satu untuk pihak kedua per-orang-an dan satu lagi konteksnya komunikasi massal.

Ok, Aisya di usianya yang masih 3 tahun sudah mengenal komunikasi efektif. Terlihat dari Aisya yang melihat-lihat dulu siapa yang diajak bicara. Jika lawan bicaranya memberikan perhatian penuh, Aisya akan berbicara panjang lebar, ekspresif dan terbuka.

Namun jika patner yang diajak berkomunikasi not pay fully attention, Aisya akan memilih diam atau berbicara seperlunya saja and not demanding anything.

Kata Bapak konsultan, hal ini bagus, artinya Aisya bukanlah orang yang suka wasting time. Ia sudah bisa melakukan komunikasi efektif. Orang yang dipandang dapat mencerna apa yang ia sampaikan dengan baik, itulah orang yang Aisya pilih untuk berkomunikasi.

Konsultannya juga memberi saya arahan, sebaiknya Aisya digiring ke arah mana. And when it comes to, “Cita-cita Aisya mau jadi apa?”, saya bilang kayaknya belum pasti deh.

Untuk sekarang Aisya mau jadi Dokter, ini cita-cita hampir semua anak kecil kayaknya ya. Mau jadi apa hari ini mungkin lebih dipengaruhi tontonan, teman, atau bisikan kita (orang tuanya).

Saat ia beranjak dewasa, saya ingin Aisya bisa menggali potensi diri, menemukan passion-nya and I will fully support her.

Tentu saya akan memberi arahan, namun saya lebih ingin Aisya yang menentukkan mau bergerak di bidang apa nantinya.

Sekian dulu yaa sharing-nya. Mudah-mudahan bermanfaat. Coba ditilik-tilik berdasarkan ciri-ciri yang saya sebutkan di atas, anak-anak Mommies tipe dan gaya belajarnya yang mana?

As for me, dari hasil analisa potensi genetik ini saya jadi lebih tahu isi kepala Aisya, what to do to motivate her, membuat saya bersyukur dengan perbedaan yang kami miliki in which sifat-sifat dasar Aisya lebih baik dari saya juga mengenali diri saya lebih dalam dan tahu apa yang harus saya upayakan.

Karena keberhasilan orang tua dalam mendidik anak juga tidak terlepas dari sejauh mana orang tuanya mau berusaha berubah dan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif.

Ya Allah please protect Jasmine Aisya, and let her have a brighter future. Amiin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Peppa Pig And I Love You Game | Review Buku Anak

IMG_20171120_160933

Bismillah. Saya akan mengawali postingan minggu ini dengan review salah satu buku bacaan Aisya, yaitu “Peppa Pig And I Love You Game”.

Me-review buku dan menulis artikel berbau psikologi/positive parenting ada dalam daftar target menulis saya 3 bulan ke depan. Bulan ini saya sudah memposting 2 tulisan ber-genre positive parenting. Oleh karena itu, malam ini saya akan memberikan review buku cerita anak yang kami (Aisya dan saya) suka.

Baca juga : Bunda, Kenapa Marah?

Kenapa Buku Ini Menjadi Pilihan Saya?

IMG_20171120_161118

Ceritanya menarik, ilustrasinya keren dan pesan di dalamnya bisa diaplikasikan oleh segala usia. Langsung saja ya..

Peppa Pig And I Love You Game adalah salah satu judul dari seri buku Peppa Pig yang diadaptasi dari serial Peppa Pig di TV. Film kartun ini bisa kita tonton di kanal Nickelodeon.

Percapakan di film-nya sederhana, mudah dicerna dan diikuti oleh anak seusia Aisya. Dari film ini Aisya juga mendapatkan banyak kosa kata dalam bahasa inggris. Oia, ini English book ya.

Baca juga : Aisya Udah Diajarin English?

Di dalam buku ini 6 tokoh utama, yaitu Peppa pig, George, Mami pig, Daddy pig, Grandma pig dan Grandpa pig.

Peppa adalah babi kecil yang sudah bersekolah, ia memakai baju berwarna merah. George merupakan babi yang lebih kecil dan berbaju biru. Daddy adalah ayah Peppa dan George, ia memakai kacamata dan baju berwarna hijau toska. Mami mereka adalah seorang Ibu rumah tangga yang terkadang menulis di komputer, bajunya berwarna oranye.

Grandpa dan Granny mengenakan pakaian berwarna ungu dan pink.

Isi Buku Peppa Pig And I Love You Game

IMG_20171120_161156

Cerita dalam buku ini dibuka dengan ajakan Mami Pig untuk bermain sebuah game.

“It’s Valentine’s Day!”,

“We can play I Love You Game”,

Itu dua cuplikan kalimat Mami Pig.

Fyi, saya tidak merayakan hari valentine, but I like the idea of this game.

Selanjutnya, seluruh anggota keluarga akan menyebutkan hal-hal yang mereka sukai. Daddy Pig sempat sih mengucapkan hal yang tidak ia suka. But most of them say what they love.

Peppa misalnya, ia yang paling banyak mengungkapkan apa yang ia suka.

“I love my birthday and balloons”,

“Rainbows! I love rainbows”,

“I love reading books and dancing”,

“I love you Mr. Skinny Legs”,

Ketika tiba giliran George , ia selalu menjawab, “Dine-saw”.

George really likes Dinosaur. Bahkan Grandpa pig sampai menyusun tomat, selada dan timun hingga berbentuk dinosaurus agar adik laki-laki Peppa ini mau memakan sayur.

Granny pig juga ikut ditanya oleh Peppa, “What do you love Granny pig?”.

Granny menjawab, “I love my blackberry bush and picking berries”.

Dan Daddy pig justru suka menghabiskan pie buatan Grandma pig.

Lalu, apa yang Mami dan Granpda pig sukai? Mami lover her sparkly pink dress, while Grandpa likes his boat.

Aisya Suka Buku Ini Ngga?

IMG_20171120_161036

Suka. Banget.

Bukan hanya buku ini saja. Aisya memang suka dibacakan buku, seringnya sebelum tidur. Bisa 5 buku yang saya ceritakan sebelum akhirnya Aisya terlelap.

Pas banget, cerita yang ini belum pernah kami lihat baik di TV maupun Youtube. Jadi seru-seru aja pas baca. Kalau yang sudah pernah ditonton ada juga bukunya. Ini memudahkan kami berdua untuk menghidupkan karakter yang ada pada cerita.

Baca juga : My First Two Books

Apa Menariknya?

IMG_20171120_161137.jpg

Buat saya, ide cerita “I Love You Game” yang ada di buku sangat menarik. Dengan bebas, tokoh-tokoh yang ada di dalamnya bisa mengungkapkan apa saja yang mereka sukai. This is actually good untuk diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.

Game ini menarik untuk dimainkan oleh keluarga, jadi masing-masing anggota mengetahui apa yang istri/suami/anak sukai (boleh ditambahkan dengan nge-mention apa yang tidak disukai).

It’s like, berusaha lebih terbuka dengan cara yang fun, yaitu main games.

We can start with, “Ayah suka saat Bunda…”,

“Bunda paling senang kalau lagi…”,

Dan anak kita juga bisa mengatakan benda/makanan/kegiatan apa yang mereka sukai.

Kalau pun tidak dimainkan, buku Peppa Pig And I Love You Game ini memotivasi saya pribadi untuk bikin list, apa saja yang saya suka, yang membuat saya happy dan apa yang bikin saya sedih.

Sehingga saya bisa lebih mengenali diri. Mendekatkan diri kepada hal yang bikin happy dan menghindari hal-hal yang bikin saya bete. Lega rasanya kalau bisa jujur sama diri sendiri dan orang lain 🙂

Even now, I want to mention things that I like 😊

Beli Dimana Bukunya?

Saya membeli buku ini di online store @valenciakartika tahun lalu. Coba cek ig-nya ya Mom, mungkin masih ada seri Peppa Pig.

IMG_20171120_173643

Keterangan Buku

Judul : Peppa Pig And I Love You game
Cover : Soft cover
Tebal : 32 Halaman
ISBN : 978-0-7636-8126-5
Harga : Rp. 37.000

Nah, buat yang pengen tahu siapa Mr. Skinny leg yang Daddy benci tapi Peppa suka dan tahu versi lengkap dari apa aja yang keluarga piggy ini sukai, silakan order dan bacakan untuk nanda/dinda tercinta ya.

Love you all, Moms.

 

 

 

 

 

 

 

 

Nila Acar Kuning : Sedap & Simpel

IMG_20171110_144035_879

Ayah – panggilan saya untuk suami – baru saja kembali dari New Zealand. Selama menjalani Diklat kurang lebih 8 hari di negara yang suami bilang, “Bak surga dunia” ini, kami suka video call-an.

Selain bercerita betapa indah, hijau dan dinginnya suasana di Auckland, suami juga curhat kalau beliau kangen masakan Indonesia. Masakan Mami kali, Yah, hehe..

Setiap pagi, seorang chef berdarah Turki menyiapkan sarapan di apartemen tempat suami dan teman-temannya tinggal, siang pun mereka menyantap hidangkan dari kampus University Of Auckland. Namun menu yang disajikan tidak dibarengi dengan nasi.

Namanya orang Indonesia, belum kenyang kalau tidak makan nasiii hehehe.

Untuk menyambut kedatangan suami dan mengobati rasa rindunya, saya mulai browsing resep-resep yang Indonesia banget.

“Mau dimasakin apa, Yah?”, tanya saya via WA.

“Apa aja deh, yang penting nasi”, jawab suami singkat.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada Nila Acar Kuning. Suami saya penggemar ikan and back again, he said he didn’t find any fish in Aoteaora.

Aoteaora – Selandia Baru dalam bahasa Maori yang berarti ‘Tanah Awan Putih Panjang’.

Untuk memasak Nila Acar Kuning ini, bumbunya mudah banget ya. Ada satu bumbu yang tidak saya pakai dan diganti dengan santan. Rasanya tetap gurih kok.

Tertarik mencoba di rumah? tenang ini resepnya simpel, bikinnya ngga lama dan rasanya lezaaaaat banget!

Nila Acar Kuning – A Treat For My Hubby

Alat dan bahan :

  1. Ikan Nila ukuran besar, saya beli yang 1/2 kg isi 2 di warung
  2. Wortel 1 buah
  3. Timun 1 buah
  4. Santan Kara
  5. Bawang merah 6 siung
  6. Bawang putih 5 siung
  7. Lengkuas 2 ruas jari
  8. Jahe 1/2 ruas jari
  9. Kunyit 1/2 ruas jari
  10. Sere 1 batang
  11. Cengek 5 biji
  12. Gula, garam, merica, dan penyedap rasa sesuai selera
  13. Minyak untuk menggoreng ikan
  14. Minyak untuk menumis
  15. Coet dan mutu untuk mengulek bumbu
  16. Wajan dan spatula
  17. Piring saji

Cara Memasak :

  1. Cuci bersih ikan Nila lalu beri 2 sayatan panjang di sisi kanan dan kiri ikan agar bumbunya meresap ke dalam daging ikan.
  2. Lumuri ikan Nila dengan garam tipis-tipis, diamkan beberapa menit.
  3. Sambil menunggu, kita bisa mulai menyiapkan bumbu untuk dihaluskan.
  4. Siapkan coet dan mutu. Sejak dihibahi coet dan mutu oleh mertua, saya jadi lebih senang mengulek bumbu ketimbang menggilingnya dengan mincer. No special reason, senang aja 🙂 Pernah juga sih saya haluskan dulu bumbu-bumbu menggunakan mincer lalu memuluskannya kembali di coet.
  5. Bumbu yang perlu dihaluskan adalah bawang merah, bawang putih dan kunyit. Sementara lengkuas, jahe dan sere saya geprek saja.
  6. Pertama-tama tumbuk bawang merah, beri sedikit garam agar memudahkan saat diulek. Setelah cukup halus baru masukkan bawang putih, ulangi cara yang sama. Tambahkan kunyit dan haluskan ketiganya.
  7. Panaskan wajan berisi minyak dan goreng Nila dengan api sedang. Kalau suka yang garing, tunggu sampai bagian luar mulai berwarna kecoklatan. Saya sampai matang saja, karena suami kurang suka yang terlalu garing.
  8. Sambil menunggu ikan-nya matang, iris tipis 1 buah wortel yang sudah dikupas. Lanjutnya dengan mengiris tipis timun, jangan lupa sisihkan isinya yaa.
  9. Di wajan yang berbeda, tuang sedikit minyak untuk menumis. Saya jarang menggunakan minyak bekas menggoreng ikan untuk menggoreng lauk yang lain/menumis. Oleh karena itu, minyak yang saya pakai untuk menggoreng ikan secukupnya saja.
  10. Tumis bumbu halus beserta lengkuas, jahe, sere hingga cita rasanya keluar.
  11. Masukkan wortel dan timun, tumis sampai setengah matang.
  12. Tambahkan air, garam, gula, merica, penyedap rasa. Sesuaikan dengan selera ya Moms.
  13. Setelah kuahnya mendidih, masukan Nila, biarkan bumbu meresap.
  14. Kecilkan api, tambahkan santan kara 1-2 sendok makan. Aduk rata hingga kuahnya surut and all well cooked. 
  15. Tata Nila Acar Kuning yang sudah matang di piring, taburi cengek merah agar lebih meriah. Sajikan dengan nasi hangat.

Gimanaaa? simpel kan cara buatnya? hihi. Kalau di-list jadi banyak ya. Padahal pada prakeknya sih step-nya hanya ada tiga : goreng ikan, haluskan bumbu, lalu tumis semua bahan.

Sebetulnya ada satu bahan yang saya lupa, yaitu kemiri. Karena jarang menemui bumbu yang satu ini di dapur, saya pun luput mengikutsertakannya pada bumbu yang harus digerus.

But the coconut milk saved me.

Ikan Nila-nya juga bisa diganti dengan Gurame, Ikan Kembung, Ikan Mas, Mujair dan lain-lain.

Okey, thanks yaaa sudah sudi mampir. Kalau Mommy-mommy disini suka masak apa yang spesial buat suami? 🙂

 

 

Wejangan Dari Tetangga

IMG_20171031_084459_161.jpg

“Tetangga adalah keluarga yang paling dekat” – Pak RT.

Ketika pindah rumah, saya belajar hidup bertetangga. Kalau sebelumnya saya bertetangga dengan teman-teman sebaya Ibu, sekarang saya memiliki tetangga sendiri.

Seperti kata Pak RT, di lingkungan yang baru dan agak jauh dari keluarga, otomatis tetangga menjadi keluarga terdekat. Kalau ada apa-apa, sambil menelepon suami/orang tua/saudara, kita bisa sambil mengetuk pintu rumah tetangga.

Alhamdulillah tetangga-tetangga saya baik dan suka gotong royong. Sebulan setelah saya tinggali rumah yang bergaya semi scandinavian ini, pengajian diadakan di rumah. Saya undang tetangga kiri kanan agar lebih mengenal mereka.

Baca juga : Taman Mungil Aisya #SemiScandinavianHome

Saya juga bergabung dalam grup WA RT sini, di grup saya bisa menanyakan berbagai hal, share info dan lain-lain.

Terkadang saya dan tetangga saling mengirim hadiah, baik itu berbagi sesisir pisang ambon yang dibagi dua, mengantarkan bala-bala hangat untuk sarapan, memberikan semangkuk soto yang kebetulan porsinya berlebih di rumah, ya ‘sedikit ewang’ bahasanya.

Memiliki tetangga yang baik memang rizki tersendiri, seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw berikut ini :

Rasulullah bersabda, “Ada empat diantara kebahagiaan di dunia (yaitu) : istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman” – [HR. Ibnu Hibban]

Saya juga sempat mengikuti penutupan Arisan yang diadakan di salah satu kafe dekat rumah. Saya belum ikut Arisannya sih, tapi tetap diajak datang untuk silaturahim.

Acara asik banget. Masing-masing warga diberi name tag, lalu warga baru diperkenankan mengenal diri di depan. Kami juga bermain games.

Games-nya lucu banget deh. Sebelumnya kami dibagi ke dalam 6 grup dimana masing-masing grup harus menunjuk satu orang untuk memeragakan seseorang dan anggota grup menebaknya.

Seseorang ini adalah warga yang dianggap ikon di RT tempat saya tinggal.

Peraga tidak boleh bicara dan harus memberi clue dengan gerakan saja. Ada yang berlagak seperti dokter, pura-pura mengalungkan stetoskop dan memeriksa detak jantungnya sendiri. Ada yang melakukan gerakan senam menirukan instruktur zumba, dan seolah-olah menulis surat menandakan ia sekretaris. Bu Hertin, dari grup saya, kebagian meragakan orang yang sedang masak lalu menggambar bentuk gas dengan tangannya. Sontak saya tebak, “Bu Ine penjual gas!”. Ternyata jawabannya benar.

Yang paling seru adalah game mengulang kalimat.

Kalimatnya sederhana, yaitu “Kepala digaruk, kelapa diparut”. Diulang-ulang terus, coba Ibu-ibu coba sendiri di rumah, kepeselet ga lidahnya? hehe.

Pulangnya kami dibekali mug cantik bertuliskan, “Keep Calm And Join Arisan” beserta hadiah games. Tak lupa bu RT menghampiri saya dan bilang, “Ikut Arisan ya”.

OK, siap Bu 🙂

Baca juga : Bunda, Kenapa Marah?

Dari tetangga-tetangga yang jam terbangnya lebih tinggi di dunia parenting ini saya juga mendapatkan 2 wejangan, antara lain :

  1. Tetangga se-RT beda jalan yang duduk semeja dengan saya di acara Closing Arisan Sabtu lalu bertanya,

    “Bu Ai, punya anak umur segini (nunjuk Aisya) suka bikin Bu Ai bertanya-tanya ngga, kapan yaa saya bisa ‘lepas’ dari anak ini? Dan pengen anak cepat-cepat mandiri?”.

    “Iya suka pengen gitu, Bu”, jawab saya.

    “Saran saya sih Bu, nikmati aja masa-masa anak nempel sama kita. Karena pengalaman saya, pas anak perempuan saya sudah SMP susah banget lho Bu diajak nemenin saya kemana-mana. Kalau saya ajak belanja atau ke undangan gitu malah dia pengen di rumah. Apalagi kalau ada temen main, pasti lebih milih temennya. Sekarang tuh saya suka kangen dan pengen melakukan sesuatu berdua dengan anak saya”, lanjut beliau.

    Hoo, ok NOTED, Bu.

  2. Tetangga lainnya – yang satu ini sih tetangga Ibu sebenarnya – yang sudah memiliki dua anak juga pernah memberi saya insight. Beliau bilang, “Pengalaman saya, anak pertama kan sekolah di TK swasta yang bagus (dan lumayan mahal). Full day lagi. Saya udah pede aja anak saya bakal pinter keluar dari sana”.

    “Eh, ternyata ngga gitu”, lanjutnya.

    “Akhirnya sebelum masuk SD saya ajari dia di rumah dan selama 6 bulan intens akhirnya bisa mengejar target keahlian yang dibutuhkan untuk masuk ke SD. Jadi jangan mempercayakan pendidikan anak 100% ke sekolah, apalagi gurunya kan hanya satu atau dua di kelas. Anak banyak. Perhatiannya terbagi”,

    Kita sebagai orang tualah yang lebih mengenal anak kita. Di rumah kita harus tetap mendidik anak. Semuanya kembali ke kita”, pungkasnya.

    Saya manggut-manggut mendengarnya.

Hm, memang sih saat konseling di Kober pun, dikatakan kalau sekolah dan les itu adalah alat. Pendidikan, habbit, penanam nilai yang utama berawal dari rumah. Dari kita, Bu 😊

Alhamdulillah, ngobrol-ngobrol sambil hang out dan nemenin anak main bisa memberikan masukan yang berharga gini. Terimakasih buat wejangannya, tetanggaku.

Jazaakumullah.

 

 

 

 

 

 

 

 

Bunda, Kenapa Marah?

FloatingMarket.jpg

Malam ini “Kuch Nahi” banget deh. Apaan tuh kuch nahi?

Kuch nahi or kuch nahin is an urdu language that means “nothing”.

Yap, nothing special tonight. Saya hanya membuka laptop dan mengedit 2 postingan lawas karena foto-foto disana mendadak cracked. Suka mengalami yang begini ga Moms? Salah satu cara agar foto yang kita upload ga hilang dari blog adalah memperkecil size-nya. And that’s what I do recently (re-upload and re-size).

Dulu kan saya masih Nge-Blog Dari HP, jadi fotonya itu seadanya banget. Yang ada di HP saya masukkan saja that’s why fotonya besar. Bisa sih diatur tapi karena khawatir bakalan ga simetris saya biarkan saja ‘nga-jeblag’.

Kalau sekarang pakai laptop jadi lebih leluasa menata media 🙂 Alhamdulillah.

Trus ada apa lagi?

Hm, kayaknya malam ini saya mau sedikit refleksi aja, tentang kenapa Ibu-ibu terkadang marah sama anaknya. Saya akan tulis ulang caption panjang dari instagram saya @sundarieko (mangga difollow).

Jujur, saya paliiing happy kalau Aisya main sama teman-teman yang baik. Menurut saya, anak-anak emang bagusnya main sama anak-anak lagi, selain sama ortunya, keluarga dan saudara-saudara. Good friends giving positive vibes. Aisya punya cukup banyak teman sih, ada teman di sekolah, di lingkungan rumah Akung, dan di rumahnya sendiri. Ponakan-ponakan Ayah dan anak-anak teman Mami.

And I prefer Aisya maiiin apa aja daripada main gadget. Gadget jadi pilihan paling kepepet kalau Mami lagi butuh banget waktu untuk diri sendiri, baik buat beresin segala macem kerjaan rumah atau pas lagi ada acara dan harus konsentrasi, atau saat Mami lagi kurang fit (perlu istirahat) sementara Aisya enerjik – menangani kondisi-kondisi spesial lah ya. Kalau Aisya masih bisa bermain mandiri saya lebih bersyukur.

Nah pas lagi ga ada teman otomatis saya memposisikan diri sebagai teman Aisya. Kadang saya bertingkah layaknya anak seusia Aisya. Kadang ya jadi coach, jadi Ibu juga.

Trus yang bikin Mami paling rumek adalah saat lagi banyak kerjaan dan Aisya lagi pengen ditemenin. Biasanya saya kasih jurus youtube tapi kadang ga mempan, Aisya lebih pengen main sama Mami rather than megang gadget. Wah artinya her need to get my attention is bigger ya. Sisi positifnya, Alhamdulillah Aisya termasuk anak yang ga addicted to gadget. Kalau udah gini saya suka bingung. Di saat saya kesulitan menangani perasaan bersalah karena gabisa nemenin anak sementara kerjaan juga ‘manggil-manggil’-nya mulai ga santai, anehnya saya suka jadi emosi. Setelah meluapkannya so pasti saya menyesal. I always asking for her apology after that. Berharap saya memililki manajemen emosi dan waktu yang lebih baik lagi. SO SAD.

BUT THEN AGAIN, seperti pernyataan teman saya yang main ke rumah lusa lalu, “Anak-anak itu PEMAAF BANGET ya, Ndar”. Ah iya banget ini. Hikmahnya, Mami harus banyak-banyak istigfar dan memperbaiki hubungan dengan Allah.

Caption ini ditulis setelah saya berdamai sama diri sendiri after I mad to Aisya which, like other mothers, saya menyesalinya.

“Kenapa harus marah sih, Bun?”

“Emang ga ada cara yang lebih ahsan ya buat menyalurkan emosi?”

Ini adalah beberapa pertanyaan yang suka saya tanyakan sama diri sendiri.

Oh come on, harus bereskan file diri ini mah.

Kadang suka takut juga sih, ketika saya marah, momen itu akan masuk ke alam bawah sadar Aisya dan bikin dia either trauma atau mengulangi what I did when she grow up.

Let’s wish not. Amiiin.

Saya selalu meminta maaf setiap habis ngambek sama Aisya.

Saya bahas deh, “Aisya ga suka ya kalau Mami marah?”,

“Muka Mami jelek ya pas marah?”,

“Aisya mau maafin Mami ga?”,

“Aisya tau ga kenapa Mami marah?”,

“Kalau Mami marah lagi, Aisya bilang ‘Mami senyum dong, Mami sabar’, gitu ya”,

Nah, ketika Aisya bilang, “Mami senyum dong”, saat saya lagi manyun, biasanya langsung bikin saya tertawa lho dan bikin emosi mereda. Akhirnya ya kagum aja sama cara Aisya ‘memadamkan’ saya.

Tapi saya kalau marah bentar ko. Kaya meluap gitu tapi terus HUP! dan bisa switch ke Mami mode baik lagi. Sayangnya Aisya udah keburu takut jadi menghindar.

Kadang ketika saya minta maaf dan minta peluk, Aisya mau dan dia juga cepat ceria lagi (mood-nya membaik). Tapi ada kalanya Aisya nangis sampai bilang, “Aisya takut kalau Mami marah”.

Uh, JLEB!

Tapiii tapi ya, nyadar ga sih Mom, kalau Ibu-ibu marah itu biasanya disebabkan oleh faktor luar. Bukan dari dalam kitanya.

Bisa jadi sikap asli kita sehari-hari sama anak itu lembut, fun, easy going, baik hati, bijak sama anak. Tapi ada kondisi tertentu yang bikin kita tiba-tiba berubah jadi ‘monster’.

Soalnya, beberapa teman dekat saya (yang udah sahabatan lama nih ya), suka komen,

“Aisya anaknya happy banget ya – ceria, energik, supel – looks very happy lah”,

“Kayaknya Aisya ga pernah dimarahi ya sama kamu”,

“Kamu sabar banget ya, kayaknya ga pernah marah sama Aisya”

Mendengar orang-orang yang kenal dekat sama saya ngomong gini, seringkali bikin saya merenung dan gatal pingin confess sih sebetulnya kalau saya kadang marah juga kok sama Aisya. And I’m still finding a way to overcome it.

But then I think, perkataan mereka adalah do’a. Mereka mendo’akan saya agar jadi Ibu yang lebih baik, in this case ga suka marah-marah sama anak lagi (Amiin).

And I also think that every mother have a chance to choose to not angry with their kids.

Jika saja support system sekeliling Ibu seperti pasangan, keluarga besar, lingkungan sosial mendukung agar Ibu tidak marah, insya Allah Sang Ibu tidak akan menjadikan marah sebagai sarana komunikasi terhadap anak.

This days, I still see Ibu-ibu yang membentak anaknya di depan umum, atau mempermalukan anaknya dengan menyebutkan kesalahannya.

Bahkan tadi siang, ketika anak saya bermain dengan salah seorang temannya, Ibu teman Aisya ini nitip pada saya, “Bunda Aisya, kalau anak saya nakal mah marahin aja ya”.

Wah, I won’t do that.
In my shoes, saya ga akan tega kalau anak saya dimarahi orang lain.

Different values I guess.
Barangkali di keluarga dan lingkungannya hal-hal yang saya sebutkan di atas itu sudah lumrah.

Di sisi lain saya mengenal salah satu tetangga yang suami dan keluarganya justru sangat anti-marah pada anak.

“Suami saya tidak pernah marah sama anak saya. Papah dan Mamah mertua juga gitu ke anak-anaknya termasuk ke suami saya, ga suka marah. Mereka bilang, kasihan anak masih kecil jangan dimarahi”, cerita beliau pada saya.

“Kalau ketahuan saya marahin anak saya, wah saya yang dimarahi mereka”, begitu lanjutnya.

Disini saya bersyukur melihat support sistem di keluarganya sudah bagus ya. Dengan begini, Ibunya bisa lebih santai dan sabar menanggapi tingkah polah anaknya 🙂

Beda sama kondisi Ibu yang actually she is good tapi lingkungan sekitarnya yang temperamen. Bakal lebih berat effortnya untuk menjadi gunung es yang dingin di antara merapi yang siap meletus.

Back again, every mother have their own battle.

Bapak saya pernah memberi wejangan, “Ketika orang yang emosional berhasil menahan amarahnya, dia bakal mendapatkan pahala yang lebih besar dari Allah ketimbang orang yang tidak emosional. Kan proses melawan nafsu-nya lebih berat”.

Maklum, wanita bergolongan darah B katanya kan emosional yaa. Katanya sih, ga bisa digeneralisir sih.

And then what else?

OK, I will continue by breaking down, apa aja sih yang bisa menyulut emosi Ibu.

Apa Aja Sih Yang Bikin Ibu Lebih Emosian?

1. Tertekan

Saat seorang Ibu merasa tertekan dan menyimpannya dalam-dalam, suatu saat tekanan tersebut akan meledak. Orang terdekat bisa kena imbasnya, seperti suami or worse anak.

Kenapa anak bisa jadi sasaran empuk? karena mereka looks more fragile. Suami/orang dewasa lainnya bisa saja memberi bantahan, pembenaran, perlawanan atau sikap apa pun yang mereka tunjukkan yang membuat kita sebagai perempuan merasa tetap tertekan.

Sedangkan anak cenderung mendengarkan ocehah kita, and they can’t do anything about it. Sehingga secara sadar maupun tidak, kita merasa lebih aman untuk burst all the emotion out.

Memang apa sih yang bikin seorang Ibu tertekan?

Banyak ya! Bisa jadi datang dari keluarga, atau omongan tetangga yang terlalu dimasukkan ke dalam hati. Mungkin stress dari kantor yang dibawa pulang dan lain-lain.

PR kita selanjutnya, adalah mencari solusi sebelum tekanan ini menumpuk dan merembet ke hal lainnya.

2. Dikejar Deadline

Bukan hanya deadline pekerjaan di kantor, di rumah pun ada banyak deadline. Misal pada satu hari tersebut kita harus menyelesaikan setrikaan yang sudah menumpuk karena hari-hari sebelumnya kita sibuk pindahan, mencuci piring-piring kotor, memasak, membereskan mainan yang berserakan serta menyapu dan mengepel rumah, tapi di waktu yang sama anak kita rewel. Sedangkan sore hari saudara-saudara mau main ke rumah dan kita ingin rumah kita bersih, nyaman, rapi ketika mereka datang.

Supaya kita terhindar dari uring-uringan dan ikut tantrum saat anak tantrum, ada baiknya kita mengkomunikasikan pada pasangan kalau kita membutuhkan bantuannya. Atau mengantar anak kita bermain di rumah tetangga dulu barang 1 jam – 2 jam sementara kita ngebut menyelesaikan pekerjaan di rumah.

Kita juga bisa meminta pengertian dari saudara kita kalau saat itu kondisi rumah sedang tidak ideal. Dan memilih untuk memesan makanan dari luar ketimbang menambah pekerjaan dengan memasak besar sendirian.

Kita adalah mahluk sosial, so its okey lah jika sekali-kali meminta bantuan dan pengertian orang lain. I believe, para Ibu lain juga pernah ada di posisi seperti ini.

3. Ghost-Of-Parenting

Yang ketiga ini adalah bawaan dari masa kecil kita. Kadang bagaimana orang tua bersikap pada kita dulu masih membekas dan suka keluar tiba-tiba saat kita menghadapi situasi yang sama.

As we all know, orang tua jaman baheula dan orang tua jaman now memiliki trend yang berbeda. Dari hasil ngobrol-ngobrol sama tetangga, banyak yang bilang kalau orang tua mereka itu ya disiplin, galak (tegas), sebagai anak kita takut dan nurut sama orang tua. Orang tua mostly selalu benar.

Saya perhatikan, orang tua jaman now lebih concern sama psikologi anaknya. Kita belajar bagaimana harus bersikap pada anak, belajar memahami karakter dan apa yang ia rasa, lebih banyak melibatkan mereka dalam diskusi. Lebih mementingkan perasaan anak dengan harapan anak kita bisa grow up better than us.

“Dulu orang tua saya bilang, ‘Kamu sekolah disini saja ya’, iya saya nurut”, ucap seorang teman.

“Sekarang, waaah mau nyekolahin anak saya saja, saya harus keliling Bandung. Ikut trial class-nya dulu, lihat respon anak saya, dia tertarik ga sekolah disitu. Kalau ga, kami cari lagi sekolah yang lain. Sampai dapat yang sesuai sama dia. Ga bisa dipaksa”, lanjut beliau.

“Trus, kids jaman now itu ngeyel kalau dikasih tau. Jaman dulu, mana ada kita njawab kalau orang tua kita bicara”, kata teman yang lain.

Hihi, iya sih beberapa hal dan metode yang baheula-baheula memang sudah tidak relevan ya lagi sekarang. We have to stay update lah.

Trus kalau kita masih kebawa-bawa sama pola asuh orang tua kita yang dulu gimana dong? saran saya sih coba beri jarak antara kita dan orang tua. Misalmya, memilih tempat tinggal yang tidak terlalu dekat, bergaul dengan orang-orang dan lingkungan yang positif dan mengajak diri kita sadar untuk hidup in present time.

Juga mau merubah diri ke arah yang lebih baik dan kekinian. Mungkin tetap mempertahankan nilai-nilai dan ajaran yang bagus namun dengan cara yang lebih pas untuk anak-anak kita.

4. Jenuh/Penat

Rutinitas sehari-hari yang gitu-gitu aja kadang menimbulkan rasa jenuh. Supaya kepenatan ini ga bikin mood kita jelek dan dikit-dikit emosian ada baiknya kita break sejenak dari kesibukan kita.

Refreshing deh Moms, traveling sama keluarga ke tempat-tempat yang seru. Saya dan keluarga suka traveling minimal setahun sekali, lumayan semingguan gitu bisa bebas dari deadline di rumah, hihi. Untuk cerita traveling kami bisa klik link ini ya Traveling Keluarga

Atau do a me time. Ga harus jauh dan mewah sih, bisa jadi me time di salon, baca buku, nulis, nonton film, datang ke pengajian, yaa doing things that recharge our energy aja.

5. PMS

Saat PMS (pas mau datang bulan), acapkali saya merasa lebih mudah emosi. Ibu-ibu gini juga ga?

Awalnya saya pikir ini mitos karena ketika masih gadis when my period come ya biasa aja. Paling sakit perut tapi ga bikin saya mudah marah.

Sekarang anehnya iya. Nah disini nih saya harus ingat-ingat wejangan Bapak saya buat pintar-pintar menahan emosi 🙂

OK, saya rasa sekian dulu deh refleksi saya malam ini. Ini saya menulis sekalian mengingatkan diri saya kembali. Biasanya kalau sudah nulis suka lebih malu kalau mengulangi kesalahan.

Oia, kalau Bunda-bunda yang lain mau menambahkan faktor pemicunya, silakan yaa. I’ll be glad to receive your comments 🙂

After all, menurut saya kita juga harus take part untuk memaafkan diri kita sendiri yang masih terus belajar dan cepat move on. Seperti anak-anak kita yang easy to forgive and easy to forget.

Thank you for stoping by. Sama-sama saling mendoakan ya Bunda, semoga kita bisa jadi Ibu yang ga emosian. And our bond to our children get stronger day by day. Amiin.

“Laa taghdob, wa lakal jannah”
“Jangan marah, maka bagimu surga”
[HR. Thabrani]

My First Two Books

22384357_10155141338748230_1783578756786909531_o

Saya pernah menonton Talk Show-nya teh Sarah Sechan di Net TV ketika mengundang Mba Dewi Lestari. Beliau bercerita, untuk merampungkan novelnya yang rilis tahun 2017 ini butuh 1 tahun. Proses menulisnya sendiri memakan waktu 6 bulan, dan ia sama sekali tidak bisa diganggu alias harus fokus dalam menulis. Tentu sebelum menuangkan ide-idenya, Mba Dee melakukan research terlebih dahulu.

Setelah itu, naskahnya masuk ke tahap proof reading, editing hingga akhirnya siap di publish. Proses yang matang ini membuat Kepingan Supernova menjadi novel yang fenomenal – menurut saya.

Kemudian saya merefleksikannya pada diri saya sendiri. Kalau Mba Dee Lestari saja membutuhkan waktu 6 bulan untuk menyelesaikan naskahnya, dan total penggodokannya 1 tahun, artinya realistis banget ya kalau saya juga bikin satu buku satu tahun.

Ahaha, ini hanya lintasan pikiran kala itu.

And now? Alhamdulillah I achieve one of my goal this year.

Buku antologi pertama saya bersama Ibu-ibu kece dari Grup One Day One Post sudah launching. Sekitar 600 eksemplar lebih telah dikirimkan oleh penerbit kepada para pemesan. Sambutan yang hangat, saya rasa.

Subhanallah Walhamdulillah.

Sebelumnya saya juga membuat DIY Pop Up Book dengan Aisya. Though its a Do It Yourself yang dibuat menggunakan tangan, but it still a book right? 🙂 That’s why, the title of this post is “My first two books”.

Buat para Mommies yang pengen bikin juga, saya share step by step-nya disini ya Banana Oat Pancake Made By Aisya #DIYPopUpBook

Next project, berharaaap banget bisa bikin buku cerita anak yang bisa saya dongengkan untuk Aisya. Amiin, doakan ya. Tetap semangat!

My Second Book – 33 Kisah Me Time

22904943_10155177332068230_5041503510797627893_o

Apa sih yang bikin 33 Kisah Me Time ini spesial?

Buku ini berisi kisah-kisah nyata dari para ibu yang berusaha mewujudkan kebahagiannya melalui me time yang sederhana.

Kisahnya unik dan inspiratif karena ditulis dengan sudut pandang yang berbeda. Buku ini juga menjelaskan mengapa me time menjadi sesuatu yang berharga buat ibu. Selain, kisah-kisah inspiratif, buku ini juga mencantumkan tips dan trik buat ibu agar bisa meluangkan waktu sebentar saja untuk melakukan aktivitas me time.

Review lengkapnya ada disini ya : 33 Kisah Me Time – Perjalanan Ibu Bahagia

Pssst! Jangan lupa baca Me Time Produktif Ala saya di Chapter #16 ya!

IMG_20171030_105436

Mengawali debut saya di dunia per-buku-an dengan membuat buku antologi adalah langkah yang tepat ternyata. Terasa banget dukungan antara penulis yang satu dengan yang lain.

Setelah naskah terpilih lolos seleksi, kami belajar me-review tulisan teman, merevisi kembali dengan memasukkan hasil koreksi dari teman-teman juga membentuk tim-tim.

Seperti tim Marketing, PJ Agen, merancang bedah buku, kopdar dan lain-lain. Asik deh.

Sekarang saya jadi ngeh sama Penerbit Indie. Kalau saya perhatikan, kelebihan dari Penerbit Indie adalah proses proof reading dan percetakannya tergolong cepat. Dan royalti yang ditawarkan menarik, cenderung lebih besar daripada Penerbit Mayor.

Meski begitu, hopefully one day saya bisa menjajal Penerbit Mayor.

I also feel honour because, tulisan saya bersama teman-teman bisa bersanding dengan cerita Me-Time Bu Walikota Bandung – Atalia Praratya Kamil. Bu cinta ini selain geulis pisan juga baik hati lhooo.

Teh Shanty dan Bunda Intan sempat berfoto sama beliau saat berkunjung ke Pendopo.

IMG-20171031-WA0006

Beliau seolah ikut mempromosikan, “Sudah beli bukunya? yuk pesan sekarang ke Penerbit Stilleto atau melalui Agen di kotamu”.

Hihi, iya gituh? ya itu mah bisa-bisanya saya saja 🙂

Oia, by the way serius nih buat teman-teman yang mau jadi Agen bisa banget lho! Ini dia infonya :

IMG_20171101_125138_454

Siapa tau Mommies disini ada yang nge-fans berat sama istri dari Pak Ridwan Kamil yang super kece, daripada kemimpi-mimpi buruan pesan sekarang yaa, atau langsung daftar jadi agen aja supaya bisa nyetok banyak. Hehe.

Here’s the sneak peak

IMG_20171016_070523_348

Gimana unik kan?

Bedah Buku 33 Kisah Me Time

IMG-20171102-WA0000

Nah, khusus buat teman-teman di Bandung yang mempunyai komunitas, boleh banget lho kalau mau ketemuan sama kita (ceileh kita siapa emangnya?). Sama-sama sharing saja tentang seberapa penting Me Time, apa efeknya and how we spend our me time. Kita diskusi bareng 🙂

Di kota lain juga diadakan, tapi karena saya berdomisili di Bandung jadi saya lebih merangkul teman-teman yang di Bandung saja ya.

So, buat teman-teman yang tertarik mengadakan Bedah Buku Me Time bisa mengisi form Bedah Buku Bandung http://bit.ly/2xGsLXz ini yaa.

Me Time Bikin Saya Senyum-Senyum Sendiri

IMG_20171030_104827

Jujur, melihat karya saya bersama Odopers turut menghiasi sederet koleksi buku di Book Shelves itu bikin hidup saya lebih berarti. Bahagia karena bisa berkarya lagi dan berbagi dengan Ibu-ibu lainnya melalui tulisan.

Saya tahu banget, banyak wanita yang setelah menjadi Ibu lebih fokus untuk memberi. Memberikan diri kita untuk jadi support terdepan bagi anak dan suami. Hingga kadang kita lupa untuk mengisi. Padahal kita takkan mampu terus menerangi jika baterai kita lemah.

Nah, dengan Me Time inilah kita bisa men-charge diri.

Mengisi agar kita bisa memberi lebih banyak lagi. Its either membaca buku, ngobrol berkualitas dengan pasangan, menyeduh teh hangat di pagi hari, merenung di sepertiga malam, atau melakukan me time yang produktif.

I’m gonna take one of my favorite quote from this book to wrap this post,

“Menikmati kesendirian adalah cara menjaga kewarasan.
Menutup telinga dari banyak kata hingga hanya suara hati yang terdengar.
Make your special time”

– Putri Utami

Semoga tulisan ini bermanfaat, selamat me time, Moms 🙂