“Ai, punya tausiyah tentang ikhlas ga?”
Begitu bunyi line dari teman saya. Saya yang agak bingung menjawab segera bertanya pada bapak yang sedang duduk di hadapan saya.
“Pak, ikhlas itu gimana sih?”, tanya saya.
“Ikhlas itu, Ndar, hal yang paling mudah diucapkan dan paling sulit dilakukan”, jawab bapak saya.
Ibu yang duduk di sebelah ayah ikut angkat suara, “Kalau mau belajar ikhlas, dari Nabi Ayub, mba”.
“Beliau itu kaya raya tapi kemudian diberi sakit, seluruh badannya digigitun bilatung. Sampai Nabi Ayub dikucilkan oleh masyarakat dan ditinggalkan oleh keluarganya. Tapi Nabi Ayub tetap sabar”, ucap Ibu.
“Bahkan Nabi Ayub malu untuk memohon disembuhkan oleh Allah, beliau malu karena waktu sehatnya lebih banyak dari waktu sakitnya”, lanjut bapak.
“Do’a Nabi Ayub saat sakit ada di Qur’an surat Al-Anbiya ayat 83”, bapak menambahkan. Saya pun mencari ayatnya. Begini bunyinya:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. [QS. Al-Anbiya: 83]
“Nabi Ayub tidak memohon disembuhkan, Ndar. Beliau hanya memaparkan kondisinya dan memuji Allah”, bapak saya menegaskan.
“Oleh karena kesabaran dan keikhlasan beliau, Nabi Ayub dikenal dengan keikhlasannya. Dan pada orang yang ikhlas, syetan angkat tangan”, ucap bapak lagi.
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”, [QS. Al Hijr. 39].
”kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”, [QS. Al Hijr. 40].
*mukhlis adalah orang yang ikhlas.
“Dan Imam Al-Ghazali juga menyebutkan bahwa, semua orang pasti akan binasa kecuali orang yang berilmu. Orang-orang yang berilmu pasti akan binasa kecuali orang yang aktif beramal. Semua orang yang aktif beramal akan binasa kecuali yang ikhlas”, lanjut bapak lagi.
“Subhanallah dong Pak, jadi kita harus ikhlas dalam beramal supaya gak bisa diganggu syetan?”, tanya saya antusias.
“Ya, beramal hanya untuk Allah dan tidak mengharapkan apresiasi, balas jasa, pengakuan dari manusia. Ikhlas karena Allah”, beliau mengakhiri penjelasannya dengan senyuman.
Setelah mengetahui perihal ikhlas, saya pun tambah bersemangat untujk bisa belajar menjadi pribadi yang ikhlas. Terimakasih untuk teman saya yang sudah bertanta, sehingga bertambah ilmu bagi saya mengenai ikhlas.
Jazaakumullah khairan katsiro 🙂