TRIP SERU ke LANGKAWI

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung

[QS. Al-Jumuah : 10]

Kalau kata mbak Trinity di film Trinity The Nekad Traveler, hari kejepit nasional itu bisa dimanfaatkan untuk liburan. Karena Senin, 27 Maret 2017 merupakan salah satu tanggal yang kejepit di antara 2 tanggal Merah, yaitu hari Ahad dan Selasa-nya hari raya Nyepi, suami saya pun berinisiatif untuk memesan tiket AirAsia ke Langkawi.

Pulau Langkawi ini saya dengar pertama kali saat bercakap-cakap dengan Mrs. Angeline di Do Your Kid Enjoy Traveling? – Percakapan di Keretapi Tanah Melayu Disambung dengan postingan Langkawi Skybridge di akun instagram suami, semacam gayung bersambut, beliau bilang kalau kami akan jalan-jalan ke pulau yang letaknya berbatasan dengan Satun, Thailand tersebut tahun depan. Qadarullah, Allah SWT mengabulkan keinginan suami lebih cepat, akhir Maret ini, dalam rangka Milad teman suami, kami berangkat ke Langkawi.

Bagi saya pribadi, trip ke Langkawi ini adalah salah satu perjalanan paaaling seru & hectic yang pernah saya alami. Mau tau se-SERU apa? Keep reading yaa 😉

Flight To Langkawi : CGK – KUL – LGK

Langkawi adalah sebuah pulau yang berada di bagian utara Penang – Semenanjung Malaysia, terletak di selat Malaka dan diapit oleh Sumatera juga Thailand. Untuk sampai ke Langkawi, kami harus menaiki 2 flight, pertama penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta ke Kuala Lumpur dan dilanjutkan dengan penerbangan dari KLIA2 ke Bandara Internasional Langkawi. Kami memilih waktu penerbangan di sore dan malam hari agar suami bisa merampungkan pekerjaannya dulu di hari Jum’at.

Sampai di Terminal 2E, semuanya berjalan lancar apalagi adanya playground di ruang tunggu AirAsia membuat suasana menunggu jadi lebih asik buat Aisya. Bisa naik seluncuran dulu, main masak-masakan dan Ayah, Bunda, Tante, Om jadi costumer-nya, mewarnai di kursi belajar dan naik buaya-buayaan.

Playground anak di Terminal 2E

Begitu petugas mengumumkan untuk boarding, kami langsung berbaris untuk masuk ke dalam pesawat. Mesin pesawat mulai berbunyi, seat belt sudah terpasang, dan seperti biasa, saya memperhatikan pramugari memeragakan cara menggunakan pelampung. “Sebentar lagi bakal merasakan yang namanya critical eleven nih”, ucap saya pada suami. Seraya mengenggam tangan Aisya dan berdoa bersama, “Bismillahi tawakaltu Alalloh Laa Haula Walaa Quwwata Ilaa Billaah”, lantas Aisya meng-amin-kan.

10 menit.. 20 menit.. 30 menit.. Maskapai berwana merah-putih ini tidak juga tinggal landas. Nampaknya masih antri di belakang beberapa pesawat lainnya. Hingga total kalau dihitung, selama 70 menit kami duduk di dalam pesawat menunggu untuk take off.

Suami sudah prebooked untuk makan malam, saya dipesankan Nasi Lemak sementara suami memesan Nasi Ayam Hainan. Perut kenyang namun hati tak tenang, pasalnya flight kami yang selanjutnya waktunya berdekatan dengan jadwal landing penerbangan pertama. Duh gimana yaa, suami saya pesimis kami bisa mengejar flight ke Langkawi . . .

Disinilah ke-seru-an dimulai. Pramugara dan pramugari yang ada kemudian membantu memberi pengarahan pada kami setelah kami ceritakan mengenai penerbangan yang harus kami kejar.

Cockpit sudah menghubungi petugas di bandara KLIA2 agar diinformasikan ke bagian imigrasi bahwa ada 6 penumpang yang terkena delay dan begitu sampai di Bandar Udara Kuala Lumpur kami dipersilakan naik ke mobil jemputan. Masih ada waktu 30 menit menuju boarding ke Langkawi. Mobil membawa kami ke eskalator menuju imigrasi, lalu kami berlari sekencang yang kami bisa, suami saya lari-lari sambil gendong Aisya, saya berlari sambil menggerek koper, yang lain juga sama. Sampai ke bagian imigrasi ternyata kami salah mengantri, beruntung ada petugas yang mengarahkan kami ke bagian imigrasi khusus transit ke Langkawi.

Sayangnya beberapa langkah sebelum sampai ke pengecekan imigrasi, ada cleaning service yang mengatakan kalau kounter imigrasinya sudah ditutup. Kami pun berlari lagi mencari kounter imigrasi lainnya. But no clue. Kami pun kembali ke tempat imigrasi yang kedua, dan bertanya pada penjaga di dekat situ dimana kounter imigrasi bagi penumpang yang transit dan benar saja ternyata kounter yang akan kami datangi tadi. Semua langsung bilang, “HAAAH?”, feel silly kok kami tadi percaya aja ya sama cleaning service-nya.. Hahaa..

Kounter imigrasinya memang sepi sekali. Hanya ada kami ber-enam. Antara haus dan menahan keinginan ke toilet, kami lanjut sprint untuk sampai ke gate penerbangan ke Langkawi, beberapa orang memperhatikan kami yang lari-larian sambil gerek-gerek koper, naik turun tangga dengan cepat, sambil gendong anak lagi! udah kaya ikutan Amazing Race Asia lah! Sayang ngga ada yang videoin :))

Akhirnyaaa sampailah kami ke ruang tunggu penerbangan ke Langkawi, ngos-ngosan, keringat bercucuran DAN TERNYATA pesawat ke Langkawi DELAY juga!!! Tau gitu tadi kami rada santai jalanya.. Hahaha.. Seru rasanya berlari-lari di Bandara, berasa muda lagi (hahahaa). Sekarang setiap ada orang yang lari-lari/naik turun tangga dengan cepat di Bandara/Stasiun saya mulai paham.. Mungkin mereka juga takut ketinggalan pesawat/kereta seperti kami. Alhamdulillah kami berhasil duduk juga di penerbangan menuju Langkawi, but wait its not the end of the excitement, the fun trip has just begin..

Akibat delay, 2 kali naik pesawat dan mungkin olahraga malam, kepala saya mendadak pening beberapa saat sebelum mendarat di Langkawi. Suami sengaja membeli simcard dulu di supermarket Bandara untuk memudahkan kami mencari rute/info selama disana, harganya RM 38 untuk 5 GB lumayan banget karena difungsikan juga sebagai hotspot untuk berlima.

Berdasarkan hasil browsing, di Langkawi ini belum ada Grab, jadi kami naik taxi dan membayar RM 45 menuju homestay yang sudah kami pesan via AirBnb. Malam itu saya ingin segera rebahan agar migrain cepat hilang..

Kami masuk ke rumah yang dikelola oleh pasangan Indonesia-Belanda itu dan kaget saat masuk ke dalam karena banyak sekali turis asing yang juga menginap disana. Ternyata selain menyewakan rumah, pemiliknya juga membuka jasa couchsurfing. Bedanya para traveller ini tidur di ruang tamu dengan alas seadanya, sedangkan kami kebagian kamar (karena kami membayar).

Homestay yang berada di sebelah kiri Twin Peaks ini adalah satu-satunya homestay yang mau menerima kami karena yang lainnya fully booked.

Rupanya sedang ada Festival LIMA di Langkawi, Langkawi International Maritime and Aerospace. Pantas saja penginapan disana penuh. Saat kami datang, it was the last day of the festival. And lucky us, berkat event tersebut juga Uber mulai beroperasi disana.

Kami langsung memanfaatkan fasilitas Uber ini untuk pindahan ke homestay di dekat Pantai Cenang esok paginya 🙂

Che Teh Homestay : An affordably comfortable home to stay

Che Teh Homestay berlokasi di jalan Bohor Tempoyak, Kg. Lubuk Buaya, Temonyong, Langkawi, Kedah. Homestay ini kami pesan melalui Booking.com dengan tarif RM 200/malam, sangat terjangkau apalagi bayarnya patungan.

Homestay yang dikelola oleh Mak Cik Rozia ini sangat nyaman, di dalamnya ada 3 kamar dan tiap kamar dilengkapi dengan AC, kipas angin, meja serta cermin untuk berhias serta handuk. Ada ruang tamu dan meja untuk makan bersama juga dapur, jadi bisa masak air untuk menyeduh teh di pagi hari juga mee cup. Kamar mandinya lumayan luas, ada shower dan toilet yang bersih.

Salah satu kamar di Che Teh Homestay

Mak Cik Rozia sangat ramah, beliau tinggal berdua saja dengan suaminya, anak-anaknya yang sudah dewasa ada yang bersekolah di Kairo, Johor dan anak bungsunya dikirim ke pondok (pulang 2 minggu sekali). Setelah menitipkan barang kami bergegas mencari Uber ke Skycab. Katanya kalau mau ke Skycab harus pagi-pagi karena banyak yang antri. Alhamdulillah tak lama setelah order, driver yang bernama Ahmad datang menjemput kami.

Kalau driver yang mengantar kami ke Che Teh namanya Muhammad. Nah dari Abang Muhammad ini lah kami tau kalau Uber di Langkawi baru beroperasi selama 5 hari karena ada acara LIMA. Jarak dari penginapan ke Skycab lumayan jauh, meski ada penyewaan mobil matic, kalau nyetir sendiri bakal lumayan gempor juga, jadi taxi dan uber masih mending. Walau biaya taxi lebih mahal.

Di Langkawi tidak ada jam, begitu orang Malaysia menyebut macet. Pulau ini jalanannya bagus dan lengang. Di sebelah kiri jalan bisa kita lihat laut biru juga beberapa pelabuhan. Sesekali pesawat yang ikut festival LIMA konvoi di udara, kami hanya memperhatikan dari dalam mobil. Sementara beberapa warga Langkawi duduk membawa bekal menonton Air Show di pinggir jalan.

Skycab – Skybridge – 3D Art Gallery

Spotted! Aisya lari-lari happy di Skybridge dengan Daddy

Tujuan utama kami datang ke Langkawi adalah mengunjungi the famous skybridge yang juga dipakai untuk tempat syuting film Don dengan Shahrukh Khan sebagai pemeran utamanya. Begitu masuk ada figura di depan jembatan kayu bertuliskan “Oriental Village Cable Car – Selamat Datang/Welcome”, lalu kami masuk ke wahana yang luas ini.

Rame-rame naik Skycab

Kalau saya lihat wahana Cable Car ini didesain agar pengunjung bisa menikmati seluruh wahana seharian disini. Selain ada tempat makan, playground, toko souvenir, dari 1 tiket Skycab yang kami beli seharga RM 55/dewasa dan RM 40/anak itu mencakup 4 wahana : Skycab, Skydome, Skyrex dan 3D Art Gallery. Untuk memasuki kawasan Skybridge kami harus membeli tiket lagi.

Kita bahas satu-satu yaa, yang pertama kami naiki adalah Skycab. Berbeda dengan Awana Skyway Genting Highlands, Langkawi Skycab muatannya lebih kecil (maksimal 6 orang), lintasannya lebih pendek namun lebih curam, bikin lebih deg-degan kalau lihat ke bawah atau sekitar dan kita bisa lihat lautan serta gunung sekaligus. Sama seperti saat naik Skyway, Aisya mah tetap riang gembira, malah loncat-loncat kecil di dalam Skycab. Sampai di perhentian pertama kami berfoto lalu lanjut ke next stop.

Di daerah setinggi itu, mereka membangun Sky Bistro, tempat dimana kami makan burger lezat seharga RM 9,90 dan membeli brownies untuk sarapan Aisya seharga RM 10 dan es krim (RM 5) juga air mineral (RM 3). Alhamdulillah energi kami ter-charge kembali setelah makan karena kami harus turun-naik-turun-naik di nature walk untuk sampai ke Skybridge.

Tiket masuk ke Skybridge dibanrol dengan harga RM 5/dewasa dan RM 3/anak. Lagi-lagi ayah sigap menggendong Aisya karena Mami sendiri aja masih geumpeur dan ngos-ngosan (lagi). Kira-kira 15 menit kemudian kami sampai ke Skybridge. Oh don’t ask me how amazed and shaking I am, Subhanallah. Allah SWT itu Maha Canggih, Maha Keren dan Maha Indah.

“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan” [HR. Muslim].

Jembatan Langit – dokumentasi pribadi

Saya bener-bener terpukau dengan kecerdasan orang yang membangun, mendesain, dan invest di pembangunan Skybridge ini. Maha suci Allah yang menciptakan akal manusia untuk berkarya. Dari ketinggian 2,300 kaki di puncak Gunung Mat Chinchang ini kita bisa melihat lautan yang biru bersih, batuan, hutan, gunung-gunung yang serba hijau dan menghirup udara bersih. Subhanallah the view is great..

Hati-hati kalau membawa anak yaa harus terus diawasi.. Alhamdulillah Aisya termasuk anak yang pemberani, she looks very happy up here :’) Saat berjalan kaki, jembatannya rada goyang-goyang bikin merinding, rasanya ingin cepat sampai ke ujung, untuk duduk dan beristirahat.

Ada 2 jendela kaca untuk melihat seberapa jauh dan tinggi kita berada but thats just waaay too scary for me jadi hanya suami saya dan teman-temannya yang melihat ke bawah dan berfoto disana. Sampai di ujung jembatan, kami duduk mengambil nafas panjang, mencoba rileks sambil bermain candy-karet dengan Aisya.

Disinilah tiba-tiba suami sadar kalau kamera bpro-nya raib! Kemana? No one see, malah ada teman yang bilang terakhir lihat saat sebelum jalan ke Skybridge. Suami saya pun langsung balik lagi ke kursi tempat kami duduk ngarenghap setelah mendaki. Ternyata tertinggal disana, Alhamdulillahnya nggak ada yang ngambil yaa 🙂

Aisya the explorer

Perjalanan kembali ke Skycab terasa lebih cepat namun tetap saja saya butuh beberapa kali duduk istirahat lalu lanjut naik tangga lagi (hihihi), suami dengan sabar menunggu-mengulurkan tangan-menggengam saya agar kuat naik sampai atas lagi. Di tengah jalan saya sempat memotret Poster Geopark Langkawi.

Skycab – dokumentasi pribadi

Turun dari Skycab, kami istirahat dulu di area yang dikerubuti anak. Ada sofa disana sementara Aisya main di playground seperti anak-anak lain. Kami belum mencoba wahana lainnya seperti Skydome dan Skyrex, namun karena hari sudah siang dan lapar, kami memutuskan untuk masuk ke wahana 3D Art Gallery saja lalu naik taxi ke Cenang Mall yang berada di kawasan Pantai Cenang.

Kita tidak perlu membayar lagi untuk masuk ke 3D Art Gallery. Tapi sendal dan sepatu harus dititipkan. Ada banyak lukisan yang terlihat ‘hidup’ di dalam, kami pun berfoto di beberapa spot.

Salah satu spot foto di 3D Art Gallery

Tiba di Cenang Mall, tanpa berpikir 2 kali, Om Ubad langsung ngajak makan di The Manhattan Fish Market dalam rangka birthday lunch, and sooo happy 29th birthday uncle! Semoga rizkinya makin lancar, tambah soleh, dan sukses dalam hubungan asmaranya tahun ini. Amiin *BIGGREEN* Selepas makan siang, saya mengusullan agar istirahat ke homestay dulu. Tiduran, mandi, ambil power bank suami yang ketinggalan, baru sore-nya ke pantai hunting sunset.

Pantai Cenang – Langkawi 

Ada alasan kenapa pulau ini dinamakan Langkawi dengan simbol burung elang, ternyata memang ada beberapa burung elang yang terbang di sekitaran pantai dengan pasir putih lembut ini.

Suami udah kepengen minum air kelapa di pinggir pantai, eh nggak ada, jadinya beli milo dan air mineral aja. Sementara suami saya memesan minuman, Aisya melepas sendal dan berlari ke arah pantai. Saya sempat panik lalu mengejar Aisya. Terakhir kali main ke Ocean Park, Aisya hanya berani kecipak kecipuk di pinggir dan takut sama ombak. But this time..

I was beyond grateful dan surprised, Aisya langsung ambil posisi ternyaman di pinggir pantai dan menikmati semilir angin sore serta ombak yang datang bergulung-gulung menerpa tubuh mungilnya. Aisya bahkan berjalan mendekati air hingga setengah tubuhnya terendam air. Nggak trauma saat kelelep dan air pantai-nya keminum sedikit, Aisya hanya tertawa sambil bilang, “Airnya asin, Mami. Aku mau air pantai yang rasanya manis, Mami”.

Hahahaa.. Ya Allaaah polosnya anak-anak.. Alhamdulillaah Mami seneeeng banget lihat Aisya senang.

Karena ngga bawa alat main pasir, sepatu ayah ditimbun deh sama pasir

Sore itu Aisya, Mami, dan Ayah semuanya main air, main pasir, kejar-kejaran, mengayunkan Aisya satu-dua-tiga ke udara dan menyambut ombak sambil berdiri di pinggir pantai. Subhanallah walhamdulillah Allohuakbar. Thank you for giving us this happiness Ya Allah. Thank you hubby, to take us here..

Sebetulnya ada banyak pulau yang bisa dijelajahi di Langkawi, ada wisata mangrove, geoforest dan lain-lain tapi berhubung besoknya kami akan melanjutkan jalan-jalan di Kuala Lumpur, jadi di Langkawi hanya sehari semalam saja.

Nah besoknya kami melanjutkan perjalanan dengan ferry ke Perlis dan harusnya langsung nyambung naik bis ke Kuala Lumpur. Harusnyaa yaa.. WHAT HAPPEN? Ke-SERU-an apalagi yang kami alami selama di perjalanan? Banyak banget deh, find out here Trip SERU Langkawi – Kuala Lumpur

Thanks for reading and visiting my blog, semoga pengalaman seru ini bermanfaat yaa 🙂

20 thoughts on “TRIP SERU ke LANGKAWI

    • sundariekowati says:

      Iyaaa banget mba, pasirnya lebih lembut dari pasir2 di Belitung. Recommended mba 🙂 paling harus sedikit maklum krn ada beberapa puntung rokok, yg ada di antara pasir2nya. Ombaknya termasuk landai juga. Klo pagi lebih indah kayaknya mba.. Kmarin aku sempetnya pas sore kesananya soalnya..

  1. Fanny f nila says:

    4 thn di penang, aku jarang jelajah kota2 malaysia lainnya.. Tp adekku yg malah pernah ke langkawi ini krn salah satu temen kuliahnya orang sana.. Aku nyesek banget waktu itu ga ikut :D. Pdhl pgn liat jembatannya..

    Thn dpn nih mba rencana mw kesana.. Semoga ga batal lagi 😀

Leave a reply to eccasallukirani Cancel reply