Ada Apa Aja Di Belitong Timur?

Perahu – Aisya – Pantai Serdang

Ini adalah hari terakhir kami di Belitung, kami bersiap sejak subuh, memastikan semua barang tidak ada yang tertinggal dan membopong Aisya yang masih mengantuk untuk sarapan. “Bobo-nya dilanjutkan di mobil ya de”, ucap Ayah.
Pagi ini kami akan berangkat ke Belitung Timur, butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk sampai ke Belitung Timur menggunakan mobil sewa dari tempat kami menginap. Review Central City Hotel ada di MAIN KE BELITUNG #GarudaPoin ya. Selesai menyantap mie dan roti panggang (dua-duanya karbo ya), kami naik ke mobil dan meluncur ke Belitong Timur.

Bang Fedi, driver kami nampaknya sudah biasa menyetir jauh. Lagi-lagi jalanan terlihat sepi, hanya ada satu dua mobil yang melintas di jalan yang kami lalui. Kalau lagi traveling begini, saya sulit memejamkan mata karena tidak mau melewatkan pemandangan yang indah di luar jendela mobil. Di kiri-kanan jalan bisa kita lihat kebun-kebun, rawa, sungai, rumah-rumah lucu, toko-toko, alun-alun dan lain-lain. 

Museum Kata Andrea Hirata

Museum Kata Andrea Hirata – tampak depan

Tujuan pertama kami pagi ini adalah mengunjungi Museum Kata Andrea Hirata. Saya sudah semangat ingin masuk dan membaca karya-karya yang ada di dalam, hanya perlu membayar Rp. 50.000 rupiah kok dan kita bisa mendapatkan buku saku. Sayangnya saat kami tiba masih tutul, jadi kami hanya berfoto di depan bangunannya saja. Desain museum ini yang saya bilang cukup merepresentasikan rumah-rumah timpo duluk yang berwarna-warni di Belitung. 

Museum yang luas ini dikelola oleh Andrea Hirata sendiri (bukan sama pemerintah) dan di dekat museum bisa kita lihat rumah orang tua Andrea Hirata yang berwarna kuning. Daripada menunggu lama sampai museumnya buka, kami memilih untuk meneruskan wisata ke sekolahnya Lintang.
Baca juga : Island Hopping Di Belitong

SD Muhammadiyah Gantong

Ini adalah replika dari sekolahnya Lintang, Ikal, Arai yang ada di film Laskar Pelangi. Sengaja dipindahkan ke tempat yang lebih mudah dijangkau oleh pengunjung karena lokasi aslinya berada jauuuh di dalam hutan. Disini kami bertemu dengan anak laki-laki bernama Dendi. Dendi sengaja mengayuh sepedanya untuk main kesini. 

Aisya dan Dendi di depan pintu kelas

“Mami, gurunya ada ngga?”, tanya Aisya mengintip dari celah pintu.
“Ngga ada sayang, libur”, jawab saya sekenanya, hehe.

“Boleh masuk ngga ke kelasnya?”, tanya Aisya lagi.

“Boleh kalau udah dibuka sama Pak Tua”, jawab Dendi.

“Dendi sekolahnya kelas berapa?”, kali ini saya yang bertanya.

“Kelas enam”, jawab Dendi.

Setelah ngobrol dan berfoto di beberapa spot, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Serdang.

Pantai Serdang

Kami sampai ke pantai Serdang sekitar pukul 10 pagi. Pantainya sepiiii sekali, hanya ada 3 orang warga lokal yang berendam di pinggir pantai, yaitu seorang Ibu dan dua orang anaknya. Pantainya indaaah sekali, pasirnya putih, sayang di beberapa area ada sampah sisa maraknya turis di malam Senin. Di pinggir pantai ada beberapa perahu dengan warna mencolok yang parkir, mungkin para nelayan yang pulang tadi pagi sengaja menambatkannya disana. Air lautnya bersih, pantulan sinar matahari di air membuat saya terkesima. Subhanallah beautiful.

Kalau dikelola dengan baik, pantai ini pasti akan menarik lebih banyak pengunjung. Di area pantainya ada playground untuk anak, sementara Aisya dan Fayyadh main ditemani Ibu-ibunya, para Bapak memesan air kelapa dan gorengan. 

Taman Cemara ini masih satu lokasi dengan Pantai Serdang

Ada satu makanan yang menurut saya enyaaak, rasanya seperti pempek, isinya telur dan diberi bumbu kacang, mereka menyebutnya Bakso. Whatever the name is, makanan ini enak dan bikin kenyang 🙂

Danau Kaolin

Tempat terakhir yang kami singgahi sebelum ke Bandara adalah Danau Kaolin. Danau ini terbentuk dari limbah pabrik kaolin, kaolin ini bahan yang bisa kita jumpai di beberapa kosmetik. Amazingly, limbah yang dihasilkan terbendung dan jadi daya tarik yang indah, warna danaunya hijau toska. Sayangnya area ini terasa sangat silau dan panas, jadi kalau kesini sebaiknya bawa payung dan kacamata yaa.

Bandar Udara H.A.S Hanandjoeddin

Bandara di Belitung ini tidak terlalu besar, begitu sampai di depan pintu kita bisa langsung masuk, memeriksakan tas dan koper kita di mesin X-Ray kita, lalu check in. Untuk kepulangan ini, saya kembali menunjukkan foto KTP saya, plus fotokopi KTP suami saya, baru setelah itu saya diberi surat keterangan yang bisa saya gunakan sampai Bandara Soekarno Hatta.

“Disini ngga ada Starbucks ya?”, tanya saudara saya. Jawabannya ngga ada, resto fast food juga ngga ada, adanya satu kantin yang menjual berbagai minuman dengan beberapa menu seperti soto daging dan soto ayam. That’s what we order for lunch. 

Okey, for this last post of Main-Ke-Belitung-Trilogy, I just want to keep it this simple. Thank u for visiting my blog. Ayo main ke Belitung! 😉

Island Hopping Di Belitong

Crystal clear water at Pulau Pasir

Are you ready to follow our journey? 😉 Buat teman-teman yang belum tahu gimana ceritanya Aisya bisa ‘terdampar’ di pulau-pulau di Belitong, please kindly visit Main Ke Belitung #GarudaPoin 

Disitu, saya sharing tentang garuda poin dan diskon 90% dari Maskapai Garuda pluuus drama di Bandara karena saya lupa bawa KTP, sure I’m not proud of this, but perhaps the information that I put there could give a little help to those who needs, cheers!

Ok, lanjut yaa. Hari kedua di Belitong, kami berencana untuk Island Hopping. Island Hopping ini starting point-nya dari Tanjung Kelayang yang jaraknya sekitar 20 Km dari Centra City Hotel. Hm, lumayan jauh juga ya secara dari Dago ke Caheum saja yang jaraknya 10 Km bisa memakan waktu 1 jam kalau naik mobil, eh tapi itu kan Bandung yang ada beberapa layer macet dan lampu merahnya. Karena jalanan di Belitong ini lengang banget, jarak 20 Km bisa ditempuh dengan waktu lebih cepat, kira-kira 50 menit-lah, didukung oleh kondisi jalan yang bagus, no traffic light, dan naik motor. Di tengah jalan, kami sempat isi ulang bensin literan dulu sambil beli snack untuk Aisya dan Fayyadh.

Jalanan kosong, ‘pertamini’ & Aisya

Sampai di Tanjung Kelayang, kami langsung ganti pakaian (saya engga, hanya suami dan saudara). Disana ada toilet yang bersih. Lalu kami menyewa pelampung dan boat dari Kedai Asahan (rumah makan di pinggir pantai). Kami berenam naik satu boat, pengemudinya Bapak-bapak yang sudah ubanan tapi masih jagjag, makasih ya Pak sudah membawa kami jalan-jalan di laut 🙂
Pulau yang kami tuju pertama kali adalah Pulau Lengkuas, perjalanan menuju dan dari Pulau Lengkuas ini sangat berkesan buat saya, kenapa? Baca terus yaa..

Naik Boat Ke Pulau Lengkuas

View from our boat

Waktu kami ajak naik ke boat, Aisya nggak mau. Diminta pakai pelampung juga ogah. Tapi setelah dibisiki oleh Ayah, Aisya lama-lama mau pakai pelampung, selama di boat Aisya diaaam saja, biasanya kan ceriwis, malah sempat nangis.. Setelah sampai di Pulau Lengkuas, Aisya masih kerung, main pasir nggak mau, main ke pantai belum mau. Maunya peluk saya saja sambil minum air kelapa.

“De, Ayah mau naik ke mercusuar, dede disini aja ya”, kata Ayah, bikin Aisya melepas pelukannya dan tertarik ikut Ayahnya. Tapi nggak jadi, karena ada 360-an anak tangga yang harus dinaiki untuk sampai ke atas dan Ayah nggak kuat kalau sambil bawa Aisya. 

Tiba-tiba Aisya bilang, “Mami, aku mau ganti baju”.

“Ganti baju beach?”, saya memastikan.

“Iya”, jawab Aisya.

Saya tersenyum dan mengganti pakaian yang Aisya pakai dengan baju renang lungsuran tante Arum. Yipiiiee Aisya sudah semangat lagi nih. Langsung deh Aisya-nya lari ke pinggir pantai, nyanyi lagu Moana sambil main ombak dan menghampiri Fayyadh yang sudah lebih dulu main pasir.

Main pasir di beningnya pantai Pulau Lengkuas

Sekarang mau bahas sedikit tentang asal muasal nama Pulau ini ya. Awalnya sih saya pikir pulau ini dinamakan Pulau Lengkuas karena bentuknya seperti Lengkuas kalau dilihat dari atas mercusuar, dimana lengkuas adalah bumbu masak yang suka saya pakai kalau bikin opor, kari dan tumis-tumisan. Ternyata analisis sotoy saya itu meleset. Jadi yang betul adalah, di pulau ini ada mercusuar dan rumah panjang berwarna putih, dahulu orang Belanda menyebutnya “Long House”. Karena agak sulit melafalkan “Long House”, orang Belitong bilangnya “Lengkuas”, sejak saat itulah pulau ini famous dengan sebutan Pulau Lengkuas. Pasir di pantai ini lembuuut sekali, di bagian atas ya yang belum tersentuh air pantai, kalau di pinggir pantai nggak terlalu lembut tapi juga nggak nempel ke tangan. Ada batu-batu kecil di pantainya sehingga kita, terutama anak-anak harus hati-hati saat berjalan di pantai supaya nggak kecugak kaki-nya. Saat Aisya main air dan pasir saya iseng-iseng mengumpulkan potongan kerang yang lucu-lucu.

Pasir putih yang lembut di Pulau Lengkuas

Aisya masih asik main di pantai saat Ayah mengajak kami hopping to another island, Bapak nelayan yang membawa kami menyarankan agar kami pergi ke Pulau Pasir, saya setuju saja sama Bapaknya dan di tengah jalan Ayah dan Abi Fayyadh ditawari untuk snorkeling sama Bapaknya. Tentu saja suami saya said yes untuk snorkeling. Aisya memperhatikan Ayahnya yang terlihat lucu memakai peralatan snorkeling sambil ketawa-ketawa, setelah Ayah nyebur, Aisya menaburkan remahan cracker yang kami beli agar ikannya berkumpul mendekati Ayah. Kami nggak lama kok berhenti di tengah lautnya karena ingin segera melihat Pulau Pasir. 

Ada yang mood-nya lebih happy nih 🙂

Mesin perahu kembali menyala, bau bensinnya sedikit tercium, kami mulai berlayar dan terombang-ambing lagi di lautan yang luas, tapi ada yang berbeda. Aisya terlihat lebih senang, nggak takut lagi duduk di boat, bahkan senyum-senyum gembira. Hihi Alhamdulillah Aisya sudah berani yaa, saya senang deh lihat Aisya enjoy selama di boat.

‘Surga’ Di Pulau Pasir

Perahu yang kami naiki berlabuh dengan smooth di Pulau Pasir. Saya memilih untuk loncat dari boat dan tidak turun menggunakan tangga. Pantainya sangat mempesona, its dreamy..

Pulau Pasir, oh Subhanallah indah bangeeet. Berasa di Maldives saya mah ahaha, nggak usah jauh-jauh ke Maladewa disini juga lautnya beniiiing banget. Pulau pasir ini kecil sekali, pulaunya terbentuk dari gundukan pasir putih yaaang kalau diinjak itu lembut syekali. Disini sudah nggak pakai aba-aba, Aisya langsung nyemplung dengan berani dan main air dengan bahagia. Lagi-lagi saya ikut bahagia melihatnya. Ombak di pulau-pulau Belitong cenderung landai jadi relatif aman untuk anak-anak bermain. Suasana disini so peaceful, rasanya ingin berlama-lama disini.. Its so pretty, you have to see it by yourself to feel what I feel. Subhanallah.. Its like a heaven on earth..

My brave girl!

Karena pulau-nya berada di tengah laut dan kecil, otomatis pulau pasir ini bersih banget. Nyaman banget laying down disini. Kita bisa bermanja-manja dengan air lautnya, mengagumi keindahan warna air lautnya yang bak gradasi warna dari krem – bening – hijau toska – biru, melihat pulau lain dari sini dan memandangi langit yang luas. Dan kalau beruntung kita bisa menemukan bintang laut disini..

Crystal clear water at Pulau Pasir

Oh, could we stay here longer?
Ahaha, sayangnya kami harus beranjak menuju pulau selanjutnya, kurang puas sih tapi harus lihat sikon juga ya. Matahari semakin terik, kulit anak-anak sudah terlihat tanned, jadi kami lanjut lagi hopping ke pulau Garuda dan Kepayang tapi nggak turun. Di Pulau Kepayang ini katanya best buat makan ikan, tapi suami memilih untuk kembali ke Tanjung Kelayang, sekalian kami meneruskan traveling hari ini ke Tanjung Tinggi, tempat syuting film Laskar Pelangi.

Tanjung Kelayang

Sementara Ayah dan saudara kami berteduh di rumah makan Asahan, Aisya yang masih ingin berlama-lama di pantai asik sendiri main di Tanjung Kelayang. Pantai ini juga nggak kalah indah meski Pulau Pasir tetap juara. Tanjung Kelayang adalah pantai yang tenang, tidak berombak, kalau pun ada kecil sekali. Banyak perahu yang parkir di pantai ini, para nelayannya dari pagi sampai sore mengantar penumpang ke pulau-pulau dan malam harinya memancing. Mumpung pakaian saya belum kering, saya temani Aisya bermain. Kami berburu harta karun, harta karunnya itu cangkang kerang!

Saya dan Aisya akan mencari sea shell, kalau kelihatan ada cangkang kerang, Aisya akan menggali pasir dan mengambil cangkang kerangnya. “Mami, aku mau clean up sea shell-nya ya”, kata Aisya sambil membawa ‘harta karun’ temuannya ke laut. Semua cangkang kerang yang berhasil dikumpulkan kami masukan ke keresek dan dibawa pulang, lumayan buat oleh-oleh untuk grandpa, uti, aunty, uncle, bibi, seeemuanya! Hehehe.

Look, we find many sea shell 🙂

Tibalah waktunya makan siang, kami memesan 1 porsi ikan Bulat dan tumis kangkung untuk dimakan bersama. Aisya dan Fayyadh makan siang dengan telor ceplok karena ikannya berbumbu pedas. Untuk minumnya, suami saya meminta segelas jeruk hangat dan ketika dihidangkan, lho kok kaya air mineral? Hehe. 

Ternyata jeruk yang mereka gunakan adalah jeruk kunci, jeruk khas Belitong yang air perasannya berwarna bening, tapi rasa jeruknya kuat. Jeruk kunci ini biasa ditanam di rumah masing-masing, jadi semacam home industry juga bagi orang Belitong. Di rumah makan Asahan ini juga kita bisa mandi, ada banyak kamar mandi untuk bilas disana. Beberapa baju yang basah juga kami jemur sambil menunggu sore tiba, lumayan kan jadi nggak terlalu berat di tas.Oia untuk biaya sewa pelampung, snorkeling, dan Island Hopping kami hanya perlu membayar Rp. 600.000 dan untuk makan siangnya all Rp. 191.000, murah yaaa. Ya Allah semoga rizki Bapak-bapak ini makin lancar ya Allah, Amiin.

Ikan Bulat

Ada satu hal lagi yang menarik dari orang-orang Belitong. Mereka sangat ramah, helpful dan cinta damai. Sampai ada yang bilang, “Disini orang simpan motor ada kuncinya di pinggir jalan pun nggak ada yang ambil. Disini aman”. 

Daaan benar saja, saat kami mau berangkat ke Tanjung Tinggi, saudara kami baru sadar kalau kunci motornya ngegantung sedari tadi di motornya dan nggak ada yang bawa kabur itu motor sewaan. Tapi sayangnya, mesinnya nggak bisa nyala saat di-starter. Beberapa orang datang membantu menyalakan motor, mendorong dan memeriksa motornya, mereka bilang, kemungkinan ACCU-nya habis. Alhamdulillah orang Belitong ramah-ramah, pihak hotel pun segera mengirim motor baru setelah suami saya menelepon, hebatnya lagi, mereka tidak membuat kami menunggu lama, hanya 30 menit! Padahal jaraknya 20 Km, mungkin mereka ngebut yaa.. Service excellent deh. 

Tanjung Tinggi – Pantai Laskar Pelangi

“Mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah
tanpa lelah sampai engkau
meraihnya

Laskar pelangi
takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warnai bintang di jiwa”

Lantunan lagu Laskar Pelangi diatas reflek berputar di kepala saya saat tiba di pantai ini. Tanjung Tinggi dikenal juga dengan sebutan Pantai Laskar Pelangi, jelas karena lorong yang terbentuk oleh banyaknya batu granit raksasa di pantai ini menjadi tempat Ikal, Arai dan teman-teman lain berlarian di film Laskar Pelangi yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata – orang asli Belitong -, pasca rilis, film dan novelnya membuat lebih banyak orang berkunjung ke Belitong, and this actually good. Bang Fedi yang mengantar kami jalan-jalan ke Belitong Timur di hari ketiga mengatakan bahwa, sekarang banyak orang Belitong yang tidak bekerja di tambang timah lagi, beberapa tambang sudah tutup sehingga mata pencaharian penduduk disini sekarang adalah berkebun dan menjadi nelayan, seperti yang saya sebutkan di atas, pagi-sore mereka mengantar tamu ke pulau dan malamnya mencari ikan. Masyarakat Belitong berharap dengan berkembangnya pariwisata di Belitong, perekonomian mereka akan membaik, itulah mengapa saat ini beberapa hotel mulai dibangun, begitu juga dengan pengadaan taxi. Masih banyak yang harus diperbaiki agar Belitong makin cantik dan memikat lebih banyak turis.

“Ibarat anak sekolah, Bali itu udah kuliah. Kalau Belitong masih anak SD”, lagi kata Bang Fedi. Bang Fedi ini lulusan sekolah pariwisata dan bekerja di pemerintahan, kalau libur beliau ambil job sampingan yaitu menyewakan mobil sekaligus jadi driver dan tour guide-nya.
Balik lagi ke Tanjung Tinggi, di pantainya itu banyak anak-anak dan remaja yang berenang, baik dengan ban biasa, pelampung, ban angsa yang lagi hits di foto-foto selebgram, ada juga yang pakai boat karet sambil mendayung. Kami menahan diri untuk bergabung dengan pengunjung lainnya di pantai karena Ayah mengajak kami mengitari batu-batu granitnya terlebih dahulu. Kami masuk ke lorong yang terbentuk dari dua batuan yang saling berhadapan, manjat ke batu granit yang agak besar (saya harus ekstra hati-hati karena licin), turun lagi ke bawah dan menyusuri jalan di antara batu granit. Jujur saya kagum sama Aisya yang berani naik-naik ke batu granit dan ber-pose disana hihi peace.

Ayah melompat, terlihat Aisya dan Fayyadh sedang main pasir dari kejauhan.

Beberapa lorong terlalu sempit untuk kami lewati dan enaknya manjat-manjatnya lepas alas kaki supaya lebih kuat berpijak. Puas berkeliling, kami cari tempat yang cukup private, tinggi airnya cukup aman buat Aisya main air dan cukup dekat untuk Aisya dan Fayyadh main pasir. Kalau dilihat-lihat area ini mirip teluk mini yaa 🙂 Beberapa remaja pria berlarian dan loncat dari atas batu granit langsung ke air, lalu mereka main perang-perangan dengan saling melempar segenggam pasir. Spirit of the youth yaa..

Happy Jasmine chillin’ with Ayah

Di area Tanjung Tinggi ini juga dilengkapi dengan tempat bilas dan Masjid, jadi buat yang mau mandi dan solat terfasilitask dengan baik yaa. Sebagai penutup perjalanan kami hari ini, malam harinya kami mencicipi Mie Atep Belitung yang terkenal. Kabarnya, kalau artis-artis main ke Belitong pun makannya disini. 

Mie Atep Belitung

Pic taken from Trip Advisor

Tempatnya sederhana di rumah yang berbentuk ruko, pas kami datang tempatnya penuh jadi kami antri dulu. Nggak lama, banyak orang yang ikut mengantri di belakang kami, wiiih kayaknya everyone favorite nih Mie Atep Belitung. Saya yang memang lapar bersyukur banget ketika dua orang Bapak mempersilakan kami duduk di tempatnya karena mereka sudah selesai makan. Kami memesan 2 piring Mie dan 2 gelas teh hangat (Aisya sepiring dengan saya). Mie Atep ini khas banget karena koki-nya hanya satu dan sudah nenek-nenek, sudah lama juga nenek tersebut jadi chef disini. Ada 4 orang lain yang membantu, semuanya wanita, yang satu kasir, dan yang 3 lagi bantu-bantu menambahkan cakue, emping, mengambilkan minum, memasangkan sendok dan garpu serta mengantarkan Mie ke meja-meja pengunjung. But nobody touch the noodle and the kuah but the grandma..

Rasanya gimana? Hmm kuahnya itu manis, agak sedikit mirip rasa kwetiau Langkawi tapi thank God, kuah Mie Atep ngga se-lekoh kwetiau Langkawi. Nah rasa manisnya itu seperti rasa manis yang jadi ‘selai’ di lumpia basah. Mungkin bahannya sama hanya yang ini ditambah kuah jadi lebih encer. Isian di dalamnya ada mie, cakue, emping, udang dan kentang. Enak disantap hangat-hangat. Makin malam, antrian makin panjang, kami segera membayar dan pulang ke hotel karena besoknya kami harus berangkat ke Belitong Timur pagi sekali. Artinya, malam ini harus beres packing supaya subuh-subuh nggak hectic hehe.

Thanks for reading our traveling story. To be continued to Ada Apa Aja Di Belitong Timur? Yaa 🙂

MAIN KE BELITUNG #GarudaPoin

Oh! Her Smile 😉 #PulauLengkuas

Suami saya memiliki kartu anggota GarudaMiles Silver yang artinya beliau telah melakukan 10 kali penerbangan / akumulasi perjalanannya mencapai 10.000 tier miles dengan maskapai Garuda. Dari web GarudaMiles.com saya mengetahui beberapa keuntungan dari keanggotaan GarudaMiles Sliver, antara lain : 
1. Mendapatkan miles

2. Menghadiahkan award tiket

3. Menukarkan miles dengan Upgrade Award

4. Checkin counter khusus di Bandara Soekarno-Hatta

5. Mendapatkan 5 kg tambahan kuota bagasi

6. Persentase Tier Miles

7. Prioritas dalam daftar tunggu reservasi tiket

Nah, tanggal 23 Desember 2016 lalu, suami saya mendapatkan info Confirmed! 90% OFF Garuda Miles Redemptions dan beliau langsung meminta saudara kami yang rumahnya dekat dari Mall Kota Kasablanka untuk meng-issued tiket kami ber-enam ke Belitung long weekend ini, 22-24 April 2017. Berikut kutipan dari web-nya :

Garuda Indonesia is launching a promotion on award ticket redemptions. Through the end of the year, you can get 90% off when you use Garuda Indonesia miles for redemptions for flights between February 1 and May 31, 2017. This is absolutely incredible.

Diskon yang ditawarkan sangat menggiurkan lho,yaitu 90% off! Jadi untuk berangkat dari Jakarta menuju Belitung yang jarak penerbangannya terhitung 4000 miles itu, kami hanya perlu membayar 400 miles. Kalau diuangkan biayanya sekitar Rp. 300.000/orang PP. Lumayan banget yaaa mengingat Belitung adalah salah satu heaven on earth-nya Indonesia yang kaya akan eksotisme pantai. 

Alhamdulillaaah, rezeki Aisya jalan-jalan lagi, jalan-jalan hemat maksudnya, yes we are low budget family traveler! Kalau bisa menekan pengeluaran dengan mendapatkan tiket promo/menukarkan poin saat maskapai Garuda memberi diskon 90% seperti ini kenapa engga? Kami juga lebih memilih menginap di Hotel bintang 2 atau bintang 3 yang fasilitasnya cukup bagus dengan harga yang pas di kantong, rata-rata hotel bintang 3 dilengkapi dengan kolam renang, kamar yang nyaman dan breakfast yang beragam. Hotel bintang 2, rate per night-nya lebih murah meski tidak ada pool dan sarapannya sederhana, kalau begini artinya kami memang sengaja tidak mengutamakan makan pagi di hotel dan siap untuk wisata kuliner di tempat yang kami kunjungi! Lupakan pool sejenak, di Belitung banyak pantai, jadi main air-nya di Tanjung Tinggi, Pulau Lengkuas, dan pantai lainnya saja. Menghemat uang dengan mencari tiket promo dan memilih hotel yang terjangkau seperti ini, membuat budget yang ada bisa dialokasikan untuk menyewa alat transportasi, menjajal kuliner khas di tempat wisata dan membeli oleh-oleh yang (agak) banyak untuk keluarga.

A Little ‘DRAMA’ In Soekarno-Hatta

Playground di Bandara

Liburan kali ini ada ada beberapa kejadian yang in the end terasa lucu. Pertama, malam hari sebelum berangkat saya mendapatkan informasi bahwa naskah yang saya kirimkan untuk proyek buku 99 Me Time Stories grup ODOP For 99 Days terpilih dari sekian banyak yang mengirimkan naskah, saya sudah deg-deg-an dan berharap kalau memang tahun ini bisa menerbitkan beberapa buku ((AMIIN)), tidak masalah baik buku Antologi/Solo, goal saya adalah berkarya dan ingin agar tulisan-tulisan saya menjadi Amal Jariyah bagi saya kelak, sama seperti apa yang Mbak Inggi utarakan dalam Belajar Menulis & Menerbitkan Buku Dari Mbak Inggi. Alhamdulillah saya senang bukan kepalang, langsung sujud syukur, akhirnyaaa satu keinginan terwujud, saya berdoa semoga tahun ini Allah SWT memberi saya banyaaak kebahagiaan, Amiiin.

Kedua, malam Sabtu itu juga, teman kami Dea dan Mustafa datang berkunjung. Mereka mau berburu buku di Bih Bad Wolf sekalian memenuhi undangan pernikahan kerabat mereka di Bekasi. Saya juga senaaang karena bisa silaturahim dan cerita-cerita sama pasangan Indonesia-Turki ini, buat yang pengen tahu lebih banyak tentang interaccial marriage yang mereka jalani, Dea sudah pernah berbagi dengan saya di Cita & Cinta Audia Kursun (Indonesia-Turki). Kebetulan they both kangen sama Turkish Delight dan pas banget di rumah masih ada teh Doguz oleh-oleh dari teman kami yang baru pulang studi dari Turki dan Lokum-manisan khas Turki yang juga oleh-oleh dari saudara kami sepulang Umroh. Semoga green tea Turki dan manisan yang kami suguhkan bisa mengobati rasa kangen kalian sama Turki yaa 🙂

Dea, Emus, Ayah dan Aisya

Ketiga, ini paling lucu. Saya pikir Trip ‘SERU’ Ke Langkawi adalah satu-satunya perjalanan kami yang penuh drama, saya nggak menyangka kalau kali ini juga ada derai-derai keringat hehe. I already pack all the things, sejujurnya 2 hari sebelum berangkat kepala saya migrain, jadi sedikit kurang fokus menyiapkan semua hal. Suami saya juga mendadak sakit pulang dari Diklat, saya sempat bilang, “Yaudah ngga usah berangkat aja gimana?”, secara gitu ya kami berdua lagi kurang fit. Tapi semangat suami untuk jalan-jalan tidak padam, minum campuran air perasan jeruk nipis dan madu serta tidur yang cukup. Saya cek semua, baju, sendal jepit untuk di pantai, alat main pasir Aisya, bekal susu dan camilan Aisya, semua sudah dibawa.
Saya santai saja di Bandara, ketika sampai ke counter check in, “Bu, KTP-nya?”

“KTP-nya, bu?”, tagih petugas-nya lagi.

“KTP saya ketinggalan”, saya langsung sadar kalau KTP saya bersatu dengan Paspor dan tidak saya bawa karena minggu depannya akan berangkat lagi ke Bangkok, supaya praktis dan ngga tercecer maksudnya, eh jadi malah blass lupa!

“Identitas yang lain ada? Apa pun deh, Bu”, ucap petugasnya.

“Nggak ada”, saya jarang bawa dompet kalau traveling karena tas rilakkuma kecil yang saya bawa selalu penuh dengan perbekalan Aisya. 

Ketinggalan KTP Di Bandara, What To Do?

TETAP TENANG, ‘Kalau tenang pasti ada jalan’, batin saya. Saya mencoba take it easy dan at that moment saya benar-benar legowo, tawakal kalau memang ngga bisa banget check in tanpa ID saya nggak jadi berangkat juga ngga apa-apa. 

Dari sekian banyak penerbangan yang saya lakukan (buset dah! Emang udah berapa kali mak?), baru kali ini saya ketinggalan yang namanya kartu identitas. Tepatnya sih karena sudah lama ngga melakukan penerbangan domestik (masa sih? Kan tahun lalu Ke Bali Berdua Sama Aisya), pasti karena migrain (yakali). Ya intinya mah LUPA, yaudah mau digimanain lagi kan? Namanya juga manusia, ada khilafnya, please jangan di bully ya. Air mata sih setetes dua tetes ngeclak, tapi inner voice dari Bapak saya tiba-tiba berdesir di telinga..

“Mbak, hal yang kamu tangisi hari ini, akan kamu tertawakan di kemudian hari” – Bapak.

Saya usap bulir air mata yang sempat menetes, berusaha tetap tenang dan yakin in the future saya pasti menertawakan ke-konyol-an saya hari ini DAN ini menjadi PELAJARAN BERHARGA buat saya, next time I’ll always bring my ID.

Kemudian saya mendengar petugasnya bilang, “Ada orang ngga di rumah, Bu? Minta kirim foto KTP Ibu aja kirim via bbm trus Ibu ke bagian Help Desk For Special Needs minta surat keterangan ya Bu”.

That was the first sign of a result of being calm, ‘Tuh kan kalau tenang bakal terbuka jalannya’, saya bergumam sendiri lalu segera menghubungi adik ipar. Alhamdulillah Sarah sudah pulang dari Tahsin dan ada di rumah, saya langsung minta beliau untuk memfoto dan mengirimkan foto KTP saya. Tak lama foto KTP saya delivered Alhamdulillaaah wasyukurillah, tante-nya Aisya jadi malaikat penyelamat saya hari ini – this is the second prove that a clear mind will lead us to the solution. Di kounter Special Needs saya hanya diminta menunjukkan foto KTP dari HP saya dan tanda tangan sebanyak 3x. Setelah itu saya diberikan surat keterangan yang bisa saya tunjukkan pada petugas saat boarding. “Kun faya kun”, Allah Maha Menghendaki, kalau di Lauh Mahfuz sudah tertulis bahwa takdir akan membawa saya menemani suami dan Aisya ke Belitong, maka jadilah. Subhanallah.

Di Punthuk Setumbu, Rangga bilang sama Cinta kalau traveling itu penuh kejutan. Kejutan ini yang bikin traveling lebih dari sekedar wisata. 

One problem solved, saya masih agak deg-deg-an sih. Bismillah, mari kita lihat ada kejutan apa lagi di traveling keluarga kali ini.. 

Modo, Hara dan Poli dari Garuda

Halooo, ini Hara!

To cool down the ‘atmosphere’, now I want to talk about happy things that we experienced during our flight with Garuda Indonesia. Di penerbangan kali ini banyaaaak banget hal yang bikin happy terutama karena Garuda Airlines memberi banyak fasilitas buat penumpangnya, terutama buat anak piyik kaya Aisya. Karena masih batita, Aisya diberikan selimut selama perjalanan (ini sih pas pulang) dan selama 3 kali penerbangan, Aisya dapat 3 boneka. Kok tiga kali? Iya penerbangan pertama dari Jakarta-Belitung, Aisya dapat boneka Modo, lalu pulangnya kami naik pesawat kecil dulu dari Belitung-Palembang (transit sebentar di Bangka), Aisya dikasih Hara dan lanjut naik pesawat dari Palembang-Jakarta, Aisya diberi Poli.

“Mami look its a tiger, rawwrr. Mami look it has a tail!”, Aisya girang banget waktu main sama Hara – sang Panthera Tigris Sumatrae. Begitu dikasih Poli, Aisya juga langsung mengepakkan kedua sayap boneka Elang tersebut ke udara. Daaan, ini pertama kalinya Aisya kenalan sama yang namanya Komodo, hmm saya memang belum pernah menunjukkan hewan jenis ini pada Aisya. Modo ini unik lhoo karena warnanya putih! Jadilah selama penerbangan kami nggak bobo, karena asik bikin mini puppet show di pesawat. Hihi lucu dan seru.

Selamat Datang Di Kabupaten Belitung


Saya pernah menonton film Laskar Pelangi yang fenomenal itu, tapi sudah cukup lama. Penulisnya, Andrea Hirata membuat turis lebih banyak datang ke Belitong setelah film-nya rilis. Belitong, is really beautiful and peaceful. Its like a hidden treasure to me. 

Jalanan di Belitung sangat bagus, lengang tidak banyak motor, mobil, dan yang lalu lalang. Udara di Belitong juga sangat sangat sangat FRESH! Rumah penduduknya rata-rata masih bergaya tempo dulu, dengan pintu kayu dan jendela garis-garis, beberapa rumah memiliki sumur di luar yang digunakan untuk menimba air dan mencuci piring. Uniknya, rumahnya berwarna-warni dengan taman dan pagar sederhana, bikin adem mata. Ada keinginan untuk memotret rumah-rumah disana tapi khawatir kurang ahsan, Alhamdulillah museum kata Andrea Hirata desainnya mirip colorful housing yang ada di Belitong, jadi cukup merepresentasikan rumah-rumah disana. Nanti saya tunjukkan fotonya yaa.

Fasilitas Di Central City Hotel

Disini Hotel-hotel pun baru mulai dibangun. Mall dan bioskop juga nggak ada, adanya toko yang lumayan besar, itu juga hanya 2 tingkat. Speaking about Hotel, kami menginap di Central City Hotel. Memang sih letaknya tidak terlalu dekat dengan pantai, but we’re lucky karena airnya bersih. Ada hotel yang lokasinya di dekat pantai dan air-nya berwarna kuning. Kamarnya nyaman dan cukup luas, dilengkapi AC dan water heater, koneksi wifii juga lumayan bagus tapi not all the timebreakfast-nya cukup beragam, ada nasi, mie, sayur, daging ayam, bubur, roti, kopi, teh dan susu. Biaya menginap disini Rp. 200.000/malam, affordable right? Karena di Belitong ini belum ada layanan grab/uber/gojek, taxi pun adanya baru-baru ini, kami memilih untuk sewa motor dengan charge Rp. 70.000/hari. Disini juga jarang ada SPBU jadi untuk mengisi bahan bakar motor yang disewa dari Hotel, kami beli bensin literan di warung-warung. 

Kalau teman-teman mau menginap disini, lokasinya ada di Jalan Veteran No.7, Parit, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung ya.

Pantai Tanjung Pendem

Pesawat yang kami naiki landing di tanah yang basah habis terguyur hujan, katanya memang 2 hari ini hujan lebat terus. Berhubung sudah sore, setelah menyimpan barang di Hotel, kami main dulu ke pantai yang dekat. Namanya pantai Tanjung Pendem. Sebelum masuk, kita harus membayar retribusi sebesar Rp. 2000/orang. Di dekat pantainya ada area bermain untuk anak. Pantai Tanjung Pendem ini didominasi oleh pasir, area lautnya lumayan jauh dari tempat parkir. Lautnya tenaaaaang sekali, disini Aisya dan Fayyadh (anaknya saudara) main pasir saja di pinggir pantai karena banyak anak-anak kepiting yang keluar dari lubang di dekat area lautnya. 

Ruma Makan Belitong Timpo Duluk

Aisya dan Fayyadh di Ruma Makan

Malamnya kami menjajal kuliner khas Belitung di Ruma Makan Belitong Timpo Duluk di Jalan Lettu Mad Daud, Kampung Parit, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung.

Desainnya lagi-lagi jadul, di dindingnya ada banyak foto, nampan dan pajangan lainnya. Mereka juga memajang TV klasik di sudut ruangan.
Makanannya? Hmm sedaaap. Saya memesan Nasi Gemok seharga Rp. 20.000, nasinya gurih seperti nasi uduk, disajikan dengan ikan bilis (ukurannya lebih besar dari ikan bilis yang ada di RM Minang) dan kuah santan bercampur Belimbing. Selain menu satuan, rumah makan yang lokasinya berhadapan dengan Masjid Jamek Hidayatullah ini juga menyediakan paket menu untuk beberapa orang, yaitu 1 bakul nasi dengan beragam lauk. Oia satu lagi yang saya suka, mereka menggunakan piring seng lho untuk tempat makannya. Kalau main ke Belitung, I recommend you to eat here.

Setelah makan kami strolling around sebentar sambil cari baju renang buat Fayyadh karena besok kami akan Island Hopping ke beberapa pulau. Ke pulau mana saja dan berapa budget-nya? Aisya senang ngga naik boat? Pulau mana yang paling bening? Click this post yaa Island Hopping Di Belitong

Cantik itu Bahagia #OramiJoinandWin

“Definisi cantik menurut Moms?”, begitu bunyi pertanyaan yang ada di poster lomba blog Ceritakan Definisi Cantik Versi Kamu #OramiJoinandWin yang diadakan oleh Orami.co.id ini. Sebelum saya ungkapkan apa itu cantik versi saya, kita buka kamus KBBI dulu yuk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian cantik adalah..

Cantik/can-tik/ 1) elok; molek (tentang wajah, muka perempuan); 2) indah dalam bentuk dan buatannya;

— molek 1) sangat rupawan (tentang orang perempuan); 2) cantik (bagus) sekali antara (bentuk, rupa, dan lainnya tampak serasi);

Kalau kita perhatikan definisi cantik menurut KBBI, cantik itu bisa dalam rupa, wajah, bentuk dan per-buatannya, jadi cantik itu sebetulnya tidak terbatas di fisik saja ya. Saya sepakat! percuma dong kalau wajahnya ayu tenan tapi hatinya tidak bahagia, karena kecantikan hakiki berasal dari hati. Wanita yang paras-nya sedang-sedang saja, sedap dipandang dan hatinya bahagia, wah pasti kecantikannya bakal terpancar dengan maksimal. Ya, menurut saya seorang wanita bakal terlihat paling cantik saat ia bahagia, oleh karena itu, definisi cantik menurut saya adalah bahagia.

Cantik Itu Bahagia

Kebahagiaan yang terpancar akan membuat kita terlihat lebih cantik, aura kita lebih positif dan tentunya akan menarik perhatian dari sekeliling kita. Nah, ada banyak cara untuk bahagia, dari mulai yang butuh banyak uang sampai tidak perlu mengeluarkan sepeser pun. Kita bisa banget merasa bahagia dengan hal-hal sederhana yang kita lakukan lho!

Ini dia 5 cara bahagia agar makin cantik versi saya : 

1. Banyak-banyak Bersyukur

Count our blessings instead of our worries – that’s the first thing that we have to do. Kalau satu hari saja kita memusatkan pikiran dan perhatian kita pada nikmat-nikmat yang sudah Allah SWT berikan pada kita, seperti tubuh yang sehat, bisa tidur nyenyak, rezeki yang nge-pas dimana pas kita butuh pas ada, tetangga yang baik, makanan bergizi yang tersaji di meja, rumah mungil yang nyaman, pekerjaan yang membawa kita keliling Indonesia, anak-anak yang ceria, udara yang minim polusi di pagi hari, sampai ke matahari yang masih terbit dari Timur, wah kalau disebutkan satu-satu ternyata banyak banget nikmat yang Allah SWT kasih untuk kita ya. 

Tidakkah nikmat-nikmat yang luar biasa ini patut kita syukuri? Dan bukankah dengan banyak-banyak bersyukur Allah SWT akan memberi kita lebih banyak kebahagiaan?

“Dan sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya akan aku tambahkan nikmat-Ku kepada kamu..”

[QS. Ibrahim :7]

Lihat teman-teman seperjuangkan sudah punya 3 anak sementara kita baru punya 1 anak, syukuri. Alhamdulillah Allah SWT mempercayai kita dengan 1 amanah, lihat anak yang lincah, jarang sakit, dan cerdas pasti bikin kita bahagia. Bersyukur karena Allah SWT justru memberikan waktu yang cukup bagi kita untuk belajar menjadi Ibu yang baik dan mencurahkan kasih sayang yang cukup untuk anak kita sebelum ia siap berbagi dengan adiknya nanti. 

Punya banyak anak? lebih bersyukur lagi, ingat ada beberapa orang yang mungkin sangat merindukan kehadiran anak di keluarga mereka. Banyak anak banyak rezeki, kaaan. Rumah selalu ramai dengan celotehan anak-anak, nggak bakal sepi deh! 

Kalau belum punya anak? sabar dan tetap bersyukur bisa quality time sama suami dengan bebas, kalau sudah ada anak, apalagi banyak, bakal susah cari waktu untuk nge-date berdua. Belum lagi kalau mau berangkat kemana-mana nggak bisa langsung cuuus, harus memandikan anak dulu, menyiapkan bekal makanan dan pakaian, bawa-bawa gendongan/stroller everywhere we go. Aktivitas kita nggak sepraktis dulu lagi.

Nikmati setiap momen yang kita jalani, berterimakasih-lah pada Allah SWT atas apa yang kita miliki saat ini agar kita selalu bahagia. Karena hati yang bahagia adalah kunci dari kecantikan sejati.

2. Berhenti Membandingkan Diri Sendiri Dengan Orang Lain

Kalau dengan membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain yang menurut kita lebih bahagia, lebih keren, lebih prestatif dari kita lalu kita termotivasi, itu bagus. Tapi kalau malah bikin kita makin terpuruk dan kufur nikmat? Wah lebih baik fokus sama diri sendiri dulu. Lagipula, kata ‘membandingkan’ juga kurang tepat menurut saya. Kalaupun mau membandingkan, variabel-nya harus sama persis sedangkan manusia yang kembar indentik saja selalu memiliki perbedaan. Artinya, nggak bijak banget deh membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.

Setiap orang unik dengan misi penciptaannya sendiri-sendiri. Oleh karena itu diberi bekal perjalanan yang beda, yaitu : bakat dan kekuatan yang beda. Dan tentu saja, diberi lika-liku hidup yang beda, karena setiap orang dibentuk oleh Allah dengan cara yang beda. Different life for every single person.

– Elma Fitria

Seperti kata Teh Elma, setiap orang itu spesial, dan mengemban amanah penciptaan dari Allah SWT masing-masing. Sah-sah saja mengagumi orang lain, tapi bukan berarti kita bisa membandingkan diri sendiri dengan orang lain mentah-mentah, harus dilihat dulu faktor mana yang membuat kita nggak sama. Saya pribadi lebih memilih untuk set my own goal, mau jadi apa, pencapaian apa yang ingin saya raih tahun ini, dibuat parameternya dan menghargai setiap baby step yang saya lakukan, belajar sabar dari proses yang saya jalani, Alhamdulillah lebih fokus pada visi-misi diri sendiri membuat saya lebih bahagia.

Mulai sekarang, berhentilah membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, start too feel beautiful about ourselves and be happy!

3. Berbagi Kebahagiaan 

Giving is amazing. Salah satu cara untuk bahagia adalah dengan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar kita. Contohnya, berbagi cerita bahagia dengan keluarga, berbagi oleh-oleh traveling dengan teman kita, berbagi masakan yang kita buat dengan tetangga kita dan banyak lagi, termasuk berbagi sebagian rizki kita pada orang yang kurang mampu.

 
Sesekali luangkanlah waktu untuk mengasah kepekaan hati kita dengan pergi ke pelosok daerah. Lihatlah anak-anak di kampung yang masih kecil sudah membantu orang tuanya ngarit, pulang sekolah langsung ganti seragam dan ngangon kambing, anak-anak SD yang berjejer di jalan sambil ngais adiknya pake samping sementara Ibunya sibuk berjualan, meski begitu, anak-anak ini selalu tersenyum gembira saat kita sapa. Mereka saja bisa tetap bahagia dengan segudang aktivitas mereka, masa kita nggak? Berbagilah dengan anak-anak ini, bisa dengan mengajari mereka keahlian yang kita punya, sekadar memberikan permen atau membalas senyum polos saat bertemu mereka.

Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan bagi orang yang dikehendaki. Dan Allah Maha Luas Lagi Maha Mengetahui.

[QS. Al-Baqarah : 261]

Sesekali, kunjungilah panti jompo, bacakan buku, ajak bercanda, dan dengarkan cerita dari orang-orang tua yang lama tidak ditengok anak-cucu-nya ini. Mereka rindu merasa dibutuhkan dan disayangi, dan sedikit waktu yang kita luangkan untuk bercengkrama dengan kakek nenek ini sudah membuat mereka sangat bahagia.

Mainlah ke panti asuhan, lihatlah bayi-bayi lucu yang ditinggalkan oleh orang tuanya disana, ada yang disimpan di depan pintu, ada juga yang sengaja dititipkan dulu dan nanti ketika kondisi Ibu memungkinkan, akan diambil lagi. Bawalah sekardus susu, pakaian bayi atau uang untuk menyantuni mereka. Berbagi bersama mereka akan membuat hidup kita terasa lebih berarti.

Dengan berbagi kebahagiaan kita akan mendapatkan multiple happiness. Kebayang kan? Kebahagian yang berlipat-lipat ini bakal bikin kecantikan kita makin bersinar dan menularkannya ke sekitar kita. Jadi cantik berjamaah dong 😉

4. Hindari Pundung-pundungan

Laa taghdob walakal jannah” – Jangan marah, maka bagimu surga [HR. Thabrani].

Siapa mau surgaaa? Wah semua ngacung yaa 🙂 Rasulullah menganjurkan kita untuk menahan amarah/ngambek/pundung-pundungan, karenaaa kalau kita berhasil menahan emosi insya Allah akan mendapatkan tempat di surga. Susah sih buat nggak mudah pundung ketika ada hal yang mengusik kebahagiaan kita, tapi bukan berarti kita nggak bisa mencoba menahan diri ketika akan marah kan? 

Lagipula coba kita pikir baik-baik, saat kita marah pasti muncul kerutan-kerutan di wajah kita, mulut kita manyun-manyun berbusa, wah ini bisa bikin kita less beautiful lho! Makannya penting banget yang namanya mengelola emosi. Hindari hal-hal yang memicu amarah kita, lakukan meditasi sederhana seperti menyendiri beberapa saat, melipir ke taman lihat yang hijau-hijau bikin penat hilang, atau di rumah bisa dengan berwudhu – sholat – curhat sama Allah SWT minta agar feeling kita positif lagi, dengarkan musik yang menenangkan pikiran pas jam istirahat di kantor, tarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan pelan-pelan saat lagi pundung dan latihan untuk selalu tersenyum supaya emosinya jadi cantik kembali.

5. Smile More!

Pakai lipstik berkualitas yang dibeli di orami.co.id tapi ogah senyum? Waaah perona bibirnya nggak akan bikin kita makin cantik dong, yang ada malah orang lain bakal males dekat-dekat sama kita. Bakal kalah deh sama perempuan yang pakai lip balm tipis-tipis tapi senyumnya selalu merekah, pasti wanita ini terlihat cantiiik sekali.

There is a saying, “A smile is the best makeup a girl could wear” by Marilyn Monroe. So, put on your best make up and smile dear beautiful woman 😉 

Kebahagiaan yang terpancar dari dalam diri seorang wanita akan membuat wanita terlihat makin cantik. Tapi bukan berarti kecantikan fisik itu nggak perlu diperhatikan. 

Pernah dengan hadist riwayat Muslim yang ini, kan? “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan”. Artinya kita juga wajib menjaga kecantikan fisik kita. Nggak perlu dengan kosmetik mahal-mahal kok, cukup dengan mandi teratur dan rajin menggosok gigi, memakai lotion dan bedak sebelum keluar rumah agar kulit kita terjaga dari teriknya sinar matahari, menyemprotkan deodoran spray agar ketiak kita tidak bau dan bikin orang lain nyaman berada di dekat kita, mengenakan pelembab bibir agar tidak kering selama beraktivitas, dan mengenakan pakaian yang bagus agar indah dilihat. Kalau sabun, shampoo, odol, dan kosmetik kita habis, belanja online dulu aja di Produk Kecantikan dan Kesehatan Orami, shopping juga salah satu cara ibu-ibu untuk merasa happy 🙂

Okey, inilah cantik versi saya, yaitu kecantikan yang berasal dari hati yang bahagia. Yuk praktekan 5 tips cara bahagia yang saya tulis ini, dijamin saat bercermin kita bakal terlihat lebih cantik 😉

Cantik itu bahagia.

Be happy, be beautiful!

Terimakasih sudah mampir 🙂 Oia, tulisan ini juga saya ikutsertakan dalam lomba blog #OramiJoinandWin 

Lomba Blog #OramiJoinAndWin

Icip-icip Teh Jepang-Turki-KL-Bangkok

“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim”

[HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud]

Silaturahim membawa rezeki? Iya banget. Alhamdulillah hubungan baik yang saya dan suami jaga dengan teman-teman memberi kami banyak rezeki, termasuk oleh-oleh dari beberapa negara yang ditinggali/dikunjungi oleh teman-teman kami. Karena di rumah ada oleh-oleh teh dari Turki, Japanese Matcha & Milk, Thailand tea dan teh tarik yang kami beli saat berlibur ke Malaysia, jadi saya mau memberi review dari bermacam teh ini yaa. Mangga disimak 🙂

1. Japanese Matcha & Milk

Alhamdulillah pertengahan Februari 2017 saya bisa reunian lagi sama Nunu, yang belum tau siapa Nunu boleh kenalan dulu ya sama ilmuan fisika nuklir yang lagi lanjut postdoc di Jepang ini ya Meet Nunu : A Nuclear Physics Enthusiast – A Mother & Wife

Kami sempat ngobrol-ngobrol di D’Kiosk Baltos sehari sebelum Nunu balik lagi ke Tsukuba, beliau hanya 2 minggu saja di Bandung untuk mengurusi pernikahan adiknya. Syifa – putri Nunu sudah bersekolah, jadi mereka ngga bisa berlama-lama disini. Ah, padahal masih kangen 🙂 Saya benar-benar tidak menyangka lho kalau Nunu membawakan oleh-oleh buat saya mengingat kesibukan dan padatnya jadwal beliau di Bandung, anyway jazaakillah yaa Nunuu.

Nah salah satu oleh-oleh yang excitedly saya bawa pulang adalah serbuk minuman Matcha & Milk. Iyap, saya ketularan suka matcha juga gara-gara suami saya addicted to matcha. Sahabat saya ini sudah mewanti-wanti saya dengan bilang, “Matcha di Jepang lebih pahit Ai, kalau matcha disini kan manis ya. Coba seduh dengan air panas dan airnya sedikit aja”.

Saya mengambil secangkir gelas dan menuruti wejangan Nunu, saya sobek bagian atas sachet Matcha & Milk, menuangkannya ke cangkir kecil dan menyeduhnya dengan air panas. Setelah diaduk, saya seruput sedikit-sedikit, rasanya? Sedikit bitter, as she warned me 😉 Hm, nampaknya selera saya agak berbeda dari Nunu yang prefer meminum Matcha & Milk hangat-hangat. Maklum karena indera perisa saya Indonesia banget, jadilah saya tambahkan ice cube dan susu kental manis hingga rasanya pas di lidah, ahaha. Meminjam bahasa gaul remaja Indonesia saat ini, buat saya Matcha & Milk yang dingin lebih mantap-s(e)oul! Apalagi nyeruput sambil menggigit piscok dan matcha chocolate, yumm berasa lagi piknik di festival hanami nih..

2. Doguz Yesil Cay Sade – Turkey Green Tea

Hmm, another green tea flavour from Turkey! “Pertama kalinya diajak nge-cay, Ira bingung. Lho kok ngacai? Haha.. Ternyata di Turki nge-cay itu nge-teh”, curhat Elvira, adik angkatan saya di Matematika yang baru pulang dari Turki. Ira mengambil studi selama 2 bulan dalam rangka konsultasi dengan profesor di MANA?? berkaitan dengan desertasinya. Alhamdulillah karena suami Ira tinggal di Bintaro kami sempat bertemu, tepatnya Ira silaturahim ke rumah saya dan membawakan oleh-oleh teh Turki serta kacang pistachio, makasiiih banyak yaaa 🙂

Ariza, suami Ira, bilang kalau teh Turki itu rasanya lebih pahit dari teh di Indonesia. Tapi karena ini teh celup, semoga saja rasanya nggak terlalu pahit. Dan sebagai informasi tambahan, di Turki itu kalau bikin teh pakai teko bertingkat, wah udah kaya bis yaa. Teko di bagian paling bawah diisi teh dan bagian atas diisi air. CMIIW ya.

Okey, let’s unboxing this Dous. Jadi, dalam bahasa Turki, huruf g yang ada curek di atasnya itu luruh, makannya Ira bilang, “Dibacanya Dous, teh”. 

Suami saya suka minum teh ini pagi-pagi, benar saja karena teh celup, rasa pahitnya nggak terlalu strong. Bakal terasa lebih lengkap kalau minum teh Turki sambil mengunyah Turkish Delight. Alhamdulillah di rumah ada juga manisan Turki ini dari saudara kami yang pulang umroh, sama seperti yang orang tua saya beli pas umroh juga. Penasaran gimana rasanya manisan tradisional Turki ini? Klik aja HAZERBABA PISTACHIO TURKISH DELIGHT – Paduan Mochi, Dodol Cina & Gurihnya Pistachio

3. Teh tarik Malaysia

Kalau ini sih oleh-oleh yang kami beli saat berkunjung ke Kuala Lumpur. Sejak diperkenalkan teh tarik sachet-an sama suami, saya jadi suka menyeduh teh ini hangat-hangat pagi hari, ngga tiap hari hanya pas pengen aja.
Kenapa saya lebih suka teh tarik hangat? karena rasanya cukup light untuk diminum pagi-pagi, ngga terlalu manis, dan hangatnya bikin enak dilambung. Kebetulan minggu lalu bikin Banana Bread ala Mami Jasmine, jadilah santap-santap bolu pisang-nya makin asik dengan secangkir teh tarik.

4. Thailand Tea

Atuh jaman kiwari mah, minum Thai tea nggak harus ke Bangkok dulu ya? Bener banget! Teh Thailand yang lebih sering saya minum dengan banyak es ini kami beli di Trans Studio Mall Bandung, pas ada bazaar. Kalau yang warnanya oranye ini rasanya manis banget ya, airnya harus banyak. Nah yang satu lagi rasanya mirip teh tarik Malaysia, dan ternyataaa memang teh tarik tapi dari Thailand, oleh-oleh dari teman kami yang jalan-jalan ke Bangkok that come along with bumbu praktis Tom Yum Kung. Enak banget lho pagi-pagi sarapan Tom Yum Kung Bumbu Bangkok dan minum Thai tea 😉

Ok, sekian review dari saya tentang 4 teh dari 4 negara yang berbeda yang ada di rumah saya. Nuhun pisan pada teman-teman yang sudah berbaik hati silaturahim dan ngasi oleh-oleh, semoga rizki kalian dilipatgandakan oleh Allah SWT yaa Amiin 🙂 Jazaakumullah khairan jazaa.

5 Langkah Mudah Bikin Tepung Oat

Assalamu’alaykum 🙂 Kamis ini terasa seperti Jum’at bagi saya. Naik travel jam 6 pagi dari Bintaro menuju Bandung dan baru mendarat di kantor kakeknya Aisya yang depan-depanan sama Baltos pukul 11.00 LUAR BIASAH KAN? 5 jam di perjalanan. Wajar saja karena this weekend will be a long weekend. Biasanya kan macet yang bikin kendaraan hampir kaya parkir di tol itu pas hari Jum’at ya, jadilah Kamis ini terasa bagaikan Jum’at. Tadi sih jalanan menuju Bekasi didominasi oleh truk-truk besar, mungkin ini juga menjadi salah satu faktor penyebab macet. Alhamdulillah setelah melewati rest area KM 57, jalannya lebih lancaaarrr..

Salah satu misi saya ke Bandung bersama keluarga minggu ini adalah selain mau menghadiri syukuran kaka ipar yang mau berangkat umroh, saya juga mau meminta Bapak Ibu saya mencicipi bolu pisang buatan saya. Begitu sampai di kantor Grandpa – begitu Aisya menyebut kakeknya – Aisya langsung menyodorkan bolu pisang dan langsung dimakan oleh kakek tercinta.

“Mbak, Bapak dari kemarin-kemarin ingin makan bolu pisang. Mau berhenti di pinggir jalan buat beli tapi nggak jadi-jadi. Alhamdulillah kesampaian juga makan bolu pisang. Grandpa makan ya Dede”, ucap Bapak.

“Enak banget ini, lebih enak dari yang Bapak suka beli, Grandpa makan satu lagi ya”, kakeknya Aisya mencomot satu iris lagi dan mengunyahnya sampai habis.

“Mbak bikin atau beli ini?”, pertanyaan Bapak yang ini bikin saya ngga sabaaar menceritakan perjuangan di balik bikin bolu pisang.

Jadi, kemarin saya dan Aisya hujan-hujanan buat nyari pisang ambon. Awalnya sih rintik-rintik, jadi pakai payung ke Alfamidi yang dekat dari rumah, eeeh adanya pisang Sunpride.

Though its ok to make a banana bread with sunpride tapi saya keukeuh ingin memakai pisang ambon. Kami pun menyebrang dan menyetop angkot menuju Harmoni. Masuk ke Harmoni Alhamdulillah dapat pisang ambon seset, itu lho yang sudah diseset-seset dua-dua.

Nah saya lebih memilih yang ini, beli 2 seset supaya ngga mubazir, karena besok pagi mau ke Bandung, kalau beli banyak dan sisa sayang yaa.. Kecuali adik ipar mau makanin pisang tiap hari 🙂 Sayang sekali saat mau pulang hujannya makin deras, tapi nggak apa-apa deh, toh jarak dari Harmoni ke rumah cukup dekat, saya pesan gojek saja supaya bisa langsung dibuat sorenya, Aisya juga sudah kelihatan ngantuk soalnya..

Akhirnya kami pulang dan ketika Aisya terlelap di kamar, saya bismillah lagi, mau bikin Banana Bread ala Mami Jasmine dengan sedikit modifikasi, cuma nambahin 1 sdm gula merah lagi dan nambah setengah pisang lagi dari resep awal.

Penampakan bolu pisang yang rich of banana

Rasa pisang-nya jadi lebih rich karena saya tambahkan lagi setengah pisang jadi totalnya saya menggunakan 2 and a half banana. Lebih manis juga, enak deh, senaaang rasanya, lebih senang lagi karena Bapak saya suka hehe – mission accomplished! – Mau nawarin ke Ibu, ternyata Ibu shaum sehingga sisa-nya saya bawa pulang untuk ceminal manis berbuka ibu nanti. Okey, cukup dulu bahas banana bread-nya, sekarang mau beralih ke cerita tentang bikin tepung oat yaa.

Aisya sukaaa sekali membantu saya memasak, masak ini adalah salah satu life learning activity for toddler yang menyenangkan buat Aisya. Paling semangat bikin kukis, boleh dilihat salah satu karya kami disini Chewy Cookies Karya Aisya – Bake With Kids selain cookies, Aisya juga senang bikin pancake, dan brownies. Untuk bikin 3 kudapan favorit Aisya ini kami biasa memakai tepung oat. Alasannya karena tepung oat kaya serat, sehat, dan ternyata tepung oat lebih bagus dari tepung gandum juga tepung terigu lho!

Dokter Spesialis Gizi Bunda Heart Centre, Elia Indrianingsih mengatakan, “Setiap 100 gram oat memiliki serat larut sebanyak 5,1 gram dan protein sebanyak 16 gram. Sedangkan gandum hanya memiliki 2,2 gram serat larut dan 13,7 gram protein”.

Sumber http://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150226080842-262-34985/oat-ternyata-lebih-sehat-dari-gandum/

Daaan tepung oat-nya kami buat sendiri di rumah. Gimana caranya? Just follow this 5 easy steps to make a homemade oat flour :

1. Sediakan Oat

Oat adalah bahan utama untuk membuat tepung oat. Kalau ibu-ibu punya leftover oat atau bisa juga sengaja membelinya langsung, nah oat ini bisa diolah menjadi homemade oat flour. Saya pakai Quacker Oat.

2. Siapkan food processor

Saya lebih menyarankan ibu-ibu menggunakan food processor untuk menggiling quick cooking oatmeal daripada menggunakan blender, karena blender saya rusak setelah beberapa kali dipakai menghaluskan oat.

3. Masukkan Oat & Biarkan Food Processor Bekerja

Tuang oat yang mau dibikin tepung oat secukupnya ke dalam food processor. Lalu switch tombol agar mata pisau-nya bekerja. Setelah dirasa dan dilihat sudah cukup halus, ibu bisa memutar lagi agar food processor berhenti berputar.

4. Tepung Oat Sudah Jadi!

Taraaa, kalau sudah jadi butiran-butiran halus begini artinya oat kita sudah jadi tepung oat dan siap diolah menjadi kue, kukis maupun kue dadar.

5. Simpan Di Toples/Wadah Tertutup

Segera simpan di toples/wadah tertutup lainnya. Setelah tepung oat-nya jadi, saya akan langsung menyimpan tepung oat ini di dalam toples, jadi anytime akan saya pakai, saya tidak perlu menggilingnya lagi.

Gimana, praktis kan? Yuk bikin tepung oat sendiri 😉

Banana Bread ala Mami Jasmine

Assalamu’alaykum. Bismillah sebelum mulai menulis, mau meluruskan niat dulu. Saya mau berbagi cerita bahagia, semoga bermanfaat bagi pembaca 🙂
What is this about? Well, this is about BANANA BREAD. What so special about Banana Bread? Beside it is a kind of healthy bread because we use banana in it, I’m the one who make it! Yeaaay.

Hahaha, ketahuan deh amatirnya, bisa bikin bolu pisang aja senang banget. That’s true. Saya senang sekali, karena saya sudah berkali-kali mencoba dan seringnya gagal, bahkan pernah bolu pisang yang sudah saya imajinasikan terpanggang dengan baik di oven, keluar-keluar malah jadi kaya Ciu. Tau kan Ciu? Itu lho, aci jeung cau jadi Ciu, saya tau karena pernah memakan Ciu di Arjasari, masih belum kebayang? Okeh, ibu-ibu bisa tanya ke adik ipar saya, Bibi Sarah atau nge-google juga boleh heheCiu rasanya enak, kerasa pisan pisangnya, hanya tekstur-nya nggak seperti bolu.

Teruslah mencoba, karena kita tidak tahu, seberapa dekat kita dengan keberhasilan

Agaknya petuah ini applicable bukan hanya untuk orang yang membangun hidupnya lagi dari nol, para pejuang beasiswa, pelamar kerja, tapi juga untuk ibu-ibu macam saya yang masiiih mengasah skill di dapur. Alhamdulillah saya memiliki satu resep andalan di dunia baking, yaitu brownies. Selain mudah, cepat dan anti gagal, brownies ini kue favorit Aisya, saya dan adik saya. Namun saya ingin punya satu resep andalan lagi yang bisa dibawa saat mudik ke Bandung. Supaya Bapak Ibu saya yakin gitu, kalau anak perempuannya yang sulung ini sudah pandai masak segala macam hahaa. Ibu suka klappertaart buatan saya, adik saya suka brownies, Bapak saya? Beliau suka pisang. Pisang goreng buatan saya enak, kata Bapak. Padahal cuma pisang goreng lhooo, ah Bapak, bisa aja menyenangkan hati anaknya.

Baca juga : Tiramisu Birthday Cheesecake #HOMEMADE

Ada keinginan untuk bisa membawa oleh-oleh selain brownies buatan saya dari Bintaro ke Bandung, habisnya sudah beberapa kali saya bawanya brownies. Ya, yang saya bisa cuma itu. Akhirnya saya pun mencoba-coba bikin bolu pisang. Tapi karena kegagalan demi kegagalan yang sudah pernah saya alami, saya quit dari menjajal bikin bolu pisang. Sayang juga kan bahan-bahannya yang terbuang sia-sia.. Biasanya sih tetap dimakan ya tapi suka nggak habis.

Aaah good news banana bread yang ini ludes dalam beberapa menit sama Aisya, saya, suami dan adik ipar saya. Berarti enak dooong…

Nah, beberapa hari yang lalu, sambil nemenin Aisya main kinetic sand, ada Anna Olson di Asian Food Channel yang lagi menunjukkan cara membuat banana bread. Menarik, she make it veeery easy. Tinggal lumatkan pisang dengan garpu, tambahkan mentega cari dan telur, lalu diaduk pakai spatula. Setelah itu baru ditambahkan terigu, baking powder, gula merah dan chocochips, tinggal di-bake dan jadi deh! Waaah, saya tergiur untuk mencoba lagi.
Dengan semangat tinggi, saya langsung mengajak adik ipar dan Aisya ke Harmoni, beli pisang ambon, terigu, gula dan chocochips, mentega dan telurnya beli di warung tetangga aja. Saya pilih pisang ambon yang sudah matang, harganya Rp. 17.000-an, saya cek masih bagus, sebenarnya ada yang harganya lebih murah tapi ada beberapa bagian yang sudah busuk. Pisangnya besar-besar, hanya setengah sisir karena kami hanya keluarga kecil jadi sedikit lebih pas buat kami. Pisang ambon ini rencananya akan saya gunakan untuk bereskperimen di dapur, ngga semua, kalau ada sisa ya dimakan langsung, kebetulan Aisya lagi senang makan pisang. Dan suami saya lebih senang pisang kapok untuk digoreng mah, makannya pisang ambon-nya beli sedikit aja.

Mengenal Jenis-jenis Pisang

Nah ini Pisang Kepok yang dibikin Piscok

Mumpung lagi ngobrolin tentang pisang, kita bahas yuk beberapa jenis pisang (yang saya tahu ya) dan paling enak dibikin apa dengan pisang tersebut.

1. Pisang ambon/pisang raja/pisang sunpride cocok sekali dijadikan bahan untuk membuat bolu pisang. Donal Sekan mengatakan kalau pisang yang ada titik-titik hitamnya malah lebih bagus buat dimasukkan ke adonan ketimbang yang mulus. Ketiga pisang ini juga bisa dimakan langsung, tapi saya paling sering makan pisang ambon dan pisang raja. Di supermarket ada ketiga pisang ini, tapi saya pilih pisang ambon karena dari beberapa food blogger yang saya baca, pisang ambon ini best buat bolu pisang. CMIIW.

2. Pisang Kepok & pisang Nangka

Nah pisang Kapok dan pisang Nangka ini enak banget kalau dijadikan pisang goreng, saya pernah membeli pisang Kapok seharga Rp. 35.000 banyak banget dan habis digorengin terus. My hubby is a banana fritters lover. Pisang goreng ini biasanya saya goreng untuk cemilan di pagi hari sebelum suami berangkat ke kantor/sore hari saat suami baru pulang. Kalau pisang nangka lebih sering saya beli ketika di Bandung dan menghidangkan pisgor nangka ini untuk Bapak saya. Sebagai variasi, kalaupun nggak saya goreng pakai tepung, pisang kapok/pisang nangka ini bisa dipanggang pakai mentega lalu dibikin piscok, sajikan di atas piring, taburkan parutan keju dan meses/sprinkles lalu tuang susu kental manis. Semua sukaaa.

3. Pisang Tanduk

Pisang jenis ini sering nongkrong di dapur saya pas Ramadan. Biasanya saya kolak pakai santan, jadi kolak pisang untuk berbuka. Selain dibikin kolak, pisang tanduk bisa juga digoreng, yang mendekati busuk malah lebih enak pas digoreng (kata Bapak dan suami saya).

Oke, itulah 6 jenis pisang yang suka saya konsumsi. Ada lagi yang mau menambahkan? Leave your comment below yaa.

Baca juga : Resep Praktis Baked Potato Wedges

Resep Banana Bread ala Mami Jasmine

Banana Bread fresh from the oven

Setelah pisang ambon dan bahan-bahan lain lengkap, esoknya saya mulai eksekusi. Sabtu pagi saya mengajak Aisya dan adik ipar untuk membantu saya bikin bolu pisang. Aisya selalu senang mengambil andil ketika kami membuat kue/kukis.

“Aisya yang kupas kulit pisangnya, Mam”, pinta Aisya.

Bibi Sarah membantu Aisya menghaluskan pisang dengan garpu, sementara saya berusaha mengingat kembali tayangan Anna Olson di kepala saya sambil menuangkan terigu dan baking powder ke dalam mangkok. Saya ambil mangkok berisi pisang dan gantian meminta Aisya mengaduk campuran terigu dan baking powder dengan whisk. Saya masukkan mentega leleh ke dalam pisang yang sudah lumat, dan menambahkan 1 butir telur. Saya minya Aisya menambahkan gula dan garam, lalu mencampurkan adonan kering ke adonan basah. Terakhir, saya aduk semua menggunakan spatula dan dimasukkan ke dalam oven.

Baca juga : Chewy Cookies Karya Aisya – Baked With Kid

Saya tidak tahu pasti berapa lama proses pemanggangannya, setelah 15 menit saya lihat ke dalam oven kok ngga ada perkembangan ya? Ah mungkin harus lebih lama dipanggangya, saya tinggal lagi. Ketika saya cek kembali, dan saya coba tusuk, sudah nggak ada sisa adonan di tusukannya sih.. Tapi nampak belum matang. Saya perhatikan kompornya, LHO API-NYA PADAM. Ternyata gas-nya habis, maaaaak alamat gagal (lagi) atuh ini mah.

‘Yah, udah ini mah, moal janten bolu-na’, batin saya.

Adik ipar saya lalu keluar dengan motornya, membeli gas. Dan beliau bilang, “Masukkan lagi aja teh, siapa tahu matang”.

Yaa, tidak ada salahnya mencoba, saya masukkan lagi bolu-boluan pisangnya, hoping it will work out like I expected. Karena saya tidak tahu kapan tepatnya api-nya mati, mungkin after 5 mins or 10 mins? Dan ragu banget, akhirnya setelah 15 menitan dipanggang ulang saya angkat saja. Matang, enak, habis juga sama semua, Aisya juga suka. But, not like a banana bread nor Ciu, muffin juga bukan, apa yaa namanya? . .

Sore harinya, saya buka lagi beberapa video di youtube, mencari-cari, what did I miss? Saya melihat satu teknik dan teknik lainnya, ada yang pakai mixer, ada yang telurnya 3, ada yang pakai glaze, ada yang dicampur yoghurt. But you know, I just want to know the basic, a classic banana bread. Dan video Ultimate Banana Bread! by Donal Skehan nampaknya sangat relevan bagi saya yang menginginkan resep dan teknik yang sederhana untuk membuat dream of making a banana bread come true. 

Hari ini, tepatnya Ahad pukul 11.00, setelah sholat Dhuha dan berdo’a pada Allah, “Please please Ya Allah, gimme your guidance, please lemme succeed this time, please lemme at least have 1 more baking recipe that I can serve to my family”, lalu saya ke dapur, meletakan Otang Kuning kesayangan di atas kompor dan mulai mempraktekan apa yang Donal Sekhan ajarkan, kali ini tanpa dibantu Aisya maupun Bibi. I need to be alone. Bismillah..

Berbeda dengan resep Anna Olson yang menggunakan mentega leleh, Donal Skehan -dalam video-nya menggunakan mentega suhu ruang yang tidak dilelehkan. Dan entah mungkin saya salah lihat pada tayangan Bake With Anna Olson, ternyata telur yang digunakan itu 2 butir. Selebihnya saya gabungkan bahan-bahan yang ada di kedua tayangan tersebur dan setelah 55 menit memanggang di Otang, TARAAAA Banana Bread-nya jadi!! Alhamdulillah :’)

Allah has perfect timing, never early, never late. It takes a little patience and it takes a lot of faith. But its worth the wait

Yap, Allah SWT has a perfect timing, even in baking. Alhamdulillah this time I finally made it! Saya happy karena kali ini berhasil, therefore saya mau bagi-bagi resep bolu pisang ala saya yaa. Ready?

Beberapa bahan yang saya gunakan, mentega Blue Band & Gulaku ada di dapur

Alat dan Bahan

1. Pisang Ambon ukuran besar 2 buah

2. Mentega suhu ruang 2 Sdm

3. Gula pasir 2,5 sdm

4. Gula merah 1 sdm

5. Garam sejumput

6. Tepung terigu serbaguna 5 sdm

7. Baking powder 1 sdt

8. Telur 2 butir suhu ruang

9. Chocochips

10. Mangkok 2 buah

11. Spatula

Cara Memasak

Saya membagi bahan basah dan bahan kering ke dalam 2 mangkok, yaitu mangkok-A dan mangkok-B. Mangkok-A berisi bahan basah sementara mangkok-B berisi bahan kering. Berikut ini langkah-langkahnya :

1. Masukkan 2 sdm penuh mentega suhu ruang ke dalam mangkok-A, lalu tambahkan 2,5 sdm gula pasir dan 1 sdm gula merah, aduk rata menggunakan spatula.

2. Pecahkan 2 butir telur lalu tambahkan ke mangkok-A, aduk rata lalu sisihkan. Telurnya suhu ruang ya, kalau asalnya disimpan di kulkas, ambil dan diamkan dulu sebentar hingga suhu telurnya jado suhu ruang (bukan suhu kulkas).

3. Di mangkok-B, tuang tepung serbaguna sebanyak 5 sdm penuh, 1 sdt baking powder, dan sejumput garam, aduk hingga tercampur semua menggunakan garpu/sendok.

4. Tuang adonan kering di mangkok-B ke mangkok-A, aduk menggunakan teknik aduk-lipat hingga semua tercampur rata, don’t over mix yaa. Nah disini saya agak tegang karena adonannya jadi lebih padat dari yang saya harapkan, tapi setelah ditambahkan pisang jadi lembut kembali adonannya.

5. Kupas 2 buah pisang ambon berukuran besar (bisa juga dengan 3 pisang ukurang kecil), haluskan menggunakan garpu di mangkok-B (setelah adonan basahnya dituangkan ke mangkok-A ya, supaya menghemat wadah). Bisa juga diatas talenan/wadah terpisah. Tidak perlu terlalu halus yaa.

6. Tuangkan pisang yang sudah dihaluskan ke dalam mangkok-A, tambahkan Chocochips secukupnya lalu aduk rata menggunakan spatula dengan teknik aduk-lipat, sampai semua tercampur saja. Sampai disini konsistensi adonannya terlihat seperti adonan pancake, saya berpikir mungkin seharusnya menambahkan terigu lagi agar adonannya lebih padat, tapi tidak saya lalukan dan lanjut ke langkah-8.

7. Tuang adonan bolu pisang ke dalam loyang yang sudah diolesi mentega dan terigu di sekelilingnya (bisa juga dialasi menggunakan baking paper, begini lebih praktis).

8. Ratakan permukaannya dengan menggoyangkannya ke kiri dan kanan.

9. Panaskan oven tangkring dengan api tinggi, 5 menit kemudian masukkan adonan ke dalam oven, kecilkan apinya sedikit ke api sedang.

10. Panggang selama 55 menit, angkat dan tiriskan.

Sebetulnya ada beberapa pendapat mengenai lamanya waktu memanggang, depends on the oven itself kayaknya, saya menggunakan otang dan membukanya sekali untuk merubah posisi and it still fine Alhamdulillah (semoga perlakuannya sama yaa untuk oven listrik). Total waktu yang saya butuhkan 55 menit agar matang sempurna, cirinya adalah bagian atas bolu berwarna cokelat tua dan ketika ditusuk tidak lengket. Namun ada juga yang berpendapat 40-50 menit cukup, awalnya saya mau menggenapkan sampai 60 menit tapi khawatir gosong. Jadi saya matikan api-nya di menit ke-55. Next time I’ll try to make it 60 mins with 2-and-a-half big banana 🙂

Untuk mengeluarkan bolu pisang dari loyang, saya harus menunggu sampai panasnya hilang dulu, this way is easier. Untuk memotongnya juga harus hati-hati, lebih baik gunakan pisau yang tajam dan pelan-pelan saat memotongnya. Secangkir teh tarik hangat menjadi pelengkap saat saya menyantap homemade banana bread ini.

Thanks for reading, semoga bermanfaat yaa 😉

*note : Akhirnya saya bikin juga untuk dibawa ke Bandung, dan kali ini pakai 2 pisang + setengah pisang, dan gulanya nambah gula merah 1 sdm lagi dari resep awal. Daaan rasa pisangnya lebih terasa, lebih manis, lebih enak.

#Memesonaitu Menjaga Lisan Kita

lisan2

Biasanya saya sedikit takut untuk jujur dalam tulisan saya, lebih disebabkan karena saya takut kehilangan teman-teman, dikritik dan dibully. Tapi semoga tulisan saya kali ini bisa diambil positifnya, dan memberi inspirasi bagi yang membaca.

Arti #Memesonaitu Bagi Saya

Bismillahirrahmaanirrahiim, maaf ya kalau jadi curhat sedikit. Saya sedang belajar menjadi Ibu yang baik, termasuk berhati-hati bicara dengan anak saya, karena seperti kata pepatah, “Children are great imitator, so give them something good to imitate”. Bakal terasa sakitnya ketika anak-anak kita sudah dewasa nanti dan mereka meniru atau menyerap kebiasaan buruk kita sebagai orang tua. Di sisi lain, saya juga seorang manusia biasa yang sedang berjuang melawan sisa-sisa apa yang para ibu sebut ghost of parenting sekaligus struggling to be a better me. Faktanya? Makin besar anak saya, stok kesabaran saya mulai menipis, makin berharap ia cepat paham, mulai menuntut anak saya untuk cekatan saat membereskan mainannya, meminta ia untuk lebih memahami saya, padahal jelas-jelas saya sebagai orang dewasa yang seharusnya lebih memahami dunia anak-anak, karena saya sudah melewati masa kanak-kanak, ya kan?

#memesonaitu menjaga lisan saya dari berkata-kata yang kasar

Dari semua sikap yang paling saya sesali adalah kalau saya marah pada anak saya, tapi semarah-marahnya saya pada putri kecil saya yang berusia 3 tahun, sebisa mungkin saya tidak mengeluarkan sumpah serapah dan kata-kata yang kasar. Kalau iman saya lagi bagus biasanya saya tarik nafas dan mencoba untuk duduk, istigfar, menghindari anak saya barang sebentar ke kamar, me-rem mulut saya begitu ingat hadist riwayat Thabrani ini, “Laa taghdob walakal jannah” yang artinya “Jangan marah, maka bagimu surga”.

Baca juga : Laa Taghdob – Menahan Amarah

By the way, kenapa ya limit kesabaran saya menurun akhir-akhir ini? Sebetulnya hal ini wajar ya, saya juga suka bertanya pada teman-teman saya apakah mereka pernah marah pada anaknya? Dan mereka jawab, “Ya pernahlah”, wajar karena seiring bertambahnya usia anak saya ia makin lincah, nggak bisa diem kalau di rumah, makin kritis yang kalau dikasih tahu balik nanya atau kalau tidak sesuai dengan logikanya ya anak saya nggak bisa langsung sepakat dengan apa yang saya katakan. Bagus, cerdas, mungkin saya saja sebagai Ibu-nya yang harus lebih mengasah skill dalam managemen emosi dan menambah ilmu pengetahuan saya tentang segala sesuatu. Gemes gitu kaaan anak yang masih kecil energinya besar banget dan dipakai untuk mengeksplor berbagai hal setiap harinya.

“Bukanlah orang yang kuat itu yang pandai bergulat,
akan tetapi orang yang kuat adalah
yang mampu menahan jiwa-nya ketika marah”
[HR. Bukhari Muslim]

I’m not angry all the time, kalau all the time mah kayak Hulk atuh ya, saya hanya marah ketika saya jenuh, terlalu lelah dan saat pikiran saya terganggu oleh beberapa hal, makannya salah satu cara agar saya nggak tersulut emosi adalah menghilangkan pemicunya. Misal nih, kalau pikiran saya mulai diracuni oleh komentar-komentar miring orang lain di sosial media tentang saya, berarti sudah waktunya bagi saya untuk detox socmed. Kalau tersulutnya emosi saya karena kerjaan rumah belum kelar dan lantai yang sudah di pel langsung dipenuhi oleh mainan anak saya kemudian memori masa kecil saya tiba-tiba datang melanda, ya saya harus bisa… bisa apa ya? Bisa menangis dulu sejenak mungkin, hehe, supaya lega dan nggak bikin anak saya menjadi sasaran pelampiasan kegalauan saya.

Bukan apa-apa, ketika kecil, saya biasa di-bully oleh anak-anak nakal, mereka tidak hanya memukul dan menendang saya tapi juga mengata-ngatai saya dengan kata yang ada unsur binatang-nya, maaf saya tidak bisa menyebutkannya disini. Begitu pun orang dewasa, ada saja yang ngomong menggunakan bahasa hewan ketika emosi, yea, I thought people would only use sarcasm when they are out of control and stressed out. Alhamdulillah, saya nggak tergerak sama sekali untuk mengulangi perkataan kasar anak-anak nakal dan orang dewasa tipe ini, tapi juga saya nggak sanggup kalau sekarang setelah menjadi Ibu, bertemu dengan orang tipe ini sering-sering.

Alangkah kagetnya saya, bukan karena saya naif tapi karena saya memang lebih sering beraktivitas di rumah dan ketika naik angkot, ada dua orang remaja berseragam SMA yang dengan santainya ngobrol di angkot sambil di akhir tiap kalimat yang mereka ucapkan ada imbuhan kata-kata dengan unsur binatangnya.

‘Apa mereka nggak lihat ya disini ada anak kecil? Gimana kalau anak saya dengar terus ngikutin?’,

‘Mereka belajar apa sih di sekolah sampai bicaranya seperti itu?’,

‘Gimana perasaan orang tua dan gurunya kalau tahu mereka ngobrol se-enteng itu menggunakan bahasa binatang?’,

Pertanyaan-pertanyaan yang agak sinis ini sontak muncul dari benak saya, reflek gitu. Pantas saja sahabat saya pernah bilang kalau dia lebih memilih naik kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum karena ada kemungkinan kita ketemu orang dengan gaya bicara yang berbeda dan memungkinkan diserap oleh anak kita, perokok yang asapnya bakal sedikit terhisap oleh anak kita, dan lain-lain. Ini membuat saya sadar bahwa saya sebagai seorang Ibu harus bisa menjadi filter pertama bagi anak saya. At least saya tidak bicara seperti itu, tidak ngomong kasar dan tidak bicara menggunakan bahasa yang ada unsur binatangnya.

Baca juga : Belajar Jadi Ibu & Have Fun Dengan Anak

Lebih mengejutkan lagi bagi saya karena ternyata beberapa anak sekolah hingga kuliah, beberapa ya, nggak semua, bahasanya nggak terkontrol dengan baik. Rasanya pengen bilang, “Kalian masih ngomong pakai bahasa binatang? Hellooow, ini tahun 2017 lhooo!”, come on guys, I thought it was so yesterday. Saya pikir kata-kata kasar macam ini tinggal sejarah yang tertimbun bersama kenangan pahit masa kecil saya. Saya pikir kata-kata yang ada unsur binatangnya itu sudah nggak nge-tren lagi sekarang.

Orang yang mengenyam pendidikan itu diharapkan bisa memiliki tutur kata yang lebih sopan daripada orang yang tidak seberuntung kita, yaitu bersekolah. Orang tua mengirim anaknya sekolah tinggi-tinggi itu karena mereka berharap anaknya jadi lebih baik dari mereka, memberi kontribusi yang lebih baik termasuk berbahasa dengan santun. Orang yang berilmu diharapkan mampu belajar membedakan mana yang baik dan buruk, bukan malah terbawa arus. Sudah tahu jelek kok diikuti? Begitu analoginya.

Tapi saya pun nggak bisa sekonyong-konyong menyalahkan generasi-Y ini, sekolah nggak bisa jadi satu-satunya parameter baik/buruknya tingkah laku dan lisan seseorang, bagaimana pun lingkungan tempat kita beraktivitas sangat berpengaruh terhadap sikap, kebiasaan dan gaya bahasa kita. Bisa jadi mereka seperti itu karena lingkungan tempat mereka dibesarkan mendukung mereka untuk bisa bebas bicara menggunakan bahasa yang ada unsur binatangnya. Ya dengan siapa kita bergaul bakal sedikit banyak mempengaruhi kita. Atau mungkin awalnya mereka korban seperti saya, buruknya mereka menyerap bulat-bulat, menganggap orang yang bicara kasar punya power to control others, kayak keren gitu pengen dianggap gaul. Inilah kenapa kita harus hati-hati dalam bicara, kita nggak pernah tahu apa efeknya bagi orang lain yang mendengar, salah-salah mereka malah ngikutin kan? Bukannya jadi amal jariyah, perkataan kasar yang diucapkan malah menambah timbangan amal buruk di akhirat nanti.

“Ah nggak asik lo, anak muda jaman sekarang kan ngomongnya gini”,

“Serius amat sih hidup lo”,

Pernah banget dikomentarin seperti ini sama beberapa orang, awalnya saya kepikiran, siapa sih yang nggak ingin diterima dalam lingkaran pertemanan dan dianggap asik buat diajak ngobrol maupun hang out? BUT WAIT, nggak asiknya karena apa nih? Karena saya kurang suka nge-gosip? Karena saya kurang update sama berita artis tanah air masa kini? Karena saya nggak lihai untuk ghibah? Karena saya bener-bener nggak bisa mengeluarkan kata-kata yang ada unsur binatangnya?

Mau dianggap asik sama siapa sih? Sama segelintir orang yang menganggap kelompok mereka gaul atau dianggap ASIK SAMA ALLAH SWT?

#Memesonaitu Menjaga Lisan

Senang sih ya kalau bisa dianggap asik sama Allah SWT dan juga semua orang, tapi sayangnya kita nggak bisa mempertahankan beberapa teman kita yang mungkin frekuensinya sudah agak berbeda dengan kita.

lisan3

I’m a mother now, saya ingin anak saya memiliki hidup yang lebih baik dari saya, termasuk menjaga telinganya dari kata-kata yang tidak dibutuhkan oleh otak dan hatinya, seperti kata-kata yang ada unsur binatangnya. Saya tidak bisa mengontrol apa yang orang lain akan bicarakan di hadapan anak saya, bagaimana percakapan antara teman-temannya saat ia mulai bersekolah nanti, obrolan penumpang dengan penumpang lain di kendaraan umum, di pasar, di mall, di jalan, dimana pun anak saya akan beraktivitas nantinya. Saya tidak akan selalu bisa menjaganya seperti sekarang karena ia akan terus tumbuh berkembang. Tapi seminimal-minimalnya, saya sebagai Ibunya akan menjadi filter pertama baginya dalam menyaring kata-kata yang baik dan buruk. Dan sebaik-baik perkataan adalah yang mengajak kita kepada kebaikan.

I’m a mother now. Segala sesuatu yang saya lakukan bakal memberi pengaruh pada anak saya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Saya seorang Ibu yang katanya, semua perkataan saya akan jadi do’a untuk anak saya.

#memesonaitu menjaga lisan saya

Ya, bagi saya, #memesonaitu adalah menjaga lisan saya dari perkataan yang kasar, dari pembicaraan yang kurang berguna, dan dari pendengaran anak saya. Sekali lagi, saya bukan sok suci, justru saya ingin menjadi lebih baik dihadapan Allah SWT, ini dalam rangka belajar dan buat saya #memesonaitu belajar untuk menjaga lisan saya.

Nah, bagaimana nih agar makin memesona dengan lisan yang terjaga?

Seorang Ibu akan lebih memancarkan pesonanya saat tutur katanya lemah lembut, pilihan kata-nya baik, penyampaiannya menyenangkan dan menenangkan. Hal-hal seperti inilah yang dirindukan dari sosok seorang Ibu, sebagai Ibu pembelajar kita tidak boleh menyerah, terus berlatih agar lisan kita makin terjaga. Ada beberapa cara nih agar lisan kita makin memesona, yaitu :

  1. Mendekatkan diri pada Al-Qur’an dan hadist
  2. Bergaul dengan orang-orang yang lembut hatinya dan perkataanya, sehingga kita termotivasi untuk menjaga lisan juga
  3. Menghadiri majelis ilmu, membaca artikel-artikel seputar urgensi menjaga lisan baik dari buku maupun situs-situs di internet
  4. Berlatih untuk berbicara dengan lembut dan sopan di hadapan semua orang, terutama anak kita, pikirkan dulu baik-baik sebelum mengungkapkan segala sesuatu
  5. Senantiasa berdo’a kepada Allah SWT agar hati-pikiran-lisan kita dijaga dari perkataan-perkataan yang tidak bermanfaat

    “If everyone is pleased with you and Allah is not, what have you gained? And if Allah is pleased with you, but no one else is, what have you lost?” 

    Okey, demikian sharing mengenai #memesonaitu versi saya. Yuk pancarkan pesona kita sebagai wanita dengan menjaga lisan 😉

    Baca juga : Beautiful Words

    Tulisan ini saya ikut sertakan pada Lomba Blog Pancarkan Pesonamu

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Canon EOS 750D Untuk Pak Irfan

    Langkawi 2

    Foto saat traveling ke Pulau Langkawi

    “Fan, apa kata sandi Hotspot lu?”, tanya teman suami dalam perjalanan menuju penginapan di Langkawi.

    “11mei2013”, jawab suami.

    “Itu tanggal pernikahan gue”, jelas beliau.

    Saya yang duduk di belakang suami dan temannya langsung ngerasa ‘cesss’, wah segitunya suami mengingat tanggal pernikahan kami, bikin saya senyum-senyum sendiri.

    “Your relationship to your husband may be the only marriage book your children ever read. What lessons will they take with them when they leave home?” – Jennifer Flanders.

    Saya pernah dengar kalau anak-anak lebih suka melihat interaksi yang sehat antara kedua orang tuanya, karena, orang tua yang bahagia akan membesarkan anak dengan bahagia dan hubungan baik antara kedua orang tua bisa memberikan gambaran tentang bagaimana anak kita akan berumahtangga nantinya. Mau tidak mau kenangan-kenangan masa kecil bersama orang tua ini akan tertanam di alam bawah sadar mereka, jika dalam pernikahan kita memberikan banyak nilai positif, besar kemungkinannya anak kita pun memiliki visi yang positif saat membangun keluarga nantinya. Itulah mengapa, saya dan suami senantiasa meluangkan waktu untuk merekatkan ikatan hati kami, supaya rasa sayang diantara kami terus tumbuh, efeknya akan terasa sama orang sekitar, terutama oleh anak saya, Aisya.

    Baca juga : #KaryaCeria Suami-Istri Bonding Tips

    Kalau ditanya siapa yang lebih saya sayang? Wah agak sulit ya jawabannya, karena buat saya Aisya dan suami saya itu sepaket. Saya sayaaang banget sama Aisya, juga sayang banget sama Ayah Aisya. Kalau analoginya bagi suami saya, Aisya lahir dari rahim saya, sehingga hal ini membuat suami sangat menyayangi saya, begitu pula bagi saya, saya sayang banget sama suami saya karena tanpa kehadiran beliau, Aisya tidak akan ada, kan terbentuknya janin berawal dari pertemuan ovum dengan sperma. Ya, saya sangat menyayangi suami saya, sampai-sampai saya agak posesif sama beliau, kalau nggak diperhatikan saya pundung, kalau suami lebih akrab sama gadget suka cemburu, cemburu itu tanda cinta kan? Hehe.

    Saya duduk disamping pria yang memiliki nama lengkap Irfan Ramdani – dan biasa disapa ka Irfan ini – pada seminar bisnis yang diselenggarakan oleh Ippho Santosa bulan Desember 5 tahun yang lalu, alih-alih bicara tentang strategi agar bisnis kita lancar, motivator sekaligus pengusaha ini malah menganjurkan agar pesertanya menikah dulu, “Menikahlah maka kamu akan kaya”, begitu ucapnya, mengacu pada ayat berikut ini.

    “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin), dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki, dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan Allah Maha Mengetahui” [QS. An-nur : 32].

    Mungkin pria yang duduk di sebelah saya langsung termotivasi dengan kata-kata Ipphoright sehingga beliau langsung mengajak, “Nikah yuk!”.

    Ketika saya tanya apa alasan pria yang baru saja lulus kuliah ini mengajak saya menikah dengannya, jawabannya benar-benar bikin saya tertawa. Mau tau apa alasannya?

    1. Karena saya cantik, Alhamdulillah kalau alasan yang ini bikin saya kesengsem bahagia
    2. Karena saya kuliah jurusan Matematika, nah alasan macam apa ini?

    Pria mana yang menjadikan ‘kuliah jurusan Matematika’ menjadi salah satu kriteria dari calon istri idamannya? pria itu yaa suami saya sendiri, ternyata beliau ingin sekali berkuliah di jurusan Matematika, sudah dua kali ikut SNMPTN belum lolos juga, akhirnya ia berdo’a pada Allah SWT agar istrinya nanti dari jurusan Matematika, hahaha lucu yaa. Di sisi lain, saya sendiri berharap memiliki suami yang usianya lebih muda dari saya, alasannya sederhana saja, supaya nanti kalau saya sudah tua, suami saya yang usianya lebih muda ini bakal masih kuat mengurus saya, hahaha padahal nggak gitu juga yaa. Bagaimana pun prosesnya, Alhamdulillah Allah SWT mengabulkan do’a kami. Suami saya akhirnya menikah dengan saya yang lulusan Matematika dan suami saya pun berusia dua tahun lebih muda dari saya.

    Kalau boleh jujur, saya menyayangi Pak Irfan – suami saya ini, karena beliau memberi saya banyak kebahagiaan setelah menikah, seperti membelikan saya kue ulang tahun saat saya Milad – seneng aja gitu karena sebelum menikah suka beli sendiri, senang juga karena bisa memeluk dan mengekspresikan cinta dengan pasangan halal saya (kalau sama pasangan yang nggak halal kan dosa ya, kalau sama suami sendiri jadi berpahala), membuat saya belajar banyak hal baru dalam hidup seperti memasak dan managemen rumah tangga, sifat humoris beliau bikin saya sering tertawa, terus Pak Irfan suka ikut-ikut mandiin – memakaikan baju – menyisir bahkan mengucir rambut Aisya – ini bikin saya makin jatuh cinta sama beliau, suami juga sering mengajak saya wisata kuliner – nggak heran sekarang saya gemuk, termasuk memberi kejutan berupa tiket pesawat untuk traveling ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi. Ya! Suami saya sukaaaa sekali traveling, bisa dibilang saya juga mulai ketularan sekarang hahaha.

    Baca juga : Trip Seru Ke Pulau Langkawi

    Waktu kami berkunjung ke Malaysia awal Januari 2017 ini, saya bertemu banyak sekali anak-anak muda yang traveling hanya dengan menggendong ransel besar di punggung mereka, saya juga sempat mengobrol dengan seorang Ibu asal Australia yang traveling berdua saja dengan suaminya karena anak-anak baru pulang traveling dari Tiongkok. Itu bikin saya merenung, selama ini saya kemana saja ya? Coba kalau semasa muda saya mengumpulkan uang untuk jalan-jalan, eh tapi saya sadar kalau saya memang bukan tipe orang yang suka jalan-jalan, kadang rasa sedih datang setelah menghabiskan sejumlah uang, “Kenapa nggak saya tabung atau investasikan saja ya uangnya?”, begitu suara penyesalan dari hati saya.

    Dan perasaan-perasaan seperti ini akhirnya bikin saya nggak pernah kemana-mana, paling ke Kepulauan Seribu saat kuliah dan ke Yogyakarta saat dalam rangka studi banding dari sekolah, sama ke Bali dengan teman sebangku di SMA, itu pun karena kami memenangkan kuis. Ah, rasanya ingin memenangkan kuis atau lomba lagi, tapi bukan untuk saya, melainkan untuk suami saya, ingin menghadiahkan ini nih Canon EOS 750D yang jadi salah satu produk terlaris di Kamera, Video Kamera dan Drone Elevenia

    canon

    Nyambung lagi ke hubungan traveling dengan keinginan saya untuk menginvestasikan uang, dalam kajian rumah-tangga yang pernah saya ikuti, Teh Patra, senior saya di kampus yang anaknya sudah 5 bilang kalau, “Traveling itu investasi”.

    Bu Angeline yang mengobrol dengan saya di Keretapi Tanah Melayu dalam perjalan menuju Batu Caves juga mengatakan kalau traveling itu bagus, dengan traveling kita akan menjadi kaya akan pengalaman juga bisa mempelajari kultur dan budaya dari tempat-tempat yang kita kunjungi lalu menceritakannya ke saudara, teman bahkan anak cucu kita nanti, “Wah kakek nenek keren ya sudah keliling dunia, kami senang mendengarkan cerita kakek dan nenek, kalau sudah besar kami mau traveling juga seperti kakek nenek”, pasti senang banget ya kalau bisa menginspirasi cucu kita seperti ini.

    Ini menyadarkan saya kalau uang yang kita tabung dan dipakai untuk traveling tidak menjadi sia-sia karena kita menggantikannya dengan pengalaman berharga, berkenalan dengan warga lokal dan orang asing – kadang silaturahim berawal dari sini, mencoba berbagai makanan yang unik (jangan lupa pastikan ke-halal-annya ya), dan mengunjungi tempat-tempat yang seru di daerah/Negara yang kita kunjungi.

    Baca juga : Do Your Kid Enjoy Traveling? – Percakapan Di Keretapi Tanah Melayu

    Mengabadikan momen-momen saat traveling ini juga jadi penting, baik untuk mengulasnya di blog – bikin pembaca merasakan serunya perjalanan kita, atau memajangnya di atas rak buku sebagai kenang-kenangan, bisa juga dengan mengumpulkannya lalu bikin cerita tentang tempat-tempat traveling yang sudah kita kunjungi, dan diterbitkan menjadi sebuah buku, menambah manfaat bagi diri orang lain dan tentunya menjadi amal jariyah bagi diri kita sendiri. Selama ini kami selalu memotret menggunakan handphone, meski kualitas HP suami saya sangat bagus tapi mengambil foto menggunakan kamera akan terasa lebih puas, lebih tajam, pencahayaanya bisa diatur, ada pilihan untuk foto makro, relatif ngga goyang jadi fotonya nggak blur, secara keseluruhan lebih bagus, untuk bisa selfie pun bisa disimpan di tempat yang agak jauh dari kita, pakai timer dan nggak perlu pakai tongsis yang kadang bikin tangan kita kejepret sedikit.

    Traveling nggak lengkap tanpa foto, dan untuk menghasilkan kualitas foto yang bagus diperlukan kamera yang keren juga. Oleh karena itu, dalam rangka menyambut syukuran pernikahan kami yang keempat bulan depan, tepatnya 11 Mei 2017, saya ingin memberikan kamera tipe Canon EOS 750D dari katalog http://www.elevenia.co.id/ctg-kamera untuk menemani suami saya traveling kemana-mana. Traveling bersama saya tentunya, tuh kaaan saking cintanya saya pengen ikut kemana pun suami saya pergi hehehe. Kamera tipe ini cocoook sekali untuk dibawa traveling oleh suami saya, selain desainnya yang klasik dan ukurannya tidak terlalu besar sehingga memudahkan untuk dibawa kemana saja, kabarnya Canon EOS 750D ini menampilkan sensor CMOS 24,2 megapiksel, dan didesain secara khusus untuk fotografer biasa yang memerlukan kualitas gambar yang unggul juga menawarkan kebebasan kreatif melalui fitur barunya – 19 titik AF semua tipe silang dan filter kreatif serta Hybrid CMOS AF III baru (sumber http://www.canon.co.id). Waaah, dengan kamera ini hasil jepretan suami saya bakal jadi lebih spektakuler dong!

    Bismillah, doakan yaa semoga kamera Canon EOS 750D ini bisa hadir di meja kerja suami dan menjadi kado terindah bagi suami tersayang di hari jadi pernikahan kami bulan Mei nanti. Amin…

     

     

    *Tulisan ini saya sertakan dalam Lomba Blog Cerita Hepi Elevenia, yuk ikutan juga 🙂

     

     

     

     

     

     

     

     

    Tiramisu Cheesecake #HOMEMADE

    Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh 🙂 my lil’ sister birthday is coming in a few days and it take me back to September 30th, when I make a birthday cake for my hubby. Wow jauh yaa dari April ke September dan dari suami ke adik, tapi benang merahnya adalah saya ingat, hari itu saya bertekad untuk membuat sesuatu yang spesial untuk suami. Biasanya kami hampir selalu membeli cheesecake di Cizz kalau saya/suami Milad, tergantung sih, pernah juga beli di Harvest tapi karena Cizz letaknya relatif lebih dekat dari rumah orang tua saya jadi setahun ke belakang lebih sering berkunjung ke Cizz, baik dalam rangka ada yang ulang tahun maupun lagi kangen sama cheesecake. 

    I’m a cheesecake lover, pertama kali kenalan sama cheesecake adalah saat Bapak saya membawakan sekotak cheesecake ukuran mini oleh-oleh meeting hari itu. Bapak kurang suka dan dibawa pulang, turn out I love it! And everytime on my birthday or just any lucky day I’ll pick cheesecake to celebrate the day! 🙂

    Nah berhubung mulai suka nontonin cooking channel yang kelihatannya masaknya mudah banget dan hasilnya menarik saya jadi tertantang untuk juga bisa menyajikan cheesecake untuk suami. Yaa sekali-kali nggak beli gitu, homemade, sekalian mengasah skill saya di per-cake-an yang so far baru mendekati berhasil saja hahaaa (nggak apa-apa teruuus belajar).

    Nah agar cheesecake-nya benar-benar tersaji dengan rasa yang seenak toko kue, saya pun melakukan latihan sebelum hari H. Eksperimen pertama, saya menggunakan cream cheese merk yummy, dan karena di beberapa supermarket dekat rumah ngga menemukan whipping cream, saya sok-sok berkreasi dengan buttermilk daaan di bake. Rasanya oh rasanya a bit.. Yeah a bit like a cheesecake but just a bit.

    Eh wait! What buttermilk is? Buttermilk adalah susu yang diberi perasan jeruk lemon dan setelah didiamkan sekitar 10 menit tekstur susu-nya akan mengental dan ada gumpalan-gumpalan kecil hasil campuran susu dan perasan jeruk lemon. Chef Anna Olson said that buttermilk is best to be use in making a pancake and muffin. Saya sendiri pernah mencoba menggunakan buttermilk ini saat membuat pancake, rasanya memang jadi lebih enak 🙂

    Alhamdulillah pengalaman pertama bikin baked cheesecake yang agak sour dan bitter ini memberi saya pelajaran. Untung ada opsi lain, yaitu bikin no bake cheesecake. Cheesecake tanpa perlu dipanggang yang lagi zuper hits kala itu.

    Salah seorang teman saya pernah mempraktekan resep ini, beliau bikin No Bake Oreo Cheesecake untuk ulang tahun suaminya. Bagaimana dengan birthday cake untuk suami saya? Saya sengaja ngulik bikin Tiramisu cheesecake, karena suami saya suka banget sama tiramisu cheesecake-nya Cizz (yang always sold out).

    I want to make it very perfect, ga mudah yaa supaya Tiramisu cheesecake yang saya buat at least rasanya close to Tiramisu Cheesecake-nya Cizz. Mendekati aja udah Alhamdulillah banget deh. Sempat kepikiran buat dateng ke dapur Cizz (mohon-mohon) masuk dapur liat proses bikinnya sekaliii aja lalu saya praktekan di rumah. Ingin tahu, taburannya pake Cocoa Powder yang suka dipakai ibu saya bikin pudding atau bukan.. Pake serutan Dark Cooking Chocolate atau engga.. Kalau lihat fotonya sih kayanya pake Cocoa Powder toppingnya, tapi merk apa? Dan pahitkah? Harusnya kan pahit ya (that’s the point of tiramisu), takut gagal dan kekhawatiran lainnya yang tiba-tiba hadir..

    But then, I decided that I want to make it SPECIAL which means, it will has Tiramisu taste, combined with cheesecake, without lady finger and I’ll do it my style. Simple way 🙂

    Saya mulai melakukan observasi dengan menonton beberapa tayangan di youtube mengenai cara membuat cheesecake. Ada banyak variasinya. Dari yaaang banyak bahan hingga yang look very easy. Dari semua acara memasak yang saya tonton, saya paling suka ramuannya Gordon Ramsay. Beliau memberikan beberapa secret ingredients seperti : kopi yang kita gunakan harus dingin, merk cheesecake dan whipped cream yang kita gunakan kualitasnya harus bagus, memang sih.. Kualitas bahan yang baik akan mendukung masakan kita untuk jadi lebih bagus lagi. Thanks Gordon!
    Karena di percobaan pertama saya membeli bahan untuk membuat cheesecake di supermarket, kali ini saya ingin mengadu nasib ke pasar, siapa tau dapat bahan-bahan yang lebih oke AND SURPRISINGLY I DID. Alhamdulillah. Nah di Balubur/nama bekennya Baltos (Balubur Town Square) ada 1 toko yang menjual alat dan bahan kue yang terkenal. Toko-nya ada di lantai D2 sebelah kiri dekat lift. Begitu masuk pasar, beberapa meter sebelum sampai ke tempat bernama Toko Jitu ini wangi kue sudah mulai tercium. Tokonya menjual berbagai alat baking seperti plastik wrap, baking paper, piping bag, loyang bundar, datar, elips, cetakan kue, alumunium foil dan banyaaak lagi. Di etalase depan toko ini memajang whipping cream bubuk, aneka taburan untuk kue, chocomaltine, kismis, choco chips, green tea, mereka juga menjual mentega merk blue band yang ditimbang serta keju kraft kilo-an yang harganya jatuh lebih murah dan berbagai macam bahan-bahan untuk bikin kue. Lengkap banget (harus datang sendiri untuk lihat seberapa lengkap yaa), meski begitu saya tetap sedikit ragu, apakah toko ini menjual cream cheese dan whipping cream dengan kualitas yang bagus? Di supermarket aja sulit apalagi di pasar..

    ‘Et et et eeet, tanya aja dulu’, begitu bisik hati saya. Kalau pun nggak tersedia yowis ganti plan aja bikin brownies hehehe.

    “Mas, ada cream cheese ngga?”, 

    “Ada. Yang buat cheesecake ya? Kita ada merk Calf. 1 ons-nya Rp. 14.000”,

    “Merk Calf? Yaudah minta se-ons deh Mas, mau cobain dulu”,

    “Apalagi?”,

    “Whipping cream ada?,

    “Ada. Kita ada yang bubuk sama cair, mau yang mana?”,

    “Yang cair aja deh Mas, adanya merk apa?”,

    “Kita ada merk Anchor, harganya Rp. 30.000”, 

    “Anchor? Wah bagus, lebih murah lagi, yaudah mau 1 Mas”,

    Percakapan antara saya dan Mas penjual ini diakhiri dengan senyum sumringah saya yang merasa setengah berhasil mendapatkan bahan yang bagus. Saya langsung pulang untuk praktek, juga karena creamcheese-nya harus tetap dingin agar tidak jadi terlalu lembek. Dua bahan utama sudah di tangan, nah untuk lady finger-nya saya ganti dengan kue marie. Di rumah orang tua saya ada sekaleng Marie Regal, jadi saya manfaatkan saja. Sedikit modifikasi dari resep asli agar lebih terasa homemade-nya.

    Postingan tentang resep #Tiramisucheesecake ini sebelumnya pernah saya posting di instagram saya @sundarieko dan supaya manfaatnya meluas, saya posting ulang di blog yaa siapa tau ada yang mau mencoba resep ini juga di rumah 🙂

    Terlihat layer pertama marie biscuit, layer kedua tiramisu cream cheese, dan layer ketiga diberi taburan cocoa powder & DDC

    Alat & Bahan

    1. 1 ons cream cheese Merk Calf

    2. 200 ml whipping cream cair Merk Anchor

    3. 2 sdt Gula halus

    4. 1 sachet kopi (saya pakai luwak white coffee)

    5. Marie regal

    6. Loyang aluminium foil berbentuk persegi panjang

    7. Whisk

    8. Spatula

    9. Toples ukuran sedang dari bahan kaca yang sudah dicuci bersih

    Cara Membuat Tiramisu Cheesecake

    This cake has 3 layer, they are :

    1. Layer pertama, saya pakai biskuit yang dicelupkan ke kopi. Sebagai pengganti lady finger. Kemudian saya tata di dalam wadah berbentuk persegi panjang dari aluminium foil, tujuannya agar lebih mudah saat diambil (ketika sudah beku).

    2. Layer kedua, untuk tiramisu cheesecake-nya, kali ini no bake. Saya mix 1 ons cheesecake dengan 200ml whipped cream. Untuk whipped cream-nya terlebih dahulu saya kocok dengan 2 sdt gula halus. Oh it taste yummiii. Teknik pengocokannya, saya tuangkan whipped cream cair ke dalam toples ukuran sedang (saya pakai bekas selai yang sudah dicuci bersih), sisakan ruang di dalam toples ya, jangan terlalu penuh agar bisa dikocok dan dikocoknya bergantian menggunakan tangan kanan dan kiri ke depan-belakang-atas-bawah (look further in kokiku tv cooking channel ketik kata kunci ‘instan whipped cream’). Penambahan gula halus membantu whipped cream berubah perlahan dari cair menjadi soft pick.

    Di mangkok tersendiri, aduk cream cheese, saya pakai merk calf. Rasanya cheese banget, lebih enak dari merk yummy. Dan cream cheese ini kaku ya jadi harus tunggu agak lunak di suhu ruang dulu. Setelah melunak, aduk dan tambahkan air kopi sedikit sekitar 3-5 sdm. Its important that the coffee is ice cold (kata Gordon Ramsay). Lalu masukkan whipped cream yg sudah soft pick ke cream cheese. Aduk rata, dont over mix. Lalu tuang ke layer pertama. Freeze this up to 4 hours.

    Saya hanya bikin satu layer aja, kalau mau dibuat 2 layer bisa ulangi step1 dan step2 dengan takaran double ya 🙂

    3. Untuk toppingnya saya pakai cocoa powder merk Van Houten + Dark Cooking Chocolate yang diserut. Last kasih whipping cream, taburi sedikit DCC 🙂

    A lil’ frosting to make it more seem like a real birthday cake

    Aisya sukaaa sekali tiramisu ini haha, begitu dikeluarkan dari kulkas, 3/4-nya udah habis dicemilin Aisya dan Bunda. Untung bikin 2 loyang, yang ini khusus buat birthday man.